Maha agung Weda. Coba saudara simak
bacaan berikut , yang mungkin akan membuat saudara terkagum-kagum karenanya. Bacaan ini di rujuk dari berbagai
tulisan ilmiah yang mencoba membahas kaitan iptek dengan Hindu .
Menurut Albert Einsten, agama di masa
depan adalah agama alam semesta. Agama
yang dapat diterima berbagai kalangan secara universal. Agama yang menghindari
dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan bathiniah, serta berdasarkan
pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik fisik maupun
spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang sangat berarti.
Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi: (1) bhuta
(ruang,materi), serta (2) kala (waktu,energi). Interaksi antara keduanya
menyebabkan alam -baik buana agung, makrokosmos maupun buana alit, mikro kosmos ) tidak
bersifat kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya
perubahanlah yang kekal. Sangat sesuai dengan management modern yaitu manajemen
perubahan ( Cg=hange Management), yang selalu mengelola perubahan dalam
mencapai suatu tujuan, karena diyakini bahwa yang kekal adalah peruybahan
tersebut secara dinamis, bukan bersifat statis.
Materi (bhuta) berubah karena ulah sang
kala. Lalu adakah aturan untuk semuanya ini?. Berubah karena peradaban, karena
meningkatnya kemampuan iptek dan kemampuan nalar manusia di dunia ini.
Alam semesta ini diciptakan Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa sebagai suatu paket
yang lengkap dalam suatu system dengan komposisi, struktur dan hukumnya
sendiri. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam Rta, sedangkan tingkah laku
manusia diatur dengan dharma.
Manusia merupakan bagian dari alam,
maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini
kemudian menurut Darwin, dalam hukum struggle for live nya, memaparkan bahwa
siapa yang kuat (bertahan) survival dialah yang akan menang, dan bertahan.
Disini sering kita sebut dengan proses seleksi alam.
Hukum alam ini bersifat mengatur gerak alam
semesta, baik makrokosmos, maupun mikrokosmos. Dari skala pada tingkat mikro hingga makro. Benda-benda langit
beredar dalam lintasannya menurut Rta.
Demikian pula gerakan-gerakan elektron
di sekeliling inti., hamper ,irip gerakannya dengan gerakan planet, atau bintang
sebagai anggota system tata surya. Hukum
alam bersifat rahasia yang mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi (idep)
manusia. Pada perkembangan selanjutnya Rta berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang saati ini lebih dikenal dengan sains.
Petualangan manusia dalam dunia sains
berawal dari keragu-raguan dan bermuara pada kepercayaan akan adanya
ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal
sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya,
bermuara pada tingkat keyakinan dan
kepasrahan.
Dengan demikian, sains dan agama
menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu
dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap
sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, maka
keduanya sebenarnya merupakan sebuah himpunan dan himpunan bagiannya, sehingga
tidak layak jika keduanya masih dipertentangkan.
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku
yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam
falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Pramana, yaitu :
- Anumana Pramana
- Agama Pramana
- Praktyasa Pramana
Tri Pramana merupakan metode ilmiah
dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen bila meminjam dan menyitir
pendapat Mahatma Gandhi, maka Tri Pramana adalah landasannya.
Eksperimen bermula dari adanya problema
yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas
gejala-gejala yang timbul (Anumana Pramana), mengumpulkan keterangan-keterangan
dari sumber tertulis atau pengalaman (Agama Pramana), serta dibuktikan dengan
pengamatan langsung (Praktyasa Pramana).
Pengetahuan kebenaran yang telah berhasil
disingkap harus dipublikasikan, disampaikan
kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan
pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh)
dalam kerangka Tri Pramana.
Sungguhlah berdosa jika sampai kita
memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar kita
tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci
WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya
disebarluaskan kepada yang lainnya (Rigveda 1.12.6). Dan dalam
Bhagawadgita disebutkan bahwa : persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih
bermutu daripada persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33)
Informasinya diatas dapat dilengkapi
dalam bidang-bidang lain ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menunjukkan
betapa kayanya weda dalam kaitanmya dengan iptekl, diantaranya pada uraian
dibawah ini yang mana isi weda bila ditarik mundur pada zaman penulisannya,
maka akan terlihat sangat futuristic, memandang sesuatu itu sangat jauh
kedepan.
Pada tahun 1895, delapan tahun sebelum pesawat terbang Amerika pertama di uji
cobakan di Kitty howk, North Carolina, seorang sastrawan sansekerta India
bernama Shivkar Bapuji Talpade dan istrinya menerbangkan pesawat buatan mereka
di Chowpatty beach Mumbai.
Para penganut Weda di jaman dahulu telah menjelajahi angkasa dengan menggunakan
kendaraan sejenis pesawat. Tidak hanya sekedar menjelajah akan tetapi mereka
juga berperang menggunakan pesawat tempur dalam usaha menguasai angkasa.hal ini
menunjukkan bahwa mereka telah menguasai tehnologi yang berkaitan dengan
penerbangan termasuk strata, arus atmosfir, tempetur relatif, kelembaban udara,
grafitasi dan lain-lain.
Rig Weda, dokumen tertua dalam sejarah pustaka
manusia berisikan referensi tentang jenis-jenis kendaraan sebagai berikut:
Jalayan yaitu kendaraan yang dapat bergerak di udara dan air (Rig Weda 6.58.3),
Kaara,kendaraan yang dapat bergerak di darat dan air (Rig Weda 9.14.1),
Tritala, kendaraan bertingkat tiga (Rig Weda 3.14.1), Trichakra Raatha,
kendaraan beroda tiga yang bergerak di udara (Rig Weda 4.36.1), Vaayu Raatha,
kendaraan yang menggunakan tenaga gas (Rig Weda 5.41.6), Vidyut
Raatha,kendaraan yang menggunakan tenaga listrik (Rig Weda3.14.1)
Agastya Samhita menjelaskan tentang dua jenis pesawat terbang sederhana, yang
pertama adalah chatra yaitu balon terbang menggunakan gas hydrogen. Proses
ekstraksi gas hydrogen dari air dijelaskan secara detail termasuk menggunakan
tenaga listrik. Ini disebut sebagai pesawat primitif dan sederhana hanya
digunakan untuk melarikan diri saat terkepung oleh musuh. Pesawat in dinamai
“Agniyana”.yang kedua adalah sejenis parasut Yang dapat dibuka dan ditutup
dengan menggunakan tali.