Pak Guruku Jaim Sekali
“OBROLAN GURUKU MENJELANG UJIAN PAS HARI ULANG TAHUNNYA”
Honai Rumah Asli Papua (google.com) |
Saat itu memang guru Ilmu Pasti –
Matematika, Fisika, Kimia, Biologi- memang susah pada saat itu. Singkat certia
tawaran diteimanya. Sehingga bagai Umar Bakri dia tetap menjadi guru pada usia
paruh bayanya. Dan istrinya yang cantikpun konon bekas anak didiknya, yang
kasihan melihat Pak Guru menjadi Bujangan Lapok.
Pada pelajaran terakhir para
muridnya meminta Pak Guru sedikit bercerita lucu kepada muridnya. Hehehe
Mahasiswa nya sebenarnya, karena belakangan setelah menyelesaikan Pasca Sarjana
nya Pak Guru di mutasi menjadi dosen. Kebetulan dosen di Perguruan Tinggi
Kedinasan (tapi Bukan STMKG lho). “Ayo pak cerita pengalaman lucu bapak menjadi
mahasiswa, atau pengalaman menjadi guru agar kita orang tara stress bapak”
seorang mahasiswanya nyeletuk. Dari logatnya ia anak-anak dari intim, Indonesia
Timur.
Dengan tidak menghilangkan gaya
jaimnya Pak Guru bercerita. Tapi kalian kan sudah dewasa semua kan. Siapa tahu
cerita Bapak ini ada yang 18+? Tanya Pak Guru
Mereka secara serentak berteriak
sudah pak!
Nah cerita pertama.
Lebaran Kemaren bapak pulang kampong,
bapak sempat mampir kekantor kita di daerah. Aku bertemu banyak bekas anak
didikku walau aku ditempatkan disini baru beberapa tahun belakangan. Kulhat
mereka sangat menikmati menjadi PNS sepeti bapak ini.
Seorang pagawai bekas murid bapak
memperkenalkan teman-temannya, yangs atu persatu datang pagi itu, karena Bapak
sampai kantornya kepagian.
Itu Pak Lihat si Mamat, angkatan
2005 sekarang sudah naik Yamaha NMax baru pa. Tak lama lagi datang Tony, nah
itu Tony pak si kutu buku kerjanya sekolah melulu, dia baru selesai S2 mau
melanjutkan ke S3. Nah yang belakangan ini Pani, yangs erring bapak ledek dulu
hebat dia, gara-gara tukin dia ambil Avanza Veloz Pak. AKu terheran-heran.
Kalau bapak sih memang orang kampung,
bapak tidak bangga melihat kalian dengan motor-motor baru itu. Bapak lebih
bangga kalau kalian bisa kaya Toni. Dan bapak kalau jadi kalian akan lebih
bangga memperkenalkan “siapa yang ada dibelakang kalian saat mengemudi motor”
atau siapa yang ada di samping kalian saat mengemudi.
Murid-muridnya pada bengong.
Telmi…… kemudia tertawa semua Hahahahahahaha
Cerita kedua:
Cerita ini bapak dapatkan saat
bapak Menjadi Sumber Belajar pada sebuah bimbingan test ternama di ibu kota.
Kelasnya kelas intensip menjelang UMPTN. Saat itu materi hari itu sudah habis,
sebagai formalitas aku persilahkan anak-anak muridku nanya kalau ada
pertanyaan, kalau tidak kita bubar tawaranku. Mereka umumnya tak mau buru-buru
pulang, karena umumnya mereka dijemput pada waktunya.
Seorang murid bertanya dengan
polosnya. Bapak Tanya katanya. Silahkan kataku. Ini Bapak Aku mau Tanya biologi
bolehkan. Silahkan kalau bapak tak bisa jawab bapak Tanya Ibu Guru Biologi
jawabnya. Begini tanyanya. Kita tahu bahwa kalau perkawinan antar Ras, misalnya
Lakinya Kulit Putih, dan sitrinya kulit hitam ( seperti kebalikan pasangan Kim
Kardasihan ), anak mereka bisa putih, bisa hitam, atau sedikit gelap saja.
Kenapa kalau ayam putih, dikawin ayam hitam anaknya jarang yang putih atau yang
hitam polos, pasti yang hitam ada sedikit bulu putih sisana sini, atau anaknya
putih dengan selingan beberapa bulu hitam, atau bahkan hitam putih.
