Rabu, 12 Maret 2014

Sehari kurang, tiga gempa dirasakan.

“SEISMISITAS SEGMEN SELATAN JATIM-BALI-NTT MENINGKAT AKTIPITASNYA”

Oleh : I Putu Pudja

"Suasana Pantai Kuta"( www.google.com)
Minggu, 9 Maret 2014 merasakan tiga kali getaran gempabumi dalam waktu kurang dari tiga belas jam, masyarakat pesisir Kuta yang merupakan pantai tersibuk di Bali merasakannya dengan getaran sekitar II MMI untuk gempa-gempa tersebut. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa ketiga gempabumi tersebut memang mempunyai epicenter relatip dekat dengan pantai Kuta. Gempabumi tersebut yaitu:

  • Tanggal 9  Maret 2014, pk 07 50 01 WIB 9.41 LS -115.04BT kedalaman 30 km kekuatan 4,4 SR dirasakan II MMI di Kuta Bali. Pusat gempabumi sekitar 78 km tenggara Kuta Bali.
  • Tanggal 9 Maret 2014 18 49 08 WIB 11.48 LS – 118.84 BT kedalaman 10 km kekuatan 5.0 SR . Pusat gempabumi sekitar 218 km Barat Daya Sumba Barat, dirasakan II – III di Sumba Barat, di pantai Kuta dirasakan II MMI
  • Tanggal 9 Maret 2014 pk. 20 42 16 WIB 9.20 LS – 112.98 BT kedalaman 10 km kekuatan 5.4 SR . Pusat Gempabumi  sekitar 115 km Tenggara Malang, dirasakan di Malang II-III MMI, Sidoharjo, Yogyakarta II MMI, pantai Kuta II MMI
Ketiga gempa tersebut menunjukkan bahwa segmen zona subdaksi antara Jawa Timur – NTT measih merupakan segmen seismic aktip, yang dalam duapuluh tahun terakhir belum terjadi gempabumi besar. Terakhir yang cukup besar terjadi adalah saat terjadi gempabumi dan tsunami di pantaiselatan Jember dan Banyuwangi 1994.

Karena demikian dekatnya waktu kejadian gempabumi satu dengan lainnya, sangat mungkin telah terjadi triggering, gangguan kesetimbangan energi di segmen tersebut, yang sudah lama ‘tidur’ mengumpulkan nergi. Akan tetapi bila ditarik ke kejadian yang lebih jauh maka kita temukan kejadian volkanik yang berdekatan secara temporal terhadap kejadian ini yaitu leutusan Gunung Kelud, beberapa minggu lewat, sehingga pertanyaan melebar menjadi “apakah letusan Gunung Kelud  juga memicu aktipitas zona subdaksi disekitarnya?”

Bila memperhatikan kekuatan gempabumi yang terjadi hanya antara 4,4 – 5,4 SR, maka dapat dikatakan bahwa gempabumi yang kecil demikian sudah mengguncangkan daerah daerah yang sangat luas, menunjukkan bahwa sudah terjadi kelemahan struktur sampai tinggkat permukaan, sehingga gangguan getaran dirasakan sampau daerah yang sangat jauh, untuk gempabumi selatan Malang. Menurut sejarah kegempaan dan sifat gelombang seismic jarang gempa dangkal (kedalaman 10 km) dirasakan sampai begitu jauh Sidoarjo, dan Yogyakarta.

Demikian pula untuk gempabumi tenggara Kuta, dengan kekuatan hanya 4,4 SR dengan jarak sekitar 78 kilometer dari daerah Kuta, Bali ternyata getarannya dirasakan di Kuta II Skala MMI. Padahal juga merupakan gempabumi dangkal hanya dengan kedalaman 30 km.

Untuk gemoabumi Sumba, masih masuk akal dengan kekuatan 5,0 SR goncangannya dirasakan II MMI di daerah Sumba Barat dan Pantai Kuta, walau episesenternya relatip jauh.

Dari ketiga gempa tersebut dapat diduga bahwa ketiganya berada pada lempeng Erasia, yang melandasai Pulau Sumba-Bali dan Jawa. Khusus untuk gempabumi Kuta dan Malang kelihatannya gempa tersebut terjadi pada plat tektonik kontinen Eurasia, sebagai patahan yang terjadi akibat kuatnya desakan dari lempeng tektonik Oseanik Indo-Australia.

Secara kesetimbangan energy, pelepasan secara nyicil demikian dari sebuah segmen menguntungkan, karena penumpukan energy yang terjadi di daerah tersebut terbagi secara temporal, dan tidak dilepas sekaligus, sehingga tidak terjadi gempa yang cukup besar. Namun kalau kita melihat statistic kegempaan di daerah tersebut rupanya sudah cukup lama ‘senyap’ (gap seismic), sehingga patut dipertanyakan apakah ketiga gempa itu hanyalah merupakan fore shock, atau merupakang single event. Nah hanya waktu yang bisa menjawabnya, sambil kita cermati data gempabumi yang berasal dari daerah tersebut.

Penulis : seismolog, sekarang dosen pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

0 comments:

Posting Komentar