Rabu, 04 Februari 2015

Tipe Gempabumi



“HOMOGENITAS BATUAN DAN TIPE GEMPABUMI”

Oleh : I Putu Pudja

Hasil penelitian di laboratorium terhadap gaya yang dikerjakan pada material yang bervariaso dari yang homogen, semi homogen sampai yang sangat tidak homogen atau heterogen, ditemukan bahwa ketiga nya mempunyai respons yang sama, yang diakibatkan oleh elastisitas batuan. 

Hasli penelitian secara mikro di laboratorium ini, ditarik untuk mengklasifikasikan tipe-tipe gempa. Stress yang diberikan kepada material diidentikkan dengan energi stress yang terbangun pada patahan atau bantaun dimana gempabumi itu terjadi, sedangkan frekuensi getaran yang dimonitor dalam penyelidikan di laboratoriu, diidentikkan dengan gempabumi yang terjadi.

Gambar : Hasil Penelitian di Laboratorium untuk pembebanan stress pada berbagai jenis batuan.

Mogi (1963) menggolongkan gempabumi menjadi tiga tipe, yaitu :
1.       Gempabumi tipe I. Merupakan rangkaian gempabumi dimana gempa utama –main shock- diikuti oleh banyak gempa sususlan –aftershocks-, namun rangkaian gempa ini tidak didahului oleh gempa pendahuluan –foreshock-. Rangkaian gempa tipe I ini dikaitkan dengan deformasi pada material pembentuk bumi dimana gempabumi itu terjadi yang bersifat homogen.

2.       Gempabumi tipe II. Merupakan rangkaian gempabumi dimana gempabumi utama didahului oleh beberapa gempa pendahuluan, dan setelah gempabumi utama disertai oleh banyak gempa susulan. Tipe gempabumi ini dikaitkan dengan kondisi batuan yang terdeformasi bersifat semi homogen.

3.       Gempabumi tipe III. Merupakan gempabumi yang tidak memiliki gempabumi utama. Dia merupakan rangkaian gempabumi panjang tanpa diserta gempabumi utama, sampai berhentinya rangkaian gempabumi itu. Tipe ini dikaitkan dengan gempabumi yang terjadi pada material yang terdeformasi bersifat sangat heterogen. Gempabumi tipe III ini juga disebutkan dengan swarm.

Hubungan antara frekuensi gempabumi dan stress yang bekerja pada material batuannya terlihat pada gambar di atas.
Hampir sebagian besar gempabumi tektonik yang terjadi di Indonesia, merupakan gempabumi tipe II,  Seperti Gempabumi  Sumbawa (1976). Gempabumi Aceh (2004), Gempabumi Jogyakarta ( 2006) dan lain lainnya. Banyaknya frekuensi gempabumi susulan yang terjadi biasanya digunakan untuk memprediksi kapan berhentinya ancaman gempabumi di daerah terdampak bencana. Walau secara instrumentasi rangkaian ini akan tercatat sangat lama terjadinya.

Sifat ini digunakan untuk memperediksi kapan mereda atau berakhirnya gempabumi susulan. 

Dasar untuk fisis yang digunakan sebagai perhitungan perediksi berhentinya, tepatnya meredanya gempabumi susulan adalah teori peluruhan energi yang merupakan fungsi eksponensial terhadap waktu. Selang waktu yang digunakan tergantung kondisi di lapangan, namun kalau pencatatan gempabumi susulannya sangat baik digunakan frekuensi harian. Untuk mudahnya bisa digunakan perhitungan eksponensial dengan exels atau hanya dengan grafik pada kertas semi logatmik. Kurvanya akan mirip dengan kurva pada gambar diatas yang sebelah kanan.

Sedangkan gempabumi volkanik atau runtuhan umumnya tergolong pada tipe III, yang merupakan rangkaian gempabumi menarik dan menakutkan masyarakat sekitarnya yang merasakan, karena umumnya disertai dengan suara gemuruh disamping goncangan. Gempabumi jenis ini banyak termonitor di : Papua Barat, Gn Lawu (1979), Lampung dan tempat lainnya.

Puri Gading 05 Pebruari 2015.


0 comments:

Posting Komentar