“SERIAN
GEMPABUMI SITUBONDO JENIS SWARM”
Situbondo, daerah Kabupaten di
Pantai Utara Jawa Timur belakangan ini rama karena daerahnya sering merasakan
guncangan gempabumi yang cukup kuat, disertai dengan suara dentuman, maupun
suara bergemueuh. Kejadian ini mengingatkan kita pada peristiwa yang sama yang
menimpa daerah lain di Jaea Timur, yaitu daerah Ponorogo, dengan kejadian yang
hampir sama. Masyarakat sering merasakan goncangan gempabumi diiringi oleh
suara berdentum, atau suara gemuruh.
Gempabumi sedemikian rupa juga
pernah menimpa beberapa daerah lain seperti daerah sekitar Gunung Lawu pada
tahun 1979, daerah Lampung tahun 2009. Suara yang mengiringi kejadian gempabumi
membuat takut masyarakat setempat, padahal dari catatan alat pencatat gempabumi
–seismograph- yang dipasang di lokasi menunjukkan gempabuminya tergolong kecil
sekitar 2 – 3 Skala Richter, namun goncangannya yang cukup kuat disertai
dentuman ataupun suara gemuruh membuat ciut nyali masyarakat sekitarnya.
Pada semua kejadian tersebut ,
walau beberapa diantara gempanya menyebabkan kerusakan, namun secara kronologis
tidak menunjukkan adanya gempabumi utama, yang umumnya merupakan gempa dengan
kekuatan nyang menonjol dibandingkan dengan gempa lainnya. Serian gempa yang demikian
oleh K Mogi, dikategorikan menjadi gempa swarm, yaitu gempabumi tipe III, dalam
pengelompokannya yang merupakan serian gempabumi yang tidak mempunyai gempa
utama. Terjadi pada batuan yang sangat tidak homogin, baik dalam umur maupun
jenis batuannya.
Gempa lainnya adalah gempabumi
tipe I , yang merupakan serangkaian gempabumi, yang hanya terdiri dari gempa
utama dan gempa susulan, tidak didahului oleh gempa pendahuluan, biasa terjadi
di daerah yang batuannya sangat solid dan homogin. Sedangkan gempabumi tipe II,
merupakan serian gempabumi yang lengkap, terdiri daeri gempa utama, yang
didahului oleh gempabumi pendahuluan, dan diikuti dengan gempa susulan. Tipe
gempabumi ini terjadi di daerah yang batuannya mendekati homogin, yang
merupakan tipe gempa bumi yang umum terjadi. Tipe ini memberikan harapan akan
dapat diprediksinya gempabumi dikemudian hari.
Kembali ke Gempabumi Situbonda,
yang terjadi selama April 2012 ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala BMKG
Tretes, Benny Sipollo, merupakan gempabumi jenis swarm. Karena kekuatannya
sangat kecil sekitar 2,7 an Skala
Richter. Suara dentuman yang terjadi menunjukkan bahwa adanya peristiwa
meledaknya batuan karena adanya desakan, atau longsoran ataupun jatuan batuhan
yang terjadi dalam goa atau doom, kalau itu terkait dengan aktivitas gunung
api, seperti yang terjadi di Gunung Lawu 1979 sebagai dampak runtuhnya batuan
pada dinding kawah yang sudah kosong. Hal ini dapat pula terjadi karena
meledaknya batuan kapur karena adanya proses kimiawi saat kapur terinvasi air.
Akan tetapi proses ini jarang terjadi di Indonesia. Proses gempabumi Situbondo,
boleh jadi karena : adanya runtuhan batuan dalam goa yang tidak kasat mata dari
permukaan.
Aktivitas gempabumi yang terjadi
kali ini, menunjukkan eksistensi Situbondo sebagai daerah yang berpotensi
gempabumi, walau gempa yang sifatnya sangat lokal, karena hanya dicatat oleh
alat yang dipasang di dekat lokasi, dan tidak terdeteksi oleh jaringan
gempabimi secara nasional. Gempabumi yang cukup kuat , bersifat lokal juga pernah
terjadi September 2007 yang menimpa Kecamatan Asem Bagus, Jangkar dan Banyu
Putih.
Penerangan kepada masyarakat akan
jenis, proses, maupun memonitor secara langsung aktivitas gempabumi Situbondo
merupakan langkah yang wajib dilakukan sebagai sosialisasi akan peristiwa alam
ini, terlebih di daerah ini sudah sering terjadi kejadian serupa.
==============================================
Jakarta, 23 April 2012========