Rabu, 02 Januari 2013


AGAMA HINDU DAN ILMU PENGETAHUAN”

Hindu merupakan agama yang tertua, baik di dunia maupun di Indonesia karena dia lahir mendahuluai kepercayaan-kepercayaan lainnya yang disebut agama. Pustaka Suci Agama Hindu adalah Weda, yang berasal dari kata “Vid” yang berarti ilmu pengetahuan . Dengan demikian Weda merupakan sumber segala ilmu pengetahuan. Dapat diibaratkan seperti Undang Undang Dasar dengan Undang-Undang. Dimana Undang undang tidak boleh bertentangan dangan Undang Undang.
Dalam bahasan ini, mengingat di Akademi Meteorologi dan Geofisika yang menjadi dasar sebagian besar mata kuliah pokok adalah fisika, maka akan dibahas kaitan antara Agama Hindu dengan Fisika, serta peneltian menjadi setiap bagian pengayaan ilmu pengetahuan, juga disinggung metodo penelitian yang juga dikenal dalam Agama Hindu, tentunya dikaitkan dengan Weda.

IPTEK DAN ROKHANIWAN
Pada abad pertengahan, saat hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama sedang  sangat mesra-mesranya, maka para peneliti, penemu dalam Fisika adalah orang-orang yang taat beragama.  Banyak merupakan aktivis keagaamaan, gereja, ulama, sufi dan lain sebagainya. Tidak jarang kalangan rokhaniwan umumnya sebagai seorang peneliti, mencari kebenaran ciptaan Tuhan. Seperti penelitian mereka tentang asal muasal dari alam semesta ini.

Menurut Albert Einsten, dimasa depan agama akan menjadi agama alam semesta.  Agama akan dapat diterima berbagai kalangan secara universal. Agama yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan bathiniah, serta berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik fisik maupun spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang sangat berarti.

Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi: (1) bhuta (ruang,materi), serta (2) kala (waktu,energi). Interaksi antara keduanya menyebabkan alam -baik buana agung, makrokosmos  maupun buana alit, mikro kosmos ) tidak bersifat kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya perubahanlah yang kekal. Sangat sesuai dengan management modern yaitu manajemen perubahan ( Cg=hange Management), yang selalu mengelola perubahan dalam mencapai suatu tujuan, karena diyakini bahwa yang kekal adalah peruybahan tersebut secara dinamis, bukan bersifat statis.

Materi (bhuta) berubah karena ulah sang kala. Lalu adakah aturan untuk semuanya ini?. Berubah karena peradaban, karena meningkatnya kemampuan iptek dan kemampuan nalar manusia di dunia ini.

Alam semesta ini diciptakan Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa sebagai suatu paket yang lengkap dalam suatu system dengan komposisi, struktur dan hukumnya sendiri. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam Rta, sedangkan tingkah laku manusia diatur dengan dharma.

Manusia merupakan bagian dari alam, maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini kemudian menurut Darwin, dalam hukum struggle for live nya, memaparkan bahwa siapa yang kuat (bertahan) survival dialah yang akan menang, dan bertahan. Disini sering kita sebut dengan proses seleksi alam.

Hukum alam ini bersifat mengatur gerak alam semesta, baik makrokosmos, maupun mikrokosmos. Dari skala pada  tingkat mikro hingga makro. Benda-benda langit beredar dalam lintasannya menurut Rta.

Demikian pula gerakan-gerakan elektron di sekeliling inti., hampir mirip gerakannya dengan gerakan planet, atau bintang sebagai anggota system tata surya.  Hukum alam bersifat rahasia yang mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi manusia. Pada perkembangan selanjutnya Rta berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang saati ini lebih dikenal dengan sains.

Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan bermuara pada kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya, bermuara  pada tingkat keyakinan dan kepasrahan.

Dengan demikian, sains dan agama menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, maka keduanya sebenarnya merupakan sebuah himpunan dan himpunan bagiannya, sehingga tidak layak jika keduanya masih dipertentangkan.

Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Pramana, yaitu :
(1) Anumana Pramana,
(2) Agama Pramana, dan
(3) Praktyasa Pramana.

Tri Pramana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen bila meminjam dan menyitir pendapat Mahatma Gandhi, maka Tri Pramana adalah landasannya.

