Jumat, 14 Februari 2014

Letusan Gunung Kelud



“LETUSAN GUNUNG KELUD DAN TITIK LEMAH DI JAWA TIMUR”
Oleh : I Putu Pudja

Gunung Kelud (1732 m) , 13 Pebruari 2014 malam meletus kembali. Menambah panjang frekuensi letusan Gunung kelud yang meletus tahun 1901 dengan abu yang menutupi hapir seluruh Jawa dan Bali. 


Letusan kali `Indra Keenam` Hewan Membaca Pertanda Bencana Gunung Keludini kelihatannya juga tidak jauh berbeda intensitasnya dengan letusan saat itu, dimana hujan abu dilaporkan dialami kota-kota Blitar, Malang, Kediri, kebarat hingga Jogyakarta dan Bandiung, ke utara sampai Surabaya dan Madur. Demikian pula gemuruh perut Gunung Kelud terdengar sampai Pantai Kuta, pada saat erupsi tengah malam kemaren.
Dampak dari sebaran debunya yang menyebabkan transportasi terganggu, tidaj saja transportasi darat, tetapi hingga transportasi udara. Menjadikan lima bandaara di Jawa ditutup dengan memberikan ‘notam’ kepada dunia penerbangan. Bandara tersebut adalah : Abdul Rahman Saleh Malang, Juanda Surabaya, Akhmad yani Semarang, Adi Sumarno Solo, dan Adi Sucipto Jogyakarta.
Ke lima bandara tersebut disamping landasannya tertutup debu volkanik, hujan abu juga memperpendek visibility, sehingga langkah penutupan dirasakan paling aman untuk mengantisipasi kecelakaan yang mungkin diakibatkan oleh debu gunung Kelud, baik karena mengurangi jarak pandang, juga untuk mengantisipasi gangguang mesin pesawat ketika sedang terbang.
BANYAK TITIK LEMAH
Letusan Gung Kelud, sebagai eksistensi banyaknya titik lemah kulitbumi di Jawa Timur yang kaya akan rekahan, sehingga banyak kita jumpai api yang keluar dari bumi karena adanya gas metana, seperti di daerah pantura Jatim sampai Madura; banyaknya semburan lumpr volkanik seperti di Sidoarjo (Lapindo), Cepu, Blora sampai Bojonegoro, serta aktipitas volkanik selain Gunung kelud, sering kita lihat semburan asap aktipitas Bromo, Raung maupun Gunung Semeru.
Titik titik ini merupakan titik lemah untuk melepas energy yang tersimpan di perut bumi jawa Timur, sehingga menjadikan daerahnya sangat aktip secara volkanik, juga dampak pada tanagh pertanian menjadikan tanah ini subur, kaya akan belerang dan mineral lainnya yang diperlukan oleh tanaman. Hanya saja saat kejadian menjadikan masyarakatnya menderita. Kita ambil saja contoh Lumpur Sidoarjo, berapa keluarga kehilangan tempat tinggal, berapa desa terendam lumpur, demikian juga saat letusan Gunung kelud kali ini berapa kepala keluarga yang bermukim di lereng Gunung Kelud yang harus mengungsi, dan berapa luas wilayah yang terkena dampak, serta secara ekonomis telah menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Jadi dari titik-titik lemah yang banyak terdapat di jawa Timur ini akan membawa dampak kerugian dalam waktu pendek, namun dalam jangka waktu panjang akan membawa dampak menguntungkan secara agraris di daerah ini, karena tambahan unsure hara pada tanah yang dibawa abu volkanik. Demikian pula diduga secara tektonik, kondisi ini menjadikan gangguan pelepasan energy sehingga dalam jangka waktu yang lama di daerah jawa Timur tidak terjadi gempa yang signifikan, walau wilayah selatan Jawa timur dikenal sebagai salah satu daerah aktip seismic.
SEISMIC GAP
