Minggu, 27 Juli 2014

Penyimpangan Musim 2014



“KENAPA DENGAN CUACA INDONESIA?”

Oleh : I Putu Pudja

Beberapa anomaly local sampai gelobal dalam cuaca atau musim terjadi belaknagn ini. Dalam skala local kita jumpai adanya hujan yang masih rajin datang di puncank hitungan musim  kemarau. Bahkan menimbulkan banjir di ibukota. Hujan masih mengguyur beberapa daerah di Jawa – Nusa Tenggara pada musim kemarau ini di dahului oleh saat siang cuaca yang sangat ‘panas’  lembab, kemudian beberapa hari siang hari ditandai dengan suhu yang relative rendah, bahkan sampai 3 – 5 derajat celcius dari kondisi normalnya, akan tetapi sore, malam atau subuh disertai dengan hujan ‘shower’ walau waktunya relative pendek. Tapi cukup membuat genangan diatas jalan aspal.
Ditingkat regional kita jumpai adanya suhu dingin yang cukup ekstrim di daratan Australia,  bersamaan dengan terlambatnya lahir siklon tropis di perairan belahan utara Indonesia, dekat Filipina. Menurut beberapa akhli bahwa kehadirannya telat, yang biasanya mulai hadir akhir April setiap tahunnya. Ditingkat global kita ikuti berita adanya hujan es, berupa biji sebesar bola pingpong di beberapa wilayah Rusia. Sehingga lengkaplah penyimpangan yang terjadi.
Sementara itu pula kita ikuti sejak bulan Mei 2014 lalu informasi beberapa pakar Klimatologi yang mengatakan bahwa ada pengaruh El Nino pada kemarau ini akan menguat mulai Juli 2014.  Kacaunya musim tersebut membuat kacau juga pemahaman kita terhadap iklim. Mana yang benar. El Nino sebenarnya secara umum membuat musim di Indonesia semakin kering, tapi kok masih banyak hujan. Terus siang yang demikian dingin suhunya kok bisa menghadirkan sering hujan di tengah kemarau, sehingga seorang rekan yang pakar meteorology tropis BMKG yang kini dosen di Akademi Meteorologi dan Geofisika. Paulus Agus Winarso menuliskan opininya di Kompas, bahwa ada El Nono basah. Nah apalagi ini.

 
Guna memahami kejadian aneh ini sebenarnya sangat simple bila kita lihat proses fisis yang berkembang saat ini. Temperatur laut yang sebenarya normal pada bulan Juli ini menjadi relative lebih hangat bila dibandingkan dengan temperature udara yang demikian dingin, sehingga penguapan terus berlangsung. Udara dingin karena adanya angina tenggara yang diperkuat oleh tarikan siklon tropis di periran Filipina, sehingga menambah dingin suhu udara, dan menambah laju penguapan karena gradient suhu permukaan laut dan udara menjadi positif, sebagai perangsang penguapan.

 



Time series Sun spot
El Nino rupanya datang tidak seperti yang diprakirakan sebelumnya. Walau bulan Mei sudah menunjukkan gejala ternd peningkatan, namun para pakar lupa adanya siklus sekitar seratus tahunan setiap awal millennium meinimnya sunspot yang mengakibatkan suhu dipermukaan bumi menjadi relative lebih dingin. Musim panas di Rusia ada hujan es, musim dingin di Australia menjadi ekstrim, dan musim kemarau di Indonesia banyak hujan. Demikian pula ternd El Nino tidak seperti prediksei semula sehingga banyak pakar yang kecele.
Jadi secara dinamika fisis, kejadian yang terjadi selama ini merupakan kejadian sebagai dampak proses yang sangat sederhana, menurunnya pasokan energy ke atmosfer karena berkurangnya sun spot di awal millennium ini, merupakan periode menurunnya sunspot secara statistic membuat semakin dingin udara atmosfer. Udara dingin melintas diatas Indonesia akibat tarikan tekanan rendah siklon tropis yang mulai silih berganti tumbuh di perairan Filipina –yang hadir cukup terlambay- memperlaju penguapan karena gradient suhu permukaan laut dengan udara yang positif, serta tidak terjadinya penguatan El Nino seperti prediksi. Hujanpun masih rahin turun pada hitungan musim kemarau ini, bahkan akan sangat mungkin kondisi ini berlangsung sampai memasuki musim hujan pada OKtober 2014 nanti.

Bintaro, medio Juli 2014.



0 comments:

Posting Komentar