Eksperimen bermula dari adanya problema yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala yang timbul (Anumana Pramana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber tertulis atau pengalaman (Agama Pramana), serta dibuktikan dengan pengamatan langsung (Praktyasa Pramana).

Pengetahuan kebenaran yang telah berhasil disingkap harus  dipublikasikan, disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana.

Sungguhlah berdosa jika sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya (Rigveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita disebutkan bahwa : persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33)

Terkait dengan hal ini perlu pula kita ingat Catur Marga, atau empat jalan menuju kesempurnaan yang merupakan salah satu cara yang bisa dipilih umat manusia adalah Jnana Marga, disamping tiga marga lainnya, yang tentunya akan bermuara pada muara besar Mokhsa.

Informasinya diatas dapat dilengkapi dalam bidang-bidang lain ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menunjukkan betapa kayanya weda dalam kaitanmya dengan iptek, diantaranya pada uraian dibawah ini yang mana isi weda bila ditarik mundur pada zaman penulisannya, maka akan terlihat sangat futuristic, memandang sesuatu itu sangat jauh kedepan.

Pada tahun 1895, delapan tahun sebelum pesawat terbang Amerika pertama di uji cobakan di Kitty howk, North Carolina, seorang sastrawan sansekerta India bernama Shivkar Bapuji Talpade dan istrinya menerbangkan pesawat buatan mereka di Chowpatty beach Mumbai.

Para penganut Weda di jaman dahulu telah menjelajahi angkasa dengan menggunakan kendaraan sejenis pesawat. Tidak hanya sekedar menjelajah akan tetapi mereka juga berperang menggunakan pesawat tempur dalam usaha menguasai angkasa.hal ini menunjukkan bahwa mereka telah menguasai tehnologi yang berkaitan dengan penerbangan termasuk strata, arus atmosfir, tempetur relatif, kelembaban udara, grafitasi dan lain-lain.

Rig Weda, dokumen tertua dalam sejarah pustaka manusia berisikan referensi tentang jenis-jenis kendaraan sebagai berikut: Jalayan yaitu kendaraan yang dapat bergerak di udara dan air (Rig Weda 6.58.3), Kaara, kendaraan yang dapat bergerak di darat dan air (Rig Weda 9.14.1), Tritala, kendaraan bertingkat tiga (Rig Weda 3.14.1), Trichakra Raatha, kendaraan beroda tiga yang bergerak di udara (Rig Weda 4.36.1), Vaayu Raatha, kendaraan yang menggunakan tenaga gas (Rig Weda 5.41.6), Vidyut Raatha,kendaraan yang menggunakan tenaga listrik (Rig Weda3.14.1)

Agastya Samhita menjelaskan tentang dua jenis pesawat terbang sederhana, yang pertama adalah chatra yaitu balon terbang menggunakan gas hydrogen. Proses ekstraksi gas hydrogen dari air dijelaskan secara detail termasuk menggunakan tenaga listrik. Ini disebut sebagai pesawat primitif dan sederhana hanya digunakan untuk melarikan diri saat terkepung oleh musuh. Pesawat in dinamai “Agniyana”.yang kedua adalah sejenis parasut Yang dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan tali.

