“INGAT PERKONGSIAN
MENJELANG LEBARAN”
Kenangan ini kuawali
dengan kenangan menjelang lebaran di kala aku mulai merantau dan belajar
bekerja di ibukota. Kala itu aku punya teman tepatmya tetangga menjelang
lebaran, bulan puasa mengajakku berkongsi, memodali tepatnya menambah modalnya
untuk berjualan celana blue jean menjelang lebaran. Cepat cerita kutak tahu
bagaimana hasilnya. Aku berlebaran ke rumahnya, tahu apa yang terjadi. Eh eh eh
aku diusir istrinya, dengan ucapan. Sudah tahu orang tak punya duit malah
datang katanya. Aku nggak enak hati lalu pamitan. Eh setelah kutahu itu ada
kaitan dengan kongsi dagang. Bukan main, persahabatan kandas gara gara uang.
Menjelang lebaran
sekitaran 8 tahun yang lalu, tepatnya masih bulan puasa aku naik pesawat dari
Ngurah Rai – ke Cengkareng. Aku naik duduk langsung tidur, aku tak hiraukan ada
profesional muda duduk di bangku dekat jendela, aku biasa milih bangu dekat gang
biar sayup sayup kuhirup wanginya pramugari lewat. Aku duduk terus tidur saja.
Setelah sekitar sejam terbang aku bangun langsung ke kamar mandi, cuci muka.
Kusapa tetangga dudukku.Eh obrolan nyambung, dari masalah pertemanan dan sampai
masalah hukum. Rupanya dia pengacara muda yang akan mendampingi kliennya sidang
hukum niaga di Jakarta Kota/ Hehehe dia bilang coba kita ngobrol sejak baru
naik pak, sangat nyambung obrolan kita katanya. Akh bisa saja adik ini kataku.
Padahal emang aku saving tenaga sengaja tidur tidak mau ngobrol dan tidur dulu. Kataku basa basi senang juga mgobrol sama adik, selamat berjuang ta kataku…… aku
berpisah di termibal kedatangan, karena driverku sudah menjemputku.
Lebaran dua tahun
lalu, aku chatting dengan kongsi baruku, kebetulan dia pulang kampong jauh di
pedalaman Sumatera sana. Salah satu obrolan liarku dengan bahasa inggris lagi.
Ku Tanya sampai kapan kita berkongsi kalau begini. Dia menjawabnya sampai aku
menikah pak. Ah berat lho berjanji, karena janji itu utang kataku. Insya alalah
katanya. Waktupun berjalan pelan, kongsi tetap berjalan dengan baik. Namun
menjelang puasa 2018, semua komunikasi terputus. Aku tak tahu ada apa rupanya.
Eh ternyata tak ku duga, kucoba hubungu dia mengingkari janjinya.
Dia bilang hari gene
masih ingat janji, hari gene masih nuntut janji, Memang lidah tak bertulang kataku
dalam hati sambil berdoa semoga Tuhan Memaafkan pendapatnya. Dan banyak lagi
aku diceramahin olehnya, hanya saja itu ku tahu hanya pelarian dari
kesulitannya. Semoga dia cepat tersadarkan dan kembali kejalan yang benar.
Hidup memang bermacam
macam. Perkongsian memang perlu dalam kehidopan akan tetapi perkongsian yang
hendaknya menyenangkan semua pihak, tidak merugikan sepihak menguntungkan pihak
lain. Memang perkongsian apalagi perkoncoan memang tidak ada tertulis hitam
diatas putih akan sangat mudah terjadi pengingkaran, memang perkongsian
berdasarkan kepercayaan, kejujuran.
Obrolan bisa
mempererat perkongsoan, namun perkongsian dapat menghasilkan keuntungan materi
maupun spiritual. Perkongsian juga berpotensi menyakiti satu sama lain, apalagi
bila terjadi salah persepsi dan didasari kepentingan lain. Adakah perkongsian
yang murni, Jawabku ada Buktinya aku punya kongsi sejak baru menginjak ibukota
sampai saat ini masih solid, semoga. Semoga renungan ini menjadi pengobat dan
pengetuk hati para kongsiwan untuk tetap ingat akan janji. Salam
Puri Gading, Medio Juni 2018.