Selasa, 30 Desember 2014

Awan Cumulonimbus Yang ditakuti

AWAN ‘CB’ CUMULONIMBUS

I Putu Pudja

Awan Cumulonimbus ( dekenal juga dengan awan Cb, atau oleh penerbang sering disebut Charlie Bravo)  ini merupakan awan hujan, yang tumbuh secara konvektif seperti bunga kol. Dalam pertumbuhannya akan kelihatan mengerikan karena bentuknya, apalagi kalau kita perhatikan proses fisis yang terjadi didalamnya.

Awan ini terbentuk akibat laju penguapan yang sangat agresif dari permukaan daratan atau laut, yang suhunya relative hangat, sehingga pertumbuhannya semakin agresif bila terjadi di siang hari. Namun di daerah yang perairannya lebih luas seperti Indonesia, saat suhu permukaan laut relative hangat maka awan ini bisa tumbuh kapan saja. Pertumbuhan awan ini dapat mencapai lebih dari 50 ribu kaki (sekitar 15 km). Seperti yang dilaporkan oleh BMKG saat kejadian Air Asia, puncak awan Cb  dalam citra satelit hingga 13 ilometer.

Awan ini akan lebih mudah berkembangnya kalau udara lagi labil. Dengan tekanan yang masih berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Mulai terlihat banyak saat pancaroba, hingga musim hujan. Morfologi awan ini berbentuk cendawan, dengan dasar yang hamper rata, membubung tinggi seperti tiang, dan di ‘kepala’ atau puncaknya akan berbentuk bunga kol. Bentuk atau morfologi awan ini menunjukkan adanya proses konveksi dalam awan. Proses konveksi akan menyebabkan terpolarisasinya listrik statis dalam awan, sehingga ada kutub positif dan negaratif, atau perbedaan potensial antara satu pucuk dengan lainnya, atau dengan dasar awan, maupun antara awan yang satu dengan lainnya. Kondisi ini menyebabkan awan Cb kaya akan Guntur dan petir, sebagai upaya penetralisir polarisasi beda tegangan potensial yang ada.
Proses Fisis dalam awan CB

Tidak jarang antara awan dan permukaan bumi akan terjadi perbedaan potensial yang cukup tinggi, seperti sebuah kapasitor raksasa, yang juga menjadi pemicu petir antara awan dengan permukaan. Bisa daratan atau permukaan laut. Geolakan konveksi diikuti oleh pengembunan awan yang naik vertical secara spontan, sehingga tidak jarang karena perbedaan suhu yang tiba tiba karena kecepatan nainya sangat kuat, menjadikan terjadi pembekuan. Sehingga terbentuk Kristal Kristal es. Ini yang menyebabkan sering awan Cb diikuti oleh hujan atau yang dikenal dengan shower, yang disertai dengan hujan es.

Panas latent dari proses pengembunan tidak jarang menjadi energy putting beliung yang terjadi menyertaai awan Cb, semakin menambah lengkap tiang awan ini karena bagian bawah yang masih proses penguapan akan terpelimtir ikut memutar menjadi angina putting beliung. Jadi energy putting beliung didapat dari panas latent yang keluar dari proses yang terjadi dalam awan Cb tersebut.

Foto Awan CB (google.com)

Dengan demikian awan Cb tidak hanya warnanya yang hitam yang mengganggu visibitas yang membahayakan, namun proses fisi dalam awan tersebut yang dapat mengganggu penerbangan seperti arus conveksi, baik berupa up-draft atau down draft, petir, guruh, Kristal es dan angin yang berembus cenderung memilin, karena pasokan energy laten yang semakin memperkuat putarannya.  Awan cb banyak disertai putting beliung di daerah antara awan dan permukaan, sehingga sangat membahayakan sepeti yang menimpa Bandung selatan beberapa hari yang lalu.
Berikut ini salah satu foto awan Cb..



Puri Gading, 31 Desember 2014



0 comments:

Posting Komentar