Jumat, 28 Februari 2014

TAK SEMUA GEMPABUMI PERTANDA GUNUNG MELETUS


Gempa Di Lereng Gunung Merbabu:
”TAK SEMUA GEMPABUMI PERTANDA GUNUNG MELETUS”

Oleh : I Putu Pudja
Panorama Merbabu dari balik jendela pesawat (sumber : http://farm4.staticflickr.com/3513/3933481306_d52107888e_o.jpg)

Daerah lereng Merbabu,  Senen pagi, 17 Pebruari 2014 digemparkan oleh suara menggelegar, mengiringi goncangan gempabumi di daerah tersebut, masyarakat yang trauma dengan bencana letusan gunung api yang baru saja terjadi belakangan ini di Gunung Keluda (Jatim) dan Gunung Sinabung (Sumut) menjadi ketakutan. Terlebih lagi terjadi sambaran petir berulang kali saat kejaidan ini menimpa puncak gunung tersebut, mirip dengan kejadian di Gunung Kelud, sehingga tidaklah salah bila masyarakat mengaitkannya satu sama lain.
Hasil analisis rekaman sinyal gempa yang terekam BMKG, menunjukkan bahwa gempa tersebut terjadi pada pk: 06 01 19 WIB, dengan posisis pusat gempabumi pada koordinat 7,390 LS – 110,480 BT, pada kedalaman 10 kilometer, dengan kekuatan 2,5 Skala Richter. Posisi pusat gempabumi ini kalau dilihat dipeta berada sekitar 6 kilomener arah selatan-barat daya kota Salatiga. Posisi ini berada pada wilayah Desa Sumogawe lereng utara Gunung merbabu , Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Sebuah dusun di Desa Sumogawe dilaporkan mengalami kerusakan akibat getaran gempabumi ini, yaitu di  dusun Wiji, sebanyak 46 bangunan penduduk lereng utara Gunung Merbabu ini mengalami kerusakan. Namun Gunung Merbabu tetap tenang tidak menunjukkan geliat tanda-tanda keaktipannya,
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat diantaranya: 
  1. apakah setiap gempabumi yang berpusat di gunung akan disertai oleh letusan gunung api
  2. Kenapa fenomena yang terjadi saat gempabumi Merbabu menyerupai yang terjadi di puncak Gunung Kelud saat puncak erupsi?. Nah untuk menjawabnya kita tengok lebih jauh kondisi Gunung Merbabu.
KONDISI GEOLOGIS DAN KEJADIAN SERUPA

Gunung Merbabu (3145m ) merupakan gunung api yang telah lama tidak menunjukkan keaktipannya. Sehingga digolongkan kedalam Gunung Api tipe B. Letusan terakhir tahun 1797. Sisa letusannya meninggalkan banyak patahan hingga dipuncaknya. Bahkan beruka rekahan yang sangat jelas dalam citra satelit. Sat diantaranya adalah patahan yang yang mempunyai kelurusan hampir utara selatan sedikit menuju ke barat daya. Hampir sejajar dengan arah Salatiga- puncak Merbabu. Rekahan-rekahan tersebut diduga sangat mudah terganggu bila terganggu kesetimbangan maupun isi massa air terhadap pori-porinya.

Perubahan kesetimbangan karena goncangan akan mengganggu material yang ada sekitar patahan, bahkan bagian rongga kawah yang diduga sudah kosong karena sudah tidak aktip. Kestimbangan ini menjadikan material disan terdeformasi. Secara teoritis dapat memancarkan cahaya, seperti yang pernah terjadi pada bebera Gempabumi di selatan Garut. Masyarakat disekitar Gempa garut menyebutnya kingkilapan saat gempabumi.

Kesetimbangannya terjadi karena seringnya daerah Jawa Tengah diguncang gempabumi kuat, diantaranya Gempa Jogyakarta, Gempa Pangandaran, dan yang terakhir adalah Gempa Kebumen. Semuanya itu diduga menyumbang gangguan kesetimbangan tektonik rekahan-rekahan di lereng Merbabu.

Bila kita petakan pusat gempabumi yang terjadi Senen pagi 17 Pebruari 2014,-sebut saja Gempa Lereng Merbabu- itu rupanya berada pada kawasan rekahan tersebut, dalam lingkungan dusun Wiji. Sehingga sangat wajar bila kerusakan bisa terjadi di daerah Wiji yang berada di daerah pusat gempabumi. Gempabumi walau kekuatan gempabumi tersebut terbilang kecil hanya 2,5 Skala Richter. Melihat kelurusan sesar, dan posisi Wiji yang mengalami kerusakan diduga terjadi sesar geser, yang memang mempunyai sifat merusak.

Dentuman yang terjadi bisa sebagai runtuhnya batuan di dalam goa bawah tanah – rongga kosong karena gunung sudah tidak aktip-. Kejadian serupa juga pernah terjadi pada gempabumi lereng Lawu, tahun 1979 yang lalu, yang disertai dengan suara dentuman.

Gempa Lawu saat itu hanya disertai bebera gempa susulan dan reda begitu saja setelah kejadian gempa utama. Getaran-getaran gempa susulan yang kekuatannya kecil masih sering dirasakan masyarakat lereng Lawu setelah gempa tersebut, dan gunung Lawu aman, tidak disertai dengan letusan.

Secara umum dapat diduga bahwa gempa Lereng Gunung Merbabu merupakan produk tektonik di daerah gunung, yang mengalami gangguan keseimbangan gaya tektonik karena seringnya terjadi gempabesar menggoncang Jawa Tengah belakangan ini, musim hujan dengan masuknya massa air hujan kerekahan menjadikan kemampuan batuan lereng Merbabu melemah dan mencapai ambang batas sehingga energi stress yang terakumulasi disana dilepaskan berupa gempabumi, suara gemuruh maupun energi sinar-kingkilapan-. Suara gemuruh bisa karena runtuhan batuan pada goa bawah tanag, bisa juga karena meledaknya batuan yang terimbas massa air (Rockbush).

Jadi gempa Lereng Merbabu kejadiannya merupakan produk tektonik, terjadi apda rekahan di daerah gunung, yang terganggu kesetimbangannya, melemah kerana lapisannya kaya massa air musim hujan, terjadinya dibarengi oleh fenomena alam berupa suara gemuruh dan kilatan petir.

KESIMPULAN

Memperhatikan kejadian gempa Lereng merbabu 17 Pebruari 2014, dikaitkan dengan pengalaman terhadap kejadian sejenis yang pernah terjadi di Jawa, dapat disimpulkan bahwa :
  • Tidak semua gempa di daerah gunung menindikasikan bahwa gunung itu akan meletus. Sejenis dengan gempa Gunung Lawu 1979.
  • Fenomena alam yang terjadi saat Gempa lereng merbabu, merupakan manifestasi pelepasan energi pada batuan yang tertekan –terdeformasi- sebagai energi energi suara dan energi sonar, disamping energi utamanya sebagai energi gempabumi.
Karena kejadiannya sangat berdekatan waktunya dengan kejadian letusan Gung Kelud, dan Gunung Sinabung, yang menunjukkan fenomena sejenis, sangat wajar bila masyarakat mengaitkan gempa Lreng Merbabu tersebut sebagai isyarat akan letusan gunung menyertainya. Disini sangat diperlukan kearifan masyarakat yang sudah akrab dengan lingkungannya, masyarakat lereng merbabu pasti tahu fenomena-fenomena yang sering muncul disana.

Penulis: seismologist, pemerhati masalah kegempaan.

0 comments:

Posting Komentar