Sawah di sekitar Larantuka

Salah satu sudut jalan transflores yang menghubungkan antara Maumere dan Larantuka

Pantai Larantuka

Salah satu pesisir pantai di kota Larantuka

Danau Tiga Warna Kelimutu

Danau tiga warna terdapat di kabupaten Ende, Flores.

Labuan Bajo

Salah satu spot menarik di Labuan Bajo, Manggarai, FLores.

Tari Hegong

Tarian Tradisional dari Maumere, Flores, untuk penyambutan tamu.

Rabu, 26 Maret 2014

Gempa Laut

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT
SUMATERA DAN SEKITARNYA
Listya Dewi Rifai1, I Putu Pudja2
1Akademi Meteorologi dan Geofisika
2Puslitbang BMKG
ABSTRAK
Secara umum, wilayah Sumatera di bagi menjadi dua sumber gempa tektonik, yaitu pada zona
subduksi di sepanjang laut dan pada zona-zona sepanjang patahan sistem sesar Sumatera di
daratan. Sebagai studi awal untuk melihat interaksi antara kejadian gempa pada kedua daerah
tersebut, maka dilakukan pendekatan dengan menganalisa gempa berdasarkan P-axis fokal
mekanisme, rentang waktu kejadian, dan jarak dengan mengambil sampel dari data sejumlah
gempabumi dirasakan yang pernah terjadi di laut dan di daratan pulau Sumatera selama tahun
2007 sampai 2009. Setelah dilakukan analisa P-axis dari hasil plot fokal mekanisme, jarak, dan
selang waktu kejadian, diindikasikan bahwa kejadian gempa di laut mentrigger terjadinya gempa
di darat. Didapatkan bahwa sebelum gempa darat 19 Juni 2008 dan 01 Oktober 2009, sejumlah
gempa-gempa di lautnya memiliki kelurusan arah P-axis cenderung terhadap gempa di daratan.
Kata kunci: P-axis, gempa laut, gempa darat.
ABSTRACT
Generally, Sumatera devided by 2 resources of tectonic earthquake, consist of subduction zone
along the sea and subduction along fracture at Sumatera fault system in the land. As the begining
study for observe interaction of earthquake from both of earthquake zone, do approximate to
analyse the earthquake according P-axis of focal mechanism, stretches of time, and distance with
take sample from a number of felt earthquake data that occur in the sea and the land of Sumatera at
2007 - 2009. After analyse P-axis from result of focal mechanism plot, distance, and time range,
indicated that earthquake occur in the sea trigger earthquake occur in the land. We found that before
earthquake 19 Juny 2008 and 1 October 2009, a number of earthquake in the sea have P-axis
direction inclined turned to earthquake in the land.
Key words: P-axis, earthquake in the sea, earthquake in the land.
Naskah masuk : 27 September 2010
Naskah diterima : 15 November 2010
142

Rabu, 19 Maret 2014

Kapan Kabut Asap Hilang

"KAPAN KABUT ASAP HILANG?"


Stream Line
Itu pertanyaan yang sering di ucapkan teman-teman di daerah bencana kabut asap, terutama di Riau dan dekitarnya saat ini!. Sebenarnya sudah sangat banyak informasi yang diberikan oleh temen-teman di TanjungPinang, yang mengatakan bahwa telah terjadi dryspell yang sangat panjang di daerah ini, sehingga hujan kelihatannya enggan turun.

Hari terang dikatakan sampai mencapai 60 hari, sehingga dapat kita bayangkan betapa kering dan panasnya daerah tersebut. Hal itu sebenarnya sudah penulis ungkapkan di tulisan sebelumnya tentang kabut asap di Pekanbaru dan sekitarnya. yang diakibatkan oelh dua hal yang sangat dominan. (1) ada nya bayangan hujan yang menimpa daerah tersebut, sehingga angin turun panas membuat keringnya lahan dipermukaan, (2) daerah ini menjadi belokan angin baratan yang dipekuat oleh seruakan dingin Asia ( Asia Cool Surge), yang menguras uap air di atas wilayah ini karena dengan segera tertarik ke arah timur, dan menjadikannya hujan diluardaerah ini.