TERCIPTANYA ALAM SEMESTA DAN WEDA
Menurut Weda awal terciptanya alam semesta ini, yang dinyatakan sebagai berikut :
1.     Pada awalnya alam semesta ini merupakan sesuatu yang kosong. Seperti dalam wewaran Bali dikatakan bahwa Eka wara ngaran luwang (luwang = kosong).  Luwang disini adalah Hyang, Sang Hyang Embang yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam weda disebutkan sebagai Pramaciwa atau Nirguna Brahman;
2.     Dari Nirguna Brahman ini, Tuhan kemudian berubah wujud menjadu Sadasiwa atau Saguna Brahman;
3.     Dari Saguna Brahman munculah dua unsur yaitu unsur Purusa dan Prakerti. Purusa sendiri adalah unsur kejiwaan sedangkan Prakerti merupakan unsur kebendaan.
4.     Dari Prakerti munculah ke tiga Guna atau dikenal dengan Tri Guna yaitu Sattwam, Rajas, dan Tamas.
5.     Dari kerja sama Purusa dan Prakerti akan melahirkan mahat, dari mahat munculah Buddhi dan dari buddhi muncul ahamkara, dari ahamkara melahirkan manas, dari manas munculah Panca Tanmatra bagian dari Panca Tanmatra adalah sabda,rasa,rupa,sparsa dan gandha selanjutnya dari kelima unsur Panca Tanmatra munculah Panca Maha Bhuta yaitu bayu, akasa, pertiwi, apah dan teja dari 5 unsur inilah akan terbentuklah alam semesta kita ini.
Dalam Bhagawad Gita Sloka VII.4 dan VII.5, disebutkan bahwa:
Tanah, air, api dan udara, ether, akal Budhi, pikiran dan ego merupakan unsur-Ku. Selanjutnya disebutkan sebagai berikut: Inilah unsur alam-Ku yang lebih rendah dan ketauhilah sifatku yang lebih tinggi oh Ma, unsur hidup, yaitu jiwa yang mendukung alam semesta ini.
Demikianlah dalam kitab suci Weda yang menjelaskan tentang terciptanya alam semesta. Sedangkan dalam ilmu fisika dikatakan bahwa  asal mula alam semesta ini dimulai dari suatu ledakan dahsyat yang di kenal dengan teori Big Bang. Teori ini menjelaskan bahwa alam semesta ini awalnya adalah benda yang sangat panas dan padat yang mengembang pesat secara terus menerus. keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat, dengan dukungan data pengamatan dan metode ilmiah,
George Lemaitre, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta. Ia menyebutnya dengan Hipotesis Atom Purba. Kerangka model teori ini sangat  bergantung pada dukungan teori relativitas dari Einstein. Dengan berapa asumsi-asumsi sederhana, seperti asumis homogenitas, isotropi, ruang. Kemudian persamaan yang dapat menguraikan teori ledakan dahsyat ini adalah persamaan A. Friedman.
Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya. Edwin Hubble melakukan hitung mundur.
Jika benda-benda di ruang angkasa semakin menjauh berarti dahulunya benda-benda ruang angkasa merupakan sesuatu yang padu dan kemudian meledak dengan kecepatan yang luar biasa. Menurut perhitungan sesuatu yang padu itu memiliki volume yang sama dengan nol. Jika sesuatu benda bervolume sama dengan nol artinya sesuatu itu bermula dari ketidakadaan. Pernyataan ini menurut kajian agama hindu disebut dengan keadaan Parama Siwa yang merupakan sesuatu kekosongan,sunyi atau hampa.
Tentang alam semesta dijelaskan sloka berikut,:
1, Termuat dalam Chandrayoga Upanisad yang artinya sbb :
Sebelum terciptakannya  alam semesta ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam semesta diciptakan hanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang ada, Maha Esa dan tiada duanya
2. Termuat dalam Kitab Manawa Dharmasastra 1.5 yang diartikan sebagai berikut
Alam semesta ini pada mulanya adalah berbentuk kegelapan, tidak dapat dilihat tanpa ciri-ciri sama sekali, tidak dapat terjangkau oleh pikiran,tak dapat dikenal, seolah-olah sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang aling nyenyak.
