Selasa, 17 Februari 2015

Banjir Jakarta



ANCAMAN BANJIR JAKARTA TIDAK HANYA DARI SELATAN”
Oleh : I Putu Pudja
Banjir kembali melumpuhkan Jakarta sejak 9 Pebruari 2015 lalu, padahal sinyal banjir dari Bendung Katulampa yang biasa memberikan warning Jakartna terdengar aman-aman saja. Bahkan masih level rendah hanya pada waspada 4. Hujan memang jatuh sejak dinihari secara berkepanjangan walau tidak kederasannya bervariasi. Intensitas hujan yang cukup tinggi telah melumpuhkan sebagian besar Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan sebagian Jakarta Selatan.
Masyarakatpun bertambah heran dengan banjir kali ini, dengan penyebaran dan mulainya, tidak seperti sedia kalau yang umumnya dimulai dari DAS Sungai Ciliwung, akan tetapi datangnya serentak. Ambil contoh banjir di sekitaran Istana Negara , Jl Merdeka Utara, Bunderan Air Mancur, Gajah mada, Kelapa gading sampai Pluit datangnya bersamaan. Tentu ada yang berbeda dengan banjir kali ini.
Untuk mencari jawabnya penulis mencoba melihat dari profil curah hujan saat hari pertama hujan yang mengakibatkan bajir tersebut, yang memang kelihatannya memang merupakan hujan yang berbeda dengan pola hujan banjir pada tahun-tahun sebelumnya.
DATA CURAN HUJAN
Data hujan diambil dari basis data tempat terminology data hujan yang diamati, dikumpulkan dan disimpan di BMKG, dari seluruh pos pengamatan hujan seluruh Indonesia. Data hujan pada tanggal 9 Pebruari 2015 saat banjir iru terjadi diamati di : Kemayoran 277,5 mm, Halim PK 124,5 mm, Cengkareng 128 mm, Tangerang 121,5 mm, Pondok Betung Ciledug, 117 mm; Ciputat – BMKG Wil II- 96,3 mm; Deramaga Bogor 88,6 mm; Citeko 38,6 mm dan Serang; 31,2 mm.


Dari data curah hujan terlihat bahwa hujan terkonsentrasi di daerah Jakarta, Curah hujan tertinggi daerah pantura Jakarta, hampir sampai Jakarta Pusat – Kemayoran- curah hujannya  melampaui 270 mm sehari. Seterusnya  hampir merata sampai tepian Jakarta Barat dan Jakarta Selatan yaitu daerah  Pondok Betung, Bintaro Tangerang selatan. Daerah tengah ini memiliki curah hujan diaatas 100 mm tapi masih di bawah 150 mm dalam sehari. Demikian pula dengan daerah di barat terlihat curah hujan di daerah serang masih rendah
Dari kurva profil curah hujan terlihat jelas memang semakin ke selatan curah hujannya semakin rendah, sehingga pantas saja warning dari Bendung Katulampa untuk daerah aliran Ciliwung masih dalam tingkatan rendah.  Dan di utara curah hujan demikain tinggi sehingga volume air yang terakumulasi di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara seperti Pluit, Kelapa gading, Cempaka Putih, Gunung Sahari, Thamrin dan Jl Merdeka Utara.
Secara alran air –fluida- terlihat bahwa air akan kesulitan mengalir ke laut – kerah utara- karena curah hujan lebih tinggi di utara, sehingga akan terjadi akumulasi massa air pada daerah-daerah yang rendah. Luasan dan perluasan daerah banjir dari sebelumnya diduga akibat dua factor, yaitu curah hujan yang tinggi di daerah tangkapan banjir, dan laju penurunan tanah di daerah banjir tersebut.
ANCAMAN HUJAN DI BELAHAN UTARA
Banjir 9 Pebruari 2015 karena curah hujan yang profilnya disebutkan di atas, merupakan tipikal lain dari curah hujan yang biasanya menggenangi Jakarta, yaitu banjir dengan curah hujan yang semakin tinggi semakin kea rah selatan, yang sering disebutkan sebagai banjir kiriman. Ini membuktikan bahwa ancaman banjir Jakarta, tidak hanya datang dari hujan di daerah selatan, Depok, Bogor, sampai Puncak.. Namun hujan lebat di pantura Jakarta juga berpotensi banjir yang lebih parah karena infrastruktur vital ada di daerah ini, termasuk dimana Istana Presiden terletak.
Sifat banjir yang berasal dari curah hujan tinggi di wilayah atas atau selatan, akan memberikan warning untuk daerah terpotensi banjir, karena dapat dibaca dari patokan yang dijadikan batas level warning di berbagai bending dari Katulampa dan bending lain di bawahnya, sehingga masyarakat ada jeda waktu untuk mempersiapkan diri. Ada waktu tempuh massa air sampai daerah potensi banjir.
Sifat banjir yang berasal dari hujan tinggi di wilayah utara – pantura Jakarta- sangat berbeda. Dia akan segera datang bersamaan dengan jatuhnya curah hujan, sehingga sulit memprediksi kedatangan banjir ini. Banjir di utara ini kelihatannya akan lebih sulit turun, karena massa air yang semakin banyak semakin keutara seakan membendung aliran air ke laut Jawa. Bahkan akan terjadi pantulan mempercepat banjir daerah yang bersisian yang lebih selatan.
Dari dua proses banjir di atas, kelihatan bahwa Jakarta tidak saja terancam dari hujan yang deras terjadi di selatan atau di atas, yang kemudian mengalir ke utara melintasi Jakarta, namun juga curah hujan yang tinggi di daerag pantura Jakarta. Untuk yang pertama warning dapat didapat dari ketinggian bendung di sungai yang mengalirkan air ke wilayah Jakarta seperti Katulampa.
Untuk banjir akibat curah hujan tinggi di pantura Jakarta menuntut akurasi prakiraan curah hujan, di daerah tersebut. Ini dapat dilihat dari pantauan radar cuaca yang mengcover wilayah ini. Ini merupakan tantangan bagi BMKG untuk memberikan informasi terkini citra radar cuaca, berupa potensi hujan yang akan jatuh di daerah ini. Informasi ini dapat di update diberbikan dari beberapa jam sebelum hujan.

Penulis : Lektor Kepala di Sekolah Tinggi Meteorologi, Kliamtologi dan Geofisika, Jakarta.



0 comments:

Posting Komentar