“AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TERPICU GEMPABUMI TEKTONIK”
Oleh : I Putu Pudja
Gunung Merapi 20 April 2014
kembali menunjukkan erupsi atau letusan , walau tergolong kecil sempat membuat
ketar-ketir masyarakat penghuni lereng Merapi. Erupsi kali ini sangat menarik
karena kejadiannya kembali diadahului oleh adanya gempa tektonik. Seperti kita
ketahui gempa tektonik terjadi dua kali pada hari Jumat sebelumnya yaitu 18
April 2014, dengan kekuatan 5,3 dan 5,6
Skala Richter. Data gempabuminya seperti berikut;
1. Gempa
pertama terjadi 18 April 2014, pada pk 22 07 13 WIB dengan pusat gempanya
berada pada posisi 09,19 LS – 110,38 BT pada kedalaman 40 km, dengan kekuatan
5,3 SR. Pusat gempabumi sekitar 138 km barat daya Gunung Kidul, dan dirasakan
goncangannya dengan intensitas II MMI di Imogiri.
Gempa kedua terjadi 18 April 2014 pada pk. 20 33 36 WIB dengan pusat gempa berada pada posisi 9,3 LS-110.33 BT pada kedalaman 10 km, sekitar 151 km barat daya Gunung Kidul, dirasakan goncangannya denganintensitas II-III MMI di Yogyakarta, Bantul dan Sleman, II MMI di Cilacap dan Klaten.
Gempa kedua terjadi 18 April 2014 pada pk. 20 33 36 WIB dengan pusat gempa berada pada posisi 9,3 LS-110.33 BT pada kedalaman 10 km, sekitar 151 km barat daya Gunung Kidul, dirasakan goncangannya denganintensitas II-III MMI di Yogyakarta, Bantul dan Sleman, II MMI di Cilacap dan Klaten.
Seperti diinformasikan BPPTKG,
bahwa letusan kali ini merupakan picuan dari gempabumi tektonik sebelumnya, yang
bukan merupakan letusan magmatic, walau terjadi luncuran lava dan hujan abu.
Sehingga status Merapi pun dinyatakan normal.
Data dan fakta ini semakin
memperkuat bahwa gempa tektonik memicu aktivitas gunung api, seperti yang
pernah terjadi ada Gunung Sinabung, Gunungng Marapi, Gunung Lokon, dan bebera[a
Gunung di Maluku Utara yang sering keganggu karena gempabumi tektonik yang
terjadi disekitarnya yang memang merupakan daerah aktif seismik.
Demikian pula hasil penelitian
Putu Dedi Pratama yang sempat penulis ajak berbincang-bincang tentang kaitan
aktipitas tektonik dan volkanik ini untuk letusan Gunung Agung, pada tahun 1963
dan 1917 , dimana ditemukan indikasi letusan yang hebat didahului oleh gempabumi
tektonik yang terjadi disekitarnya.
Hipotesa
bahwa gempabumi tektonik dapat memicu aktivitas volkanik, rupanya semakin
terbukti dengan data-data yang dihimpun sampai saat ini, terutama untuk
aktipitas volkanik di Indonesia.
Dalam proses ini diduga saat terjadi gempabumi tektonik keseimbangan secara fisis terjadi di daerah sekitar titik atau bidang atau volum stress yang terakumulasi. Kita ketahui bahwa Energi stress persatuan volum tidak lain adalah tekanan. Nah gangguan tekanan ini yang diduga juga terjadi pada kawah Gunung Merapi sehingga tekanan menjadi meningkat, dia memompa sisa gas, magma dipermukaan, maupun material padat iannya yang tersisa saat erupsi sebelumnya. Demikian juga guncangan diduga telah mengocok gas terutama CO2 menjadi meningkat tekanannya, sehingga menekan untuk erupsi.
Kondisi inilah yang menjadikan letusan tidak menjadi berkelanjutan, letusan hanya bersifat gangguan saja, sambail mencari keseimbangan baru. Kesaeimbangan baru di Gunung Merapi tercapai dalam waktu yang ringkas.
Dalam proses ini diduga saat terjadi gempabumi tektonik keseimbangan secara fisis terjadi di daerah sekitar titik atau bidang atau volum stress yang terakumulasi. Kita ketahui bahwa Energi stress persatuan volum tidak lain adalah tekanan. Nah gangguan tekanan ini yang diduga juga terjadi pada kawah Gunung Merapi sehingga tekanan menjadi meningkat, dia memompa sisa gas, magma dipermukaan, maupun material padat iannya yang tersisa saat erupsi sebelumnya. Demikian juga guncangan diduga telah mengocok gas terutama CO2 menjadi meningkat tekanannya, sehingga menekan untuk erupsi.
Kondisi inilah yang menjadikan letusan tidak menjadi berkelanjutan, letusan hanya bersifat gangguan saja, sambail mencari keseimbangan baru. Kesaeimbangan baru di Gunung Merapi tercapai dalam waktu yang ringkas.
Pondok Betung, 23 April 2014
0 comments:
Posting Komentar