Pernyataan lahirnya alam semesta menurut pandangan agama hindu dan menurut imu fisika terlihat ada hal yang saling berkaitan. Dalam kitab suci Weda  ilmu yang mempelajari gejala-gejala ruang angkasa termasuk diantaranya mengenai perbintangan diatur dalam weda smerti yaitu bagian wedangga tepatnya pada “Jyotisa” yaitu ilmu tentang astronomi.
BENTUK BUMI DALAM WEDA
Dalam jyotisa dikupas semua tentang proses terjadinya alam semesta, bahwa bumi itu berbentuk bulat (windhu),dari segi ilmu fisika bumi itu bulat dibuktikan dari berbagai cara yaitu, dengan : (1) pemotretan oleh astronut dari luar angkasa, (2) perjalanan dari barat dan datang dari timur dalam pertemuan satu titik yang telah dilakukan oleh Magelhans, (3) Bayangan bumi menutupi bulan saat gerhana bulan. Semua membuktikan bahwa bumi berbentuk bulat.
Tentang teori Heliosentris yang dikemukakakan oleh Nicolas Copernicus yang menyatakan bahwa pusat dari galaksi kita atau galaksi bima sakti adalah Matahari, Dalam Weda hal ini  sudah tercantum jelas bahwa yang menjadi sumber kehidupan adalah matahari. Hal itu juga terlihat  dari setiap upacara matahari dijadikan saksi dari upacara yang dilakukan oleh umat hindu,maka tidak heran bahwa matahari merupakan pusat dari kehidupan kita sekaligus sebagai pusat dari tata surya kita ini.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka penelitian tata surya pun terus berlajut, hingga Tycho Brahe menghabiskan waktunya untuk memperoleh data akurat untuk membuat teori baru mengenai tata surya, namun belum sempat beliau  memngutarakan teorinya beliau lalu meninggal,data-data peninggalan dari Tycho Brahe ini dimaanfaatkan oleh Johannes Keppler yang tidak lain adalah mahasiswa bimbingan dari Tycho Brahe sendiri.Dengan data-data yang akurat milik Brahe sehingga Keppler mendukung teori Heliosentris milik Copernicus dengan pernyataannya yang disebut hukum Keppler.Hukum Keppler ini ada 3 yaitu:
1.     Hukum Keppler  I  : Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, di matahari berada salah satu titik fokusnya.
2.     Hukum Keppler  II :  Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
3.     Hukum Keppler III : Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya ke Matahari.
Beberapa tahun setelah Keppler ini kemudian ditemukanlah Hukum Gravitasi Newton, yang di perkenalkannya melalui tulisannya di journal Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica pada tanggal 5 Juli 1687
Dalam kitab suci Weda teori heliosentrik sudah tercantum dalam kitab : Yajur Weda III. 6 yang dapat diartikan sebagai berikut :
Bumi yang berbintik-bintik ini, ada dan berputar dilangit seperti seorang ibu, ia berjalan mengelilingi matahari sebagai seorang ayah.
Dari sloka tersebut terlihat bahwa selain berotasi dengan periode satu hari, berputar pada porosnya, bumi juga berevolusi, dengan periode satu tahun mengelilingi matahari.
Dari pernyataan ini sangat erat dengan teori heliosentris yang menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah matahari.Dan diperjelas lagi oleh kitab Atharwa Weda mengenai pergerakan Bumi.Dalam kitab ini pun juga menjelaskan bahwa bagaimana bumi dapat bertahan di dalam angkasa raya karena gaya tarik-menarik yang lebih superior, dalam fisika dekenal dengan Gaya Gravitasi Newton.
Dalam Kitab atharwa Weda XII.1.37, disebutkan pula dengan arti :  Bumi bergerak berotasi dan bertranslasi
Dengan perkembangan hasil penelitian modern,  berbagai teori yang telah ditemukan maka seiring diperoleh susunan tata surya kita, dengan Matahari sendiri sebagai pusat Tata surya diikuti oleh planet-planet yang mengitarinya dimulai dari paling dekat dengan Matahari  yaitu : Merkurius,Venus,Bumi,Mars,Jupiter,Saturnus,Uranus,Neptunus dan Pluto.Berikut adalah ilustrasi dari sistem tata surya kita dimana matahari sebagai pusatnya dan planet-planet atau benda-benda langit lainnya berputar mengitari matahari.