Kujawab: Kalian kan sudah belajar
Hukum Mendel, apa sudah lupa. Tahu-tahu muridkua teriak Hooooo semua. Aku kaget
Lho kenapa kataku, bapak salah katanya. Hoooo itu tho, Bapak lupa kalau kalian
sudah dewasa…. Kalau jawaban dewasa kalian diam ya bapak jelaskan. Kalian
pernah lihat ibu kalian memblinder telor saat membuat kue? Pernah jawabnya. Nah….
Kalau ibu kalian dan Bapak kalian itu kan bisa memblinder, kalau ayam tak bisa….
Makanya adonannya tak merata, sehingga jadi belang belang.
Mereka bengong dan telmi…..
Kuambil tasku kuucapkan selamat sore ya. Baru mereka ngeh gerrrrrrrrrr rupanya
proses kawin manusia dan hewan beda…… Hanya sekedar Joke
Cerita ke tiga:
Pak Gito guru yang ditugaskan di
Irian Barat sehabis Pepera, Penentuan Pendapat Rakyat. Dia ditempatkan di
Genyem sangat beda dengan kampong aslinya di Bantul. Daia sudah hampir sepuluh
tahun di Genyem. Masyarakat setempat menanggapnya dia serba bisa walau dia
sebenarnya hanya tamatan SPG Negeri. Dari mengajar, sampai mengobati orang sakit.
Suatu Hari Jhon (enggak usah
disebut Fam nya), dia pu anjing su lama tram au makan, dia diam saja tara
manggong, makin lama makin tak mau makan, hanya minum air saja. Jhon ingat Pak
Gito pasti tahu cara mengobati anjingnya. Dia jemput Pak Gito, Jhon ajak
kerumahnya. Dia tunjukkan anjingnya yang sakit. Wah Jhon anjing berburu kamu
yang sakit ya. Wah bisa mati kalau tidak terobati. Pak Gito menyuruh Jhon ambil
sadikit papeda hangat di dapur, siapkan nanti dikasih ya kalau papedanya sudah
dingin. Lalu Pak Gito pegang Jhon pu anjing yang su jinak itu. Dia pegang
kepalanya dan berkata. Su Asu, yen kuwe
arep waras waraso, yen kuwe arep mati matio. Jhon memperhatikan dan
mengingat mantra pak Gito. Terus kepala anjing di elus-elus dan dipukul sayang
tiga kali. Jhon jangan lupa ko kasikan itu papeda kalau sudah dingin ya. Pak
Gito mau pulang. Tak usah kau anter urus kopu anjing ya.
Eh ternyata setelah dirawat tiga
hari peliharaan Jhon sehat dan sudah mulai mau makan apa saja. Tapi belum kuat
diajak berburu. Pada Minggu kedua dia sudah bisa ajak anjingnya berburu. Dia
beruntung hari itu dapat buruan Rusa yang masih muda. Dia potong dia bawa itu
paha rusa sebiji ke rumah Pak Gito.
Sampai di rumah Pak Gito, sepi
yang ada maitua Gito saja di dapur. Selamat Sore ibu. Sapa Jhon kepada Bu Gitu,
sambil emneyrahkan sepaha daging rusa. Papa Gito kemanakah Ibu. Kok sepia pa belum
pulang sekolah. Enggak kata Bu Gito, itu papa ada di kamarnya tiduran, dia
sakit sudah dari kemaren, mungkin malaria kambuh.
Dengan mengendap endap dia masuk
ke kamar Pak Gito, dia berdiri disebelah dipan Pak Gito sambil memegang dahi
Pak Gito. Jhon pun berkata “Su Asu, yen
kuwe arep waras waraso, yen kuwe arep mati matio”. Dalam kemeriangan badannya Pak Gito tertwa
terbahak-bahak, sampai diapu karinget keluar dan meriangnyapun enteng. Ayo Jhon
kominta mama di dapur bikingkan Bapak Teh manis hangat, terus kau bawa kesini
kita ngobrol di kamar saja.
Pak Gito pun menjelaskan arti mantra
itu, yang awalnya dia hanya ingin menenangkan hati Jhon karena anjingnya sakit.
Dia pakai bahasa Jawa. Dan akhirnya dua generasi beda suku itu berpelukans
ambil tertawa terbahak-bahak……… Sampai-sampai Bu Gito ikut nombrung.
Yah ternyata Pak Guruku yang
jaim, dan tak pernah tersenyum itupun pada hari ini kut tertawa terbahak-bahak
di kelas, sementara temanku Resa dan Bagus datang membawa sekedar Kue sebagai
peringatan HUT Pak Guru yang memang jatuh hari tu.
Selamat Hari Ulang Tahun Guruku.
Puri Gading, akhir 2015
0 comments:
Posting Komentar