“KENAPA DENGAN CUACA INDONESIA?”
Oleh : I Putu Pudja
Beberapa anomaly local sampai
gelobal dalam cuaca atau musim terjadi belaknagn ini. Dalam skala local kita
jumpai adanya hujan yang masih rajin datang di puncank hitungan musim kemarau. Bahkan menimbulkan banjir di
ibukota. Hujan masih mengguyur beberapa daerah di Jawa – Nusa Tenggara pada
musim kemarau ini di dahului oleh saat siang cuaca yang sangat ‘panas’ lembab, kemudian beberapa hari siang hari
ditandai dengan suhu yang relative rendah, bahkan sampai 3 – 5 derajat celcius
dari kondisi normalnya, akan tetapi sore, malam atau subuh disertai dengan
hujan ‘shower’ walau waktunya relative pendek. Tapi cukup membuat genangan
diatas jalan aspal.
Ditingkat regional kita jumpai
adanya suhu dingin yang cukup ekstrim di daratan Australia, bersamaan dengan terlambatnya lahir siklon
tropis di perairan belahan utara Indonesia, dekat Filipina. Menurut beberapa
akhli bahwa kehadirannya telat, yang biasanya mulai hadir akhir April setiap
tahunnya. Ditingkat global kita ikuti berita adanya hujan es, berupa biji
sebesar bola pingpong di beberapa wilayah Rusia. Sehingga lengkaplah
penyimpangan yang terjadi.
Sementara itu pula kita ikuti
sejak bulan Mei 2014 lalu informasi beberapa pakar Klimatologi yang mengatakan
bahwa ada pengaruh El Nino pada kemarau ini akan menguat mulai Juli 2014. Kacaunya musim tersebut membuat kacau juga
pemahaman kita terhadap iklim. Mana yang benar. El Nino sebenarnya secara umum
membuat musim di Indonesia semakin kering, tapi kok masih banyak hujan. Terus
siang yang demikian dingin suhunya kok bisa menghadirkan sering hujan di tengah
kemarau, sehingga seorang rekan yang pakar meteorology tropis BMKG yang kini
dosen di Akademi Meteorologi dan Geofisika. Paulus Agus Winarso menuliskan
opininya di Kompas, bahwa ada El Nono basah. Nah apalagi ini.
Guna memahami kejadian aneh ini
sebenarnya sangat simple bila kita lihat proses fisis yang berkembang saat ini.
Temperatur laut yang sebenarya normal pada bulan Juli ini menjadi relative lebih
hangat bila dibandingkan dengan temperature udara yang demikian dingin,
sehingga penguapan terus berlangsung. Udara dingin karena adanya angina tenggara
yang diperkuat oleh tarikan siklon tropis di periran Filipina, sehingga
menambah dingin suhu udara, dan menambah laju penguapan karena gradient suhu
permukaan laut dan udara menjadi positif, sebagai perangsang penguapan.

Time series Sun spot
El Nino rupanya datang tidak
seperti yang diprakirakan sebelumnya. Walau bulan Mei sudah menunjukkan gejala
ternd peningkatan, namun para pakar lupa adanya siklus sekitar seratus tahunan
setiap awal millennium meinimnya sunspot yang mengakibatkan suhu dipermukaan
bumi menjadi relative lebih dingin. Musim panas di Rusia ada hujan es, musim
dingin di Australia menjadi ekstrim, dan musim kemarau di Indonesia banyak
hujan. Demikian pula ternd El Nino tidak seperti prediksei semula sehingga
banyak pakar yang kecele.
Jadi
secara dinamika fisis, kejadian yang terjadi selama ini merupakan kejadian
sebagai dampak proses yang sangat sederhana, menurunnya pasokan energy ke
atmosfer karena berkurangnya sun spot di awal millennium ini, merupakan periode
menurunnya sunspot secara statistic membuat semakin dingin udara atmosfer.
Udara dingin melintas diatas Indonesia akibat tarikan tekanan rendah siklon
tropis yang mulai silih berganti tumbuh di perairan Filipina –yang hadir cukup
terlambay- memperlaju penguapan karena gradient suhu permukaan laut dengan
udara yang positif, serta tidak terjadinya penguatan El Nino seperti prediksi.
Hujanpun masih rahin turun pada hitungan musim kemarau ini, bahkan akan sangat
mungkin kondisi ini berlangsung sampai memasuki musim hujan pada OKtober 2014
nanti.
Bintaro, medio Juli 2014.
0 comments:
Posting Komentar