Dalam Weda pada bagian Jyotisa sudah tertulis jelas susunan planet tersebut .Berikut Tabel Nama-nama planet dalam susunan Tata, serta nama inggrisnya yang kita kenal sampai saat ini:
Sanskrit Name
English Name
Gender
Guna
Surya (सूर्य)
Sun
Male
Sattwam
Chandra  (चंद्र)
Moon
Female
Sattwam
Mangala (मंगल)
Mars
Male
Tamas
Budha (बुध)
Mercury
None
Rajas
Brihaspati (बृहस्पति)
Jupiter
Male
Sattwam
Shukra (शुक्र)
Venus
Female
Rajas
Shani (शनि)
Saturn
Male
Tamas
Rahu (राहु)
North Lunar Node
Male
Tamas
Ketu (केतु)
South Lunar Node
Male
Tamas
Selain itu beberapa rasi bintang yang kita kenal dan pernah ditemukan oleh para ilmuwan ternyata dalam Kitab suci Weda sudah dijelaskan pula dalam Jyotisa.Dan berikut tabel dari beberapa rasi bintang yang kita kenal serta hubungannya dengan agama hindu dimana unsur-unsur dari rasi bintang tersebut tercipta dari unsur alam semsta yaitu Panca Mahabhuta yang memiliki arti 5 unsur yang membentuk dunia ini yaitu Pertiwi,Apah ,Teja ,Bayu,dan Akasa.Pertiwi merupakan unsur bersifat padat yaitu tanah.Apah adaah unsur air.Bayu adalah unsur udara.Teja adalah unsur api dan Akasa sendiri adalah unsur eter.Berikut adalah sloka yang menjelaskan tentang 12 zodiak yang ada:
Dalam Reg Veda I.164.48, dijelaskan tentang zodiak, yang diartikan sebagai berikut : Ada 12 zodiak dalam 1 lingkaran zodiak dan 3 poros
 NO
Sanskrit Name
Western Name
Element
Ruling Planet
1
Meṣa (मेष) “ram”
Aries
Teja
Mars
2
Vṛṣabha (वृषभ) “bull”
Taurus
Pertiwi
Venus
3
Mithuna (मिथुन) “twins”
Gemini
Bayu
Mercury
4
Karkaṭa (कर्कट) “crab”
Cancer
Apah
Moon
5
Siṃha (सिंह) “lion”
Leo
Teja
Sun
6
Kanyā (कन्या) “girl”
Virgo
Pertiwi
Mercury
7
Tulā (तुला) “balance”
Libra
Bayu
Venus
8
Vṛścika (वृश्चिक) “scorpion”
Scorpio
Apah
Mars
9
Dhanus (धनुष) “bow”
Sagitarius
Teja
Jupiter
10
Makara (मकर)”sea-monster”
Capricon
Pertiwi
Saturnus
11
Kumbha (कुम्भ) “pitcher”
Aquarius
Bayu
Saturnus
12
Mīna (मीन) “fish”
Pisces
Apah
Jupiter
Data  di atas membuktikan apa yang ada di ilmu fisika kosmologi sesungguhnya sudah dibahas  secara  panjang lebar dalam Jyotisa.
Itu sekilas tentang terbentuknya alam semesta. Untuk proses Kiamat atau proses alam semesta yang mulai berhenti bekerja menurut Edwin Hubble mengatakan bahwa dulu dunia ini tercipta karena elemen-elemen yang awalnya satu dan kemudian menyebar secara meluas dan terus bergerak, pada akhirnya elemen-elemen ini bertemu atau mengumpul kembali dalam satu titik saat itulah maka akan kembali menjadi sunyi atau hampa seperti saat sebelum terciptanya alam semesta ini. Kemudian teori ini di dalam kitab suci Weda sudah dijelaskan proses terjadinya kiamat atau dikenal dengan sebutan pralaya. Berikut adalah sloka dalam Agastya Parwa.
Dalam Kitab Agastya Parwa 343.25, tentang kiamat tersebut dijelaskan. Kalu diartikan penjelasan tersebut adalah sebagai berikut :
Pada waktu kiamat (Maha Pralaya) lenyaplah ke empat unsure: benda, dunia, hawa dan langit. Tujuh lapisan dunia lenyap bersama dewatanya oleh karena api pemusnah Rudra (kodrat untuk melenyapkan), Brahma (kodrat untuk menciptakan), Wisnu (kodrat untuk memelihara) alam semesta, matahari, bulan, bintangnya semuanya hilang musnah.
Sunyi senyap tatkala itu, kosong alam semesta, hanya Tuhan Sada Siwa yang ada yang bersifat tidak dapat dibayangkan, yang luput dari skala-niskala, berwujud gaib. Beliau disebut Tuhan seru sekalian alam. Berkehendaklah beliau mengadakan ciptaan maka timbullah empat unsur alam semesta itu, demikianlah terjadi.
Weda dan Mekanika Kuantum
