Kamis, 12 Desember 2013

LONGSORAN GRAVITAS



Dominan di Jawa Timur Selatan
WASPADA LONGSORAN GRAVITAS

Masyarakat Desa Kedungbanteng, Kecamatan Sumbermanjing, Malang, Jawa Timur, Kamis dini hari 13 Juni 1985 yang lalu dikejutkan oleh tanah longsor yang menimbun 7 orang rekan mereka hingga meninggal. Peristiwanya terjadi setelah turun hujan angin yang disertai kilat beberapa jam sebelumnya.
Bencana alam ini, merupakan bencana alam serupa yang kedua, yang menelan korban pada periode 5 (lima) tahun terakhir di samping peristiwa serupa yang lain. Bencana tanah longsor Gunung Willis, 8 Desember 1981 dengan 41 orang meninggal dan 19 orang lagi dinyatakan hilang tertimbun longsoran.
Tanah longsor lain yang terjadi pada bagian Selatan Jawa-Timur, tercatat longsoran lereng Gunung Semeru yang berhadapan dengan daerah Lumajang dan tanah longsor di Blitar tahun lalu. Keduanya terjadi pada saat turun hujan sehingga lebih dikenal sebagai banjir bandang.

Daerah yang Longsor
Bila kita tinjau, lokasi bencana alam serta waktu kejadian maka dapat dikatakan bahwa hampir seluruh bencana alam tanah longsor yang terjadi di Indonesia, daerah longsor adalah daerah lereng yang menimbun perkampungan di hadapannya, serta kejadiannya pada musim hujan atau setelah turun hujan.
Hal ini sangat mudah difahami, karena daerah lereng, khususnya untuk lereng-lereng di belahan Selatan Jawa Timur yang memiliki struktur geologi yang hampir sama. Lereng-lereng dari relief kulit Bumi di daerah ini pada permukaannya, merupakan lapisan tipis (sekitar 1 – 2 meter) dengan materi tanah merah bercampur batu koral dan batu kapur. Sedang lapisan di bawahnya merupakan lapisan beku (batuan beku) jenis vulkanis yang menandai hampir sebagian besar daerah pegunungan di Indonesia.
Karena ganasnya cuaca daerah tropis menyebabkan kulit teratas (top soil) dari batuan di daerah ini mudah lapuk dan terkelupas pada beberapa tempat sehingga lapisan di bawahnya kelihatan, sehingga memudahkan aliran air hujan pada bidang antar lapisan pertama dan kedua ini. Ini bisa berakibat fatal karena sifat lapisan kedua yang rata-rata sulit diterobos air sedang lapisan pertama poros dan menghisap air.
Sifat poros (sarang) lapisan teratas mengakibatkan pada musim hujan air akan bersarang pada lapisan pertama, sehingga berat lapisan ini bertambah berat dari beratnya semula. Sedang aliran air hujan pada bidang antara lapisan kedua dan pertama akan lebih cepat mengikis lapisan pertama bila dibandingkan dengan lapisan kedua sehingga sedimentasi antar lapisan tersebut akan berkurang yang akan mempercepat terjadinya “sliding”.

Tanaman Tak Membantu
Bila memperhatikan laporan Satkorlak PBA bahwa daerah bencana merupakan lereng dengan kemiringan 45% s.d. 80% dengan tanaman yang cukup lebat dengan pohon-pohon kopi, kelapa, cengkeh dan lain-lain. Sehingga fungsi gesekan atau friksi antar lapisan tidak berperan dalam sliding.
Dalam kasus seperti ini faktor tanam-tanaman itu tidak membantu pada penyelamatan longsoran, mengingat massa pepohonan besar seperti yang disebutkan diatas akan menambah beban tanah permukaan yang merupakan faktor awal dari longsoran.
Lebih-lebih lagi akar dari pepohonan ini akan susah menembus lapisan beku pada lapisan kedua, sehingga yang sangat berperan dalam longsoran ini adalah gaya gravitasi, dan longsoran yang terjadi dalam kasus-kasus ini dikenal sebagai longsoran gravitas.
Memperhatikan hasil penelitian pergeseran tanah di pulau Jawa yang dilakukan Direktorat Geologi Tata Lingkungan, daerah Sumbermanjing, Tirtomoyo dan sekitarnya merupakan daerah rawan tanah longsor dan pergeseran tanah yang perlu diwaspadai, lebih-lebih selama musim penghujan mengingat faktor-faktor yang kurang menguntungkan diatas.
Hal ini tidak berbeda dengan data-data yang ada di BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), yang menunjukkan bahwa sebagian besar daerah Malang memiliki percepatan tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur sehingga dalam pergerakan tanah hal ini lebih mempercepat proses.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa longsoran-longsoran tanah yang terjadi di bagian Selatan Jawa Timur, khususnya yang baru terjadi di Kedungbanteng, Malang merupakan jenis longsoran gravitas, yang patut di waspadai dan mendapat perhatian yang lebih serius oleh masyarakat setempat, terutama pada musim hujan dan sehabis hujan.

Dimuat di harian Sinar Harapan hari Kamis tanggal 27 Juni 1985 

0 comments:

Posting Komentar