Kedua kondisi ini akan membuat semakin garing, udara diatas daerah Riau, dalam jangka waktu yang panjang. Kondisi ini dapat memicu api berkembang sangat cepat bila terjadi titik api, terlebih kita ketahui bahwa daerah bencana ini merupanan daerah gambut dan primadona pengembangan perkebunan kelapa sawit, sehingga suasana kering dan kemarau ini menjadi ajang yang baik untuk pembakaran atau kebakaran. Atau titik api karena alami muncul atau titik api karena disengaja oleh seseorang untuk kepentingan sendiri atau perusahaannya.

Kondisi ini menjadikan Riau-baca Pekanbaru- seakan merupakan daerah kering di tengah daerah hujan dan musim kemarau yang melanda di monsun baratan ini. Kita bisa perhatikan bahwa Kalimantan, jawa, Sumatera Selattan di satu pihat mengalami musim hujan bahkan kebanjiran, juga daerah belahan barat Bukit Barisan seperti Aceh Besar - Aceh tenggara, pesisir barat Sumut masih sering mengalami hujan selama Riau kebakaran.

Awan hujan di atas wilayah Riau, seakan enggan muncul karena tarikan kuat angin baratan yang beresonansi dengan angin lanjutan akibat seruakan dingin Asia, ditambah angin turun panas akibat uap airnya telah terkuras turun sebagai hujan di belahan barat Bukit Barisan.

Nah kapan kbut asap di Pekan baru, atau daerah Riau akan berhenti. Saat Bapak Presiden SBY meninjau pemadaman kebakaran lahan di daerah itu, dilaporkan kabut asap sudah menipis, dan hujan pun sudah mulai turun. Jadi kapan dong. Nah sebagai jawaban fisisnya tentu saja kabut asap akan berhenti atau berkurang sejalan dengan melemahnya seruakan dingin Asia, melemahnya angin monsun baratan, serta melemahnya Moment Dipole Negatif. Kelihatannya fenomena tersebut sudah mulai menghilang, sehingga kabut asap Riau akan mulai berkurang juga.

Jawaban pertanyaan itu adalah bahwa kabut asap akan menghilang sejalan dengan melemahnya monsun baratan, seruakan dingin Asia, serta melemahnya dampak Momen Dipole.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
ipt_pudja@yahoo.com
Pondok Betung, 19 Maret 2014


Rabu, 12 Maret 2014

Sehari kurang, tiga gempa dirasakan.

“SEISMISITAS SEGMEN SELATAN JATIM-BALI-NTT MENINGKAT AKTIPITASNYA”

Oleh : I Putu Pudja

"Suasana Pantai Kuta"( www.google.com)
Minggu, 9 Maret 2014 merasakan tiga kali getaran gempabumi dalam waktu kurang dari tiga belas jam, masyarakat pesisir Kuta yang merupakan pantai tersibuk di Bali merasakannya dengan getaran sekitar II MMI untuk gempa-gempa tersebut. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa ketiga gempabumi tersebut memang mempunyai epicenter relatip dekat dengan pantai Kuta. Gempabumi tersebut yaitu:

  • Tanggal 9  Maret 2014, pk 07 50 01 WIB 9.41 LS -115.04BT kedalaman 30 km kekuatan 4,4 SR dirasakan II MMI di Kuta Bali. Pusat gempabumi sekitar 78 km tenggara Kuta Bali.
  • Tanggal 9 Maret 2014 18 49 08 WIB 11.48 LS – 118.84 BT kedalaman 10 km kekuatan 5.0 SR . Pusat gempabumi sekitar 218 km Barat Daya Sumba Barat, dirasakan II – III di Sumba Barat, di pantai Kuta dirasakan II MMI
  • Tanggal 9 Maret 2014 pk. 20 42 16 WIB 9.20 LS – 112.98 BT kedalaman 10 km kekuatan 5.4 SR . Pusat Gempabumi  sekitar 115 km Tenggara Malang, dirasakan di Malang II-III MMI, Sidoharjo, Yogyakarta II MMI, pantai Kuta II MMI
Ketiga gempa tersebut menunjukkan bahwa segmen zona subdaksi antara Jawa Timur – NTT measih merupakan segmen seismic aktip, yang dalam duapuluh tahun terakhir belum terjadi gempabumi besar. Terakhir yang cukup besar terjadi adalah saat terjadi gempabumi dan tsunami di pantaiselatan Jember dan Banyuwangi 1994.

