Senin, 03 Februari 2014

HUBUNGAN AKTIPITAS TEKTONIK DAN VOLKANIK

"HUBUNGAN AKTIPITAS TEKTONIK DAN VOLKANIK”

Oleh : I Putu Pudja

 

Kita dikejutkan dengan aktipitas volkanik Gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara. Awan panas yang di Merapi dekenal dengan wedus gembel telah turun gunung menelan korban manusia dan membuat suasana mencekam. Gunung Sinabung, seakan mengalami reinkarnasi menjadi gunung api aktip karena dalam catatan gunung ini measukd dalam kategori B, gunung api tak diawasi. Kejadiannya sama dengan letusan Gunung Galunggung yang pada awalnya merupakan gunung api tipe B juga.


Nah kok bisa ya ada perubahan tipe pada gunung api, apakah ini merupakan akhir akhir tahapan suatu proses berulang dalam aktipitas volkanik. Dalam sejarahnya pembentukan gugusan gunung api tidak terlepas dari proses tektonik di daerah dimana gunung api itu berada. Sehingga kita jumpai gugus gunung api di dunia, juga di Indonesia, mempunyai garis sejajar dengan garis subdaksi yang merupakan pertemuan dua lempeng tektonik.

Di daerah Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara- Banda, kita kenal sebagai pertemuan dua lempeng tektonik, yang membuat daerah tersebut aktip secara tektonik, maupun seismic –gempabumi-, lempeng tersebut adalah lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Lempeng Indo Australia menekan lempeng Eurasia, relatip kea rah utara – utara timur laut, sengan kecepatan hingga 7 cm / tahun. Akibat tekanan inilah yang menjadikan ada nya aktipitas magmatic yang terpompakan konduktif keatas pada bagian yang lemah, yang kita kenal dengan nama Gunung Api.

Adakah meningkatnya aktipitas Gunung Api belakangan ini seperti aktipitas Gunung Sinabung, Gunung Marapi, Gunung Tanguban Perahu, Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Bromo dan lain-lain yang menunjukkan aktipitasnya belakangan ini dengan skala yang berbeda-beda?.

Di segmen-segmen tersebut kita jumpai secara berkala masih terjadi aktipitas gempabumi, seperti gempabumi pada segmen subdaksi: Simelue, Mentawai, Bengkulu, Jawa Barat-Cilacap, selatan Jogjakarta.

Memang masih sangat sulit menjelaskannya dengan fenomen Fisika, bagaimana menjelaskan bahwa tekanan yang terjadi di daerah subdaksi yang memproduksi gempabumi tersebut, mampu meneruskan tekanan sampai ke daratan yang jauh dimana Gunung Api itu berada. Namun bila kita melihatnya sebagai titik-titik lemah sebagai tempat terjadinya akumulasi stress karena desakan lempeng tektonik hal ini bisa dimengerti.

Demikian pula halnya dengan gempabumi yang mengaktip di beberapa segmen sesar Sumatera, biasanya berkaitan dengan gempabumi yang terjadi di daerah subdaksi. Kita catat urut lokasi dari utara ke selatan : Gempa Meulaboh, Gempa Benar Meriah, Gempa Takengon, Gempa Mandailing Natal, Gempa Batusangkar, Gempa Jambi, Gempa Garut, Gempa Situbondo, Gempa Dompu.  Sampai saat ini banyak dikaitkan dengan adanya saling ketergangguan kesetimbangan antar lempeng, saat pelepasan energy gempa bumi, mengganngu kesetimbangan energy pada sesar yang ada di daratan, yang juga umumnya pada sesar Sumatera mempunyai kelurusan yang sejajar dengan kelurusan subdaksi.

Aktipitas ini juga dikatakan telah mempompa minimal menambah aktip aliran konvektif magma yang ada diperut bumi, sehingga menekan keatas mencari daerah-daerah lemah, yang tidak lain adalah kawah gunung berapi. Kejadian serupa pernah terjadi berkepanjangan saat Kepulauan Sangir Talaud sering di goncang gempa bumi, juga diikuti dengan mengaktipnya gunung api di Minahasa maupun Gunung api di Maluku Utara.

Beberapa pakar menyebutkannya ibarat botol bir, yang dikocok terus akibat getaran gempabumi, bila kita buka tutupnya dia akan muncrat karena tekanan di dalam botol bertambah. Nah khusus untuk kejadian di Sumatera, aktipitas darat yang menyertai gempa-gempa yang terjadi di dasar laut pada daerah subdaksi sebagai daerah pertemuan dua lempeng tektonik, telah menjadikan aktipitas gempabumi di beberapa segmen sesar sumatera mengaktif menimbulkan gempabumi, untuk daerah yang lebih lemah dalam gunungapinya menimbulkan aktipitas gunung api. Sepanjang sisi sesar Sumatera ini bisa kita saksikan adanya peningkatan voklanik pada Gunung Sinabung, Gunung Marapi, sampai Gunung Anak Krakatau.

Semakin seringnya terjadi kejadian gempa bumi di daerah ini, baik pada zona subdaksi, sesar Sumatera, maupun pada gunung api, diyakini para pakar akan segera menyeimbangkan energy yang timbul akibat saling menekannya dua lempeng tektonik di daerah ini. Hanya saja waktu berhentinya itu yang susah kita ketahui, mengingta sangat banyaknya segmen aktip di daerah ini, baik yang di laut maupun di darat, serta titik Gunung apinya.

Puri Gading, Awal Pebruari 2014

0 comments:

Posting Komentar