Minggu, 18 November 2012

PERSENTUHAN WEDA DENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI



Maha agung Weda. Coba saudara simak bacaan berikut , yang mungkin akan membuat saudara terkagum-kagum  karenanya. Bacaan ini di rujuk dari berbagai tulisan ilmiah yang mencoba membahas kaitan iptek dengan Hindu .

Menurut Albert Einsten, agama di masa depan adalah agama alam semesta.  Agama yang dapat diterima berbagai kalangan secara universal. Agama yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan bathiniah, serta berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik fisik maupun spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang sangat berarti.

Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi: (1) bhuta (ruang,materi), serta (2) kala (waktu,energi). Interaksi antara keduanya menyebabkan alam -baik buana agung, makrokosmos  maupun buana alit, mikro kosmos ) tidak bersifat kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya perubahanlah yang kekal. Sangat sesuai dengan management modern yaitu manajemen perubahan ( Cg=hange Management), yang selalu mengelola perubahan dalam mencapai suatu tujuan, karena diyakini bahwa yang kekal adalah peruybahan tersebut secara dinamis, bukan bersifat statis.

Materi (bhuta) berubah karena ulah sang kala. Lalu adakah aturan untuk semuanya ini?. Berubah karena peradaban, karena meningkatnya kemampuan iptek dan kemampuan nalar manusia di dunia ini.

Alam semesta ini diciptakan Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa sebagai suatu paket yang lengkap dalam suatu system dengan komposisi, struktur dan hukumnya sendiri. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam Rta, sedangkan tingkah laku manusia diatur dengan dharma.

Manusia merupakan bagian dari alam, maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini kemudian menurut Darwin, dalam hukum struggle for live nya, memaparkan bahwa siapa yang kuat (bertahan) survival dialah yang akan menang, dan bertahan. Disini sering kita sebut dengan proses seleksi alam.
Hukum alam ini bersifat mengatur gerak alam semesta, baik makrokosmos, maupun mikrokosmos. Dari skala pada  tingkat mikro hingga makro. Benda-benda langit beredar dalam lintasannya menurut Rta.

Demikian pula gerakan-gerakan elektron di sekeliling inti., hamper ,irip gerakannya dengan gerakan planet, atau bintang sebagai anggota system tata surya.  Hukum alam bersifat rahasia yang mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi (idep) manusia. Pada perkembangan selanjutnya Rta berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang saati ini lebih dikenal dengan sains.

Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan bermuara pada kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya, bermuara  pada tingkat keyakinan dan kepasrahan.

Dengan demikian, sains dan agama menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, maka keduanya sebenarnya merupakan sebuah himpunan dan himpunan bagiannya, sehingga tidak layak jika keduanya masih dipertentangkan.

Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Pramana, yaitu : 
  1. Anumana Pramana
  2. Agama Pramana
  3. Praktyasa Pramana 
Tri Pramana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen bila meminjam dan menyitir pendapat Mahatma Gandhi, maka Tri Pramana adalah landasannya.

Eksperimen bermula dari adanya problema yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala yang timbul (Anumana Pramana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber tertulis atau pengalaman (Agama Pramana), serta dibuktikan dengan pengamatan langsung (Praktyasa Pramana).
Pengetahuan kebenaran yang telah berhasil disingkap harus  dipublikasikan, disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana.

Sungguhlah berdosa jika sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya (Rigveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita disebutkan bahwa : persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33)

Informasinya diatas dapat dilengkapi dalam bidang-bidang lain ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menunjukkan betapa kayanya weda dalam kaitanmya dengan iptekl, diantaranya pada uraian dibawah ini yang mana isi weda bila ditarik mundur pada zaman penulisannya, maka akan terlihat sangat futuristic, memandang sesuatu itu sangat jauh kedepan.

Pada tahun 1895, delapan tahun sebelum pesawat terbang Amerika pertama di uji cobakan di Kitty howk, North Carolina, seorang sastrawan sansekerta India bernama Shivkar Bapuji Talpade dan istrinya menerbangkan pesawat buatan mereka di Chowpatty beach Mumbai.

Para penganut Weda di jaman dahulu telah menjelajahi angkasa dengan menggunakan kendaraan sejenis pesawat. Tidak hanya sekedar menjelajah akan tetapi mereka juga berperang menggunakan pesawat tempur dalam usaha menguasai angkasa.hal ini menunjukkan bahwa mereka telah menguasai tehnologi yang berkaitan dengan penerbangan termasuk strata, arus atmosfir, tempetur relatif, kelembaban udara, grafitasi dan lain-lain.

Rig Weda, dokumen tertua dalam sejarah pustaka manusia berisikan referensi tentang jenis-jenis kendaraan sebagai berikut: Jalayan yaitu kendaraan yang dapat bergerak di udara dan air (Rig Weda 6.58.3), Kaara,kendaraan yang dapat bergerak di darat dan air (Rig Weda 9.14.1), Tritala, kendaraan bertingkat tiga (Rig Weda 3.14.1), Trichakra Raatha, kendaraan beroda tiga yang bergerak di udara (Rig Weda 4.36.1), Vaayu Raatha, kendaraan yang menggunakan tenaga gas (Rig Weda 5.41.6), Vidyut Raatha,kendaraan yang menggunakan tenaga listrik (Rig Weda3.14.1)

Agastya Samhita menjelaskan tentang dua jenis pesawat terbang sederhana, yang pertama adalah chatra yaitu balon terbang menggunakan gas hydrogen. Proses ekstraksi gas hydrogen dari air dijelaskan secara detail termasuk menggunakan tenaga listrik. Ini disebut sebagai pesawat primitif dan sederhana hanya digunakan untuk melarikan diri saat terkepung oleh musuh. Pesawat in dinamai “Agniyana”.yang kedua adalah sejenis parasut Yang dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan tali.

0 comments:

Posting Komentar