Karena demikian dekatnya waktu kejadian gempabumi satu dengan lainnya, sangat mungkin telah terjadi triggering, gangguan kesetimbangan energi di segmen tersebut, yang sudah lama ‘tidur’ mengumpulkan nergi. Akan tetapi bila ditarik ke kejadian yang lebih jauh maka kita temukan kejadian volkanik yang berdekatan secara temporal terhadap kejadian ini yaitu leutusan Gunung Kelud, beberapa minggu lewat, sehingga pertanyaan melebar menjadi “apakah letusan Gunung Kelud  juga memicu aktipitas zona subdaksi disekitarnya?”

Bila memperhatikan kekuatan gempabumi yang terjadi hanya antara 4,4 – 5,4 SR, maka dapat dikatakan bahwa gempabumi yang kecil demikian sudah mengguncangkan daerah daerah yang sangat luas, menunjukkan bahwa sudah terjadi kelemahan struktur sampai tinggkat permukaan, sehingga gangguan getaran dirasakan sampau daerah yang sangat jauh, untuk gempabumi selatan Malang. Menurut sejarah kegempaan dan sifat gelombang seismic jarang gempa dangkal (kedalaman 10 km) dirasakan sampai begitu jauh Sidoarjo, dan Yogyakarta.

Demikian pula untuk gempabumi tenggara Kuta, dengan kekuatan hanya 4,4 SR dengan jarak sekitar 78 kilometer dari daerah Kuta, Bali ternyata getarannya dirasakan di Kuta II Skala MMI. Padahal juga merupakan gempabumi dangkal hanya dengan kedalaman 30 km.

Untuk gemoabumi Sumba, masih masuk akal dengan kekuatan 5,0 SR goncangannya dirasakan II MMI di daerah Sumba Barat dan Pantai Kuta, walau episesenternya relatip jauh.

Dari ketiga gempa tersebut dapat diduga bahwa ketiganya berada pada lempeng Erasia, yang melandasai Pulau Sumba-Bali dan Jawa. Khusus untuk gempabumi Kuta dan Malang kelihatannya gempa tersebut terjadi pada plat tektonik kontinen Eurasia, sebagai patahan yang terjadi akibat kuatnya desakan dari lempeng tektonik Oseanik Indo-Australia.

Secara kesetimbangan energy, pelepasan secara nyicil demikian dari sebuah segmen menguntungkan, karena penumpukan energy yang terjadi di daerah tersebut terbagi secara temporal, dan tidak dilepas sekaligus, sehingga tidak terjadi gempa yang cukup besar. Namun kalau kita melihat statistic kegempaan di daerah tersebut rupanya sudah cukup lama ‘senyap’ (gap seismic), sehingga patut dipertanyakan apakah ketiga gempa itu hanyalah merupakan fore shock, atau merupakang single event. Nah hanya waktu yang bisa menjawabnya, sambil kita cermati data gempabumi yang berasal dari daerah tersebut.

Penulis : seismolog, sekarang dosen pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Minggu, 09 Maret 2014

Cuaca dan Kabut Asap di Pekanbaru

Terkait Kabut Asap Pekanbaru:
“KEBAKARAN DI MUSIM HUJAN, KENAPA TIDAK”

Oleh : I Putu Pudja


Kabut asap Riau sumber 

Sampai tulisan ini ditulis, berita pembatalan penerbangan ke Pekanbaru masih saja terjadi. Itu disebabkan karena kabut asap masih dibawah syarat minimal aman penerbangan untuk kegiatan take-off landing di bandara. Kabut asap merupakan bencana yang sudah terjadi sejak bulan lalu di daerah tersebut, padahal daerah lain di Jawa dan Bali serta beberapa daerah di Sumatera masih sibuk dengan hujan lebat dan banjir yang menimpa daerahnya

Musim hujan yang telah hadir mengentak dengan curah hujan tinggi, sejak awal Januari 2014. Itu dikarenakan adanya anomaly cuaca secara global. Di daratan Amerika Serikat turun salju yang sangat ektrim, di China, Vietnam, Mesir, Israel, Palestina mengalami hujan salju yang telah lama tidak hadir disana. Sedangkan di Inggris sama dengan di Indonesia mengalami banjir, dan di Australia diterjang gelombang panas sehingga mereka tidak tahan berlama-lama di luar rumah.


