Kamis, 18 Desember 2014

Tentang kemarau



“KEMARAU KALI INI MASIH PANJANG ?”

Add caption
Masyarakat di Pulau Jawa-Bali-Nusa Tenggara cukup dipusingkan oleh musm kemarau kali ini. Selain panas menyengat yang membuat berkeringat sepanjang hari karena rendahnya kelembaban udara sampai mencapai hanya 36 persen, dan suhu udara siang hari mencapai kisaran 34 – 38 derajat Celsius. Menjadikan kita :
1.       Terasa terpanggang kepanasan, dengan keringat terkadang bercucuran;
2.       Kesulitan air bersih untuk kebutuhan seharilhari;
3.       Kesuliran air untuk kebutuhan pakan ternak dan pertanian;
4.       Meningkatnya frekuensi kebakaran lahan dan pemukiman.








Secara normal pada bulan-bulan Oktober – Maret kita mengalami musim hujan, akan tetapi kali ini hujan kelihatannya enggan turun ke bumi Indonesia terutama belahan selatan khatulistiwa. Di belahan utara kelihatannya terjadi hal sebaliknya, yaitu hujan lebat bahkan berakibat banjir dan longsor seperti yang terjadi di Aceh, juga Manado.

Kejadian itu sebenarnya dapat menjawab apa yang terjadi? Kok bisa sih.
Hujan lebat di atas wilayah Acerh ataupun Sulawesi Utara merupakan pertanda disana sedang berlangsung system tekanan rendah, sehingga udara akan secara konvergen mengalir ke daerah tersebut dengan segala uap air yang ada di dalamnya dan menuurunkan hujan disana. Daerah lain sekitarnya akan merupakan daerah divergen, dimana udaranya akan di tarik keluar ke daerah sistemm tekanan rendah.

Proses ini akan diperparah bila daerah divergen memiliki gradient tekanan yang tinggi dengan daerah konvergennya. Data menunjukkan bahwa di daerah belahan utara Australia, terjadi daewrah tekanan tinggi, yang berarti siap untuk bergerak ke daerah tekanan rendah. Ini rupanya yang memacu arus angun lebih deras menuju perairan Aceh, Dengan membawa habis uap air yang ada di dalamnya.

Kondisi laut atau perairan belahan selatan khatulistiwa Indonesia, belakangan ini suhunya relative dingin, sehingga sulit terbentuk rezim awan Cb sipembawa hujan, sehingga memperparah kekeringan udara di daerah ini yang sudah ditarik deras oleh tekanan rendah di utara khatulistiwa.

Suhu udara yang tinggi menyebabkan semakin cepat nya air tanah, baik air untuk beutuhan pertanian, pakan ternak yang umumnya ada dipermukaan, serta air tanah yang masih merupakan sumber air utama air bersih masyarakat kita, semakin menguras habis air tanah menyebabkan kesulitan semakin meluas, pada : kebutuhan pertanian, pakan ternak, dan kebutuhan masyarakay untuk minum dan MCK.

Ketiga kondisi (1) tekanan rendah dibelahan utara khatulistiwa, (2) rendahnya suhu permukaan laut, dan (3) tingginya tekanan udara di belahan utara Australia, telah mengganggu kondisi normal angin baratan yang biasa bertiup terjadi musim hujan dan merpakan udara yang kaya uap air di atas wilayah Indonesia.
Seterusnya kondisi ini yang dipantau sudah sekitar dua bulanan terjadi memperparah kemarau di Indonesia, dan ingat sekali lagi bukan karena El Nino. Untuk mengetahui kapan musim hujan akan terjadi kata Dr Paulus Agus Winarso, saat berbincang dengan penulis, kita perlu mengintip perkembangan kea rah normal ketiga kondisi ini.

I Putu Pudja.
Puri Gading, 10 Nopember 2014.

0 comments:

Posting Komentar