Selanjutnya hubungan Fisika dengan Weda adalah mengenai Mekanika kuantum memandang materi memiliki sifat partikel dan gelombang. Disini dijelaskan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang mana ditemukan oleh schrodinger,  Persamaan Schrodinger diajukan pada tahun 1925 oleh fisikawan Erwin Schrodinger (1887-1961).
Persamaan ini pada awalnya merupakan jawaban dari dualitas partikel-gelombang yang lahir dari gagasan de Broglie yang menggunakan persamaan kuantisasi cahaya Planck dan prinsip fotolistrik Einstein untuk melakukan kuantisasi pada orbit elektron. Selain Schrodinger dua orang fisikawan lainnya yang mengajukan teorinya masing-masing adalah Werner Heisenberg dengan Mekanika Matriks dan Paul Dirac dengan Aljabar Kuantum. Ketiga teori ini merupakan tiga teori kuantum lengkap yang berbeda dan dikerjakan terpisah namun ketiganya setara. Teori Schrodinger kemudian lebih sering digunakan karena rumusan matematisnya yang relatif lebih sederhana. Meskipun banyak mendapat kritikan persamaan Schrodinger telah diterima secara luas sebagai persamaan yang menjadi postulat dasar mekanika kuantum.
Persamaan Schrodinger merupakan persamaan pokok dalam mekanika kuantum – seperti halnya hukum gerak kedua yang merupakan persamaan pokok dalam mekanika Newton – dan seperti persamaan fisika umumnya persamaan Schrodinger berbentuk persamaan diferensial.
Walaupun rumusan matematis persamaan Schrodinger lebih sederhana dibandingkan Mekanika Matriks dan Aljabar Kuantum, pemecahan persamaan ini tetap membutuhkan pengetahuan matematika lanjut. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan energi kinetik dan potensial sistem dan mensubstitusikannya ke dalam persamaan di atas. Langkah kedua adalah merubah persamaan di atas kedalam sistem koordinat yang sesuai dengan sistem yang ditinjau. Untuk sistem atom hidrogen sistem koordinat yang sesuai adalah sistem koordinat bola. Langkah kedua adalah melakukan pemisahan variabel.
Persamaan Schrodinger mengandung tiga koordinat ruang yang saling ortogonal dan harus dipisahkan menjadi 3 persamaan berbeda yang hanya mengandung satu koordinat ruang. Langkah ketiga adalah memecahkan ketiga persamaan tersebut secara simultan. Hasil yang diperoleh merupakan bilangan-bilangan kuantum yang memerikan struktur sistem berdasarkan tingka-tingkat energi yang menyusun sistem tersebut. Struktur sistem ini selanjutnya dipergunakan untuk meramalkan perilaku sistem dan interaksinya dengan sistem lain.
Penerapan persamaan Schrodinger pada sistem fisika memungkinkan kita mempelajari sistem tersebut dengan ketelitian yang tinggi. Penerapan ini telah memungkinkan perkembangan teknologi saat ini yang telah mencapai tingkatan nano. Penerapan ini juga sering melahirkan ramalan-ramalan baru yang selanjutnya diuji dengan eksperimen. Penemuan positron – yang merupakan anti materi dari elektron – adalah salah satu ramalan yang kemudian terbukti. Perkembangan teknologi dengan kecenderungan alat yang semakin kecil ukurannya pada gilirannya akan menempatkan persamaan Schrodinger sebagai persamaan sentral seperti halnya yang terjadi pada persamaan Newton selama ini.Persamaan Schrodinger ini ditelaah lagi oleh maxwell sehingga diperolehlah nilai dari kecepatan cahaya diruang hampa yaitu sebesar 3×108m/s yang mana dasar penemuan nilai dari kecepatan caahaya adalah dasar dari ditemukannya persamaan E = mc2 pada tahun 1905 oleh fisikawan bernama Albert Einstein.Dimana m adaah massa dari partikel,c adalah keceatan cahaya yang besarnya 3×108m/s dan E adalah energi partikel.Persamaan ini juga sebagai dasar dari terbentuknya teori relativitas khusus yang tidak lain penemunya adalah Albert Einstein sendiri.Dalam weda terdapat sloka yang menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan tinggi.