Secara regional, Indonesia mengalami gangguan seruakan dingin Asia yang bergerak daro daratan timur Asia menuju selatan-barat daya, melintasi khatulistiwa terus berbelok ke tenggara akibat Hukum Boys Ballot, dan gaya corrilolis. Uap air di atmosfer Indonesia sangat tinggi konsentrasinya akibat suhu permukaan perairan yang ada diatas normal. Kondisi dingin di Afrika Utara mendorong angin basah menurunkan hujan di lereng barat Bukit Barisan.

Karena kondisi ini maka angin panas turun membuat kerng kerontangnya udara permukaan Pekanbaru, sehingga membuat lahan disana sangat kering, dan mengundang hasrat petani dan peklebun untuk membakar lahan. Demikian juga dengan belokan angin dari seruakan dingin Asia yang membelok ke tenggara menguras uap air di atas Pekanbaru dan daerah sekitarnya menjadi dibawa ketimur, menjadikan udara di atas Pekanbaru dan sekitarnya menjadi keirng dan sangat mudah terbakar.

Kedua kondisi ini menyebabkan sedikit saja ada api liar  menjadi besar dan asapnya membenrtuk kabut asap yang mencemari udara daerah Riau daratan dan sekitarnya. Sehingga menjadikan visibilitas menjadi pendek, dan lebih pendek dari persyaratan minimum untuk proses take off dan lending secara aman. Yang tentu saja sangat membahayakan penerbangan kalau di langgar. Kejadian itulah rupanya yang menyebabkan dibatalkannya penerbangan Citilink dari Jakarta ke Pekanbaru, pada Minggu sore, 9 Maret 2014, setalah sempat tertunda selama dua jam. 

Kabut asap disebabkan dengan banyaknya titik api, atau titik bakar di daerah Riau daratan dan sekitarnya, dapat dikatakan sebagai akibat dari daerah tersebut menjadi daerah bayangan hujan, dan berada di tepian tikungan angin kencang sebagai resultante angin baratan pada musim hujan ini ditambah diperkuat oleh angin seruakan dingin Asia yang pada daerah ini memberlok ke tenggara, menyusuri atas perairan Laut China Selatan terus menuju Laut Jawa, daratan Jawa menuju tekanan rendah sekitar Australia. Kecepatan dan pusaran angin di daerah ini mengakibatkan semakin keringnya daerah Riau daratan pada saat konsisi ini berlangsung. Diduga proses awal telah terjadi sejak akhir tahun 2013 sampai saat ini.

Walaupun demikian, rupanya tetangga kita Singapura dan Malayasia tidak protes. Itu karena L1) posisi Malaysia dan Singapura hampir sama dengan posisi Riau daratan bila dilihat dari sirkulasi udara, sehingga beberapa kebakaran diduga terjadi juga di Malaysia, dan asapnya malah di bawa kea rah Indonesia. (2) angin maratan masih kuat sehingga asap yang terjadi di daratan Riau akan terbawa angin kearah tenggara dari daerah tersebut.

Namun, karena masih basahnya udara yang kaya uap air di ats daratan Sumatera Selatan, Lampung dan Jawa menyebabkan tidak sampai udara dengan asap tersebut tersebarkesana.  Jadi fungsi angin baratan yang masih kuat menyebabkan kabut asap tidak sampai mencemari negara tetangga yang biasanya paling sibuk protes, yaitu Malaysia dan Singapura. Mungkin kali ini asap dari Malaysia bisa mencemari Indonesia terbawa oleh nagin baratan tersebut.

Puri Gading, Jimbaran: 9 Maret 2014.