Beberapa tahun terakhir, sejak beberapa gempabumi merusak terjadi di daerah belahan selatan jawa Barat- Jogyakarta, para pakar mengindikasikan daerah selatan Jawa Timur merupakan daerah yang senyap gempa ( seismic gap), sejak gempa dan tsunami Banyuwangi belum ada gempa yang cukup signifikan terjadi di daerah ini, padahal pada segmen lainnya yang lebih di barat, kita ikuti minimal tiga kali gempa penting dan merusak, diantaranya : gempa Jogyakarta, Gempa Pangandaran, Gempa Tasikmalaya, dan terakhir Gempa Kebumen yang terjadi bulan lalu.
Itu menandakan bahwa di daerah subdaksi selatan Jawa secara terus menerus terjadi penumpukan energy gempa akibat penekanan lempeng tektonik Indo-Australia, ke lempeng tektonik Eurasia. Demikian pula kalau kita urut jauh ke barat lagi sampai sebelah barat Sumatera kita akan jumpai sangat banyak gempa merusak belakangan ini.
Senyap gempa bumi yang terjadi di perairan selatan Jawa Timur boleh jadi karena adanya pelepasan energy secara sporadic di daerah ini melalui cara lain, bukan sebagai pelepasan energy gempabumi. Energi lain tersebut dalam manifestasi energy erupsi gunung meletus, energy volkanik untuk penekanan keluar lumpur volnaik
Bila dugaan ini benar, maka letusan Gunung kelud, bisa jadi tidak akan berkepanjangan karena tidak merupakan titik tunggal penglepasan energy endogen di wilayah Jawa Timur. Hubungan ini semakin mendukung adanya hubungan, dalam multiple triggering antara aktipitas tektonik, yang terjadi pada daerah-daerah lemah produk penyusupan sebuah lempeng tektonik ke bawah lempeng lainnya. Daerah lemah itu bisa merupakan daerah jalur atau segmen aktipitas seismic, bisa merupakan gugus gunung api, maupun patahan, maupun sobekan lain yang melepaskan material volkanik, baik lahar maupun lumpur.
Kejadian sejenis juga diduga terjadi pada saat peningkatan aktipitas Gunung Merapi (jawa-Tengah) beberapa saat setelah salah satu gempa susulan dari gempa Kebumen; AktipitasGunung  Marapi, maupun aktipitas Gunung Sinabung ( Sumatera) yang meningkat aktipitasnya setalah beberapa gempabumi terjadi di daerah perairan barat Sumatera yang berdekatan dengan posisi ke dua gunung tersebut.
Dari kondisi ini kita dapat mengatakan bahwa karena poses gunung api dan proses gempa yang berada pada satu kawasan merupakan produk dari aktipitas tektonik yang sama, maka akitpias keduanya dapat saling trigger satu dengan lainnya.
KESIMPULAN
Untuk beberapa aktipitas kebumian yang terkait dengan produk gaya tektonik, maka dapat dikatakan bahwa Letusan Gungn Kelud dan beberapa aktipitas volkanik di Jawa Timur, merupakan manifestasi penglepasan energy indogen –tektonik, volkanik-, sehingga peningkatannya diduga akan membantu memperpanjang kondisi senyak gempabumi di daerah perairan selatan Jawa Timur, karena energy yang terkumpul terganggu, Hanya ada hal yang patut di waspadai karena sesuai teori komulatif stress pada batuan, semakin lama di daerah aktip gempa terjadi seismic gap, maka akan semakin besar gempa yang mungkin terjadi di daerah tersbut.
Melihat banyaknya titik-titik lemah penglepasan enegi volkanik di Jawa Timur, serta sejarah letusan Gunung kelud, dapat diduga letusan kali ini tidak akan berkepanjangan sama seperti dengan letusan-letusan sebelumnya.
========================================================Bintaro, 14 Pebruari 2014-=======

0 comments:

Posting Komentar