Kitab Atharwa Weda VI.106.3
“Suryasya rasmasyah para patanti asumat”
Artinya:
Sinar Matahari terpancar dengan kecepatan tinggi.
Dari sloka ini pun terlihat jelas bahwa cahaya memiliki kecepatan yang sangat tinggi,belum ada suatu partikel atau benda yang bergerak melebihi kecepatan cahaya.
Dalam mekanika kuantum Pandangan ini tidak berbeda dengan teori Tantra dan Veda, tentang nada dan bindhu. Jika diterjemahkan secara kasar, nada berarti getaran atau vibrasi. Pada saat Brahma menciptakan materi, nada adalah getaran yang diciptakan pertama kali dalam kesadaran kosmis berpikir. Selanjutnya, secara literer bindhu berarti titik (partikel tanpa dimensi). Menurut ajaran Tantra dan juga sains modern, ketika materi dianggap terpisah dan kesadaran, materi tersebut dianggap teruat dan banyak bindhu. Itulah sebabnya, Partyagatmananda menyebutkan bahwa setiap objek atau proses harus dipelajari sebagai nadawise dan binduwise dimana nadawise adalah bahasa lainnya gelombang sedangkan binduwise adalah partikel.Ini sangat cocok dengan pernyataan-pernyataan Mekanika Kuantum.
Cahaya matahari dalam ilmu fisika itu terdispersi menjadi 7 macam warna yaitu merah,jingga,kuning,hijau,biru,nila dan ungu.Disersi cahaya adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang.Ini dikemukakakn pada tahun 1800 oleh Thomas Young.Tabel ini adalah daftar warna cahaya monokromatis beserta panjang gelombangnya:
Warna
Panjang Gelombang (nm)
Ungu
400 – 440
Biru
440 – 495
Hijau
495 – 580
Kuning
580 – 600
Orange
600 – 640
Merah
640 – 750
Dari Tabel diatas panjang gelombang terpanjang adalah gelombang berwarna merah dan panjang gelombang terpendek adalah gelombang warna ungu.
Dalam hubungannya dengan kitab Weda adalah bahwa matahari itu terdispersi ke dalam 7 macam warna telah tercantum dalam
Kitab Atharwa Weda bab VII.107.1
“Ava divas tarayanti,sapta suryasa rasmayah”
Artinya:
Matahari memiliki,tujuh buah sinar,mereka adalah sumber hujan.
Dari sloka ini juga menyatakan bahwa matahari memilik 7 buah sinar dan dari ketujuh sinar tersebut yang akan membuat terjadinya hujan,yang mana dari pandangan fisika menjelaskan tentang matahari yang menyinari laut sehingga terjadi proses penguapan,uap air perlahan naik ke atas dan mengumpul atau berkondensasi menjadi awan,karena konsentrasi uap air yang makin banyak maka akan jatuhlah ke permukaan bumi sebagai hujan.Berikut beberapa sloka yang menjelaskan fenomena fisika ini:
Kitab Atharwa Weda XIII.3.9, tertulis kalau diterjemahkan sebagai berikut:
Matahari mengambil air dalam bentuk uap ke langit
Selanjutnya dalam Kitab Atharwa Weda VIII.107.1 disebutkan :
Matahari yang tujuh itu mengambil atau membawa air laut ke langit dan kemudian menyebabkan hujan.
Demikianlah dalam Weda telah dijelaskan fenomena fisika terjadinya hujan.Dalam ilmu fisika peristiwa ini dikenal dengan istilah “Konveksi”.Konveksi adalah perpindahan massa jenis suatu zat secara aliran.Berkat adanya proses ini maka air yang ada di bumi tidak akan habis.Sama halnya dengan energi,sesuai dengan hukum kelestarian energi yang dikemukakan oleh joule yang berbunyi: “energi tidak dapat diciptakan maupun tidak dapat dimusnahkan dan disempurnkan oleh Black terkenal dengan sebutan asas black yang berbunyi kalor yang dilepaskan oleh suatu sistem sama dengan kalor yang diterima.Ini dalam Weda mirib dengan salah satu sifat Tuhan yaitu tuhan itu tidak diciptakan atau tidak bermula dan tidak berakhir.
Itulah beberapa kaitan bidang ilmu fisika terhadap pandangan agama hindu,ternyata banyak kesamaan antara fisika dan agama hindu yang tidak lain bersumber pada Weda.

0 comments:

Posting Komentar