AWAN ‘CB’ CUMULONIMBUS
I Putu Pudja
Awan Cumulonimbus ( dekenal juga
dengan awan Cb, atau oleh penerbang sering disebut Charlie Bravo) ini merupakan awan hujan, yang tumbuh secara
konvektif seperti bunga kol. Dalam pertumbuhannya akan kelihatan mengerikan
karena bentuknya, apalagi kalau kita perhatikan proses fisis yang terjadi
didalamnya.
Awan ini terbentuk akibat laju
penguapan yang sangat agresif dari permukaan daratan atau laut, yang suhunya relative
hangat, sehingga pertumbuhannya semakin agresif bila terjadi di siang hari.
Namun di daerah yang perairannya lebih luas seperti Indonesia, saat suhu
permukaan laut relative hangat maka awan ini bisa tumbuh kapan saja.
Pertumbuhan awan ini dapat mencapai lebih dari 50 ribu kaki (sekitar 15 km). Seperti
yang dilaporkan oleh BMKG saat kejadian Air Asia, puncak awan Cb dalam citra satelit hingga 13 ilometer.
Awan ini akan lebih mudah
berkembangnya kalau udara lagi labil. Dengan tekanan yang masih berbeda antara
daerah satu dengan lainnya. Mulai terlihat banyak saat pancaroba, hingga musim
hujan. Morfologi awan ini berbentuk cendawan, dengan dasar yang hamper rata,
membubung tinggi seperti tiang, dan di ‘kepala’ atau puncaknya akan berbentuk bunga
kol. Bentuk atau morfologi awan ini menunjukkan adanya proses konveksi dalam
awan. Proses konveksi akan menyebabkan terpolarisasinya listrik statis dalam
awan, sehingga ada kutub positif dan negaratif, atau perbedaan potensial antara
satu pucuk dengan lainnya, atau dengan dasar awan, maupun antara awan yang satu
dengan lainnya. Kondisi ini menyebabkan awan Cb kaya akan Guntur dan petir,
sebagai upaya penetralisir polarisasi beda tegangan potensial yang ada.

Proses Fisis dalam awan CB
Tidak jarang antara awan dan
permukaan bumi akan terjadi perbedaan potensial yang cukup tinggi, seperti
sebuah kapasitor raksasa, yang juga menjadi pemicu petir antara awan dengan
permukaan. Bisa daratan atau permukaan laut. Geolakan konveksi diikuti oleh
pengembunan awan yang naik vertical secara spontan, sehingga tidak jarang
karena perbedaan suhu yang tiba tiba karena kecepatan nainya sangat kuat,
menjadikan terjadi pembekuan. Sehingga terbentuk Kristal Kristal es. Ini yang
menyebabkan sering awan Cb diikuti oleh hujan atau yang dikenal dengan shower,
yang disertai dengan hujan es.
Panas latent dari proses
pengembunan tidak jarang menjadi energy putting beliung yang terjadi menyertaai
awan Cb, semakin menambah lengkap tiang awan ini karena bagian bawah yang masih
proses penguapan akan terpelimtir ikut memutar menjadi angina putting beliung.
Jadi energy putting beliung didapat dari panas latent yang keluar dari proses
yang terjadi dalam awan Cb tersebut.

Foto Awan CB (google.com)
Dengan demikian awan Cb tidak
hanya warnanya yang hitam yang mengganggu visibitas yang membahayakan, namun
proses fisi dalam awan tersebut yang dapat mengganggu penerbangan seperti arus
conveksi, baik berupa up-draft atau down draft, petir, guruh, Kristal es dan angin
yang berembus cenderung memilin, karena pasokan energy laten yang semakin
memperkuat putarannya. Awan cb banyak
disertai putting beliung di daerah antara awan dan permukaan, sehingga sangat
membahayakan sepeti yang menimpa Bandung selatan beberapa hari yang lalu.
Berikut ini salah satu foto awan
Cb..
Puri Gading, 31 Desember 2014
0 comments:
Posting Komentar