Rabu, 29 Januari 2014

Banjir Manado

“BANJIR MANADO : DEPRESI TROPIS PICU HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI”

Oleh : I Putu Pudja

Manado Banjir Lagi, Rumah Warga Dipenuhi Lumpur
Bencana banjir masih saja menghiasi berita media masa sampai penghujung Januari 2014 ini, secara sporadic kita ikuti berita banjir di tanah air: banjir Jakarta belum surut tuntas, banjir pantura, banjir Bali utara, banjir di Sulut –dua kali- , banjir di Madura, dan daerah lainnya yang hampir tiap hari ada saja banjir yang dilaporkan terjadi. Banjir tahun ini terasakan sangat meningkat kejadiannya, maupun meningkat intensitas serta korban yang diakibatkannya.
Polemik penyebab banjir ini banyak bermunculan, beberapa pendapat mengatakan bahwa banjir karena : anomaly cuaca, kerusakan lingkungan, perilaku masyarakat, jeleknya infrastruktur pengairan, menyusutnya situ dan lain sebagainya. Semua itu merupakan hanyalah tinjauan masing-masing pengamat secara parsial.
Tulisan ini ingin mengajak penulis melihat penyebab banjir yang terjadi di Sulawesi Utara, khusus untuk banjir di Manado tanggal 15 januari 2014. Banjir ini dilapurkan mengakibatkan 18 orang korban meninggal dan kerugian material ditaksir lebih dari Rp. 1,871 triliun seperti dipaparkan Gubernur Sulawesi Utara setelah banjir Manado. Tulisan ini memcoba melihat bencana banjir ini dari intensitas curah hujan yang tercatat di lapangan oleh rekan-rekan pengamat meteorology dan geofisika yang bertugas di daerah tersebut.
Daerah Manado tercatat sudah empat kali mengalami banjir bandang yaitu : 3 Desember 200, 21 Pebruari 2006, 17 Pebruari 2013 dan 15 Januari 2014.

DEPRESI TROPIS

Memang kejadian ini merupakan suatu kejadian yang tidak biasanya menimpa kawasan Sulawesi Utara, ataupun belahan utara perairan Indonesia yang merupakan perairan yang bersentuhan dengan Samudera Pasifik. Daerah ini memang merupakan habitat depresi tropis yang dapat berkembang menjadi siklon tropis, hanya saja secara statistic kejadiannya umumnya terjadi pada kisaran April – Oktober, setiap bulannya.
Namun kejadian kali ini bisa dianggap suatu anomaly, karena terjadi Januari, dan bukan merupakan kejadian tunggal. Depresi tropis lainnya beberapa kali dijumpai selain penyebab hujan di Manado, dan bahkan ada siklon tropis Lingling juga terjadi di belahan utara Indonesia. Merupakan kejadian yang tidak biasa terjadi diwilayah ini pada bulan januari.
Depresi tropis yang terjadi 15 januari 2014, di atmosfer di atas perairan Sulawesi Utara rupanya telah menyebabkan aliran angin yang kaya akan uap air mengalir deras dari segala penjuru ke wilayah depresi tropis ini. Kejadiannya bersamaan dengan perkembangan depresi tropis di utara Australia, yang juga memicu angin deras dan hujan di beberapa daerah selatan khatulistiwa, yang terkena pengaruh angin baratan. ( bahasan penulis pada SH,17/01/2014)
Depresi tropis mengakibatkan hujan lebat di Sulawesi utara sepanjang hulu, Das maupun hilir sungai yang mengalir di daerah ini. Catatan pengamat meteorologi dan geofisika setempat selama tiga hari saat, sebelum dan sesudah bencana, menunjukkan bahwa curah hujan di hulu DAS –Tondano- : berkisar antara 50 mm, yang bukan merupakan curah hujan maksimum bila dibandingkan dengan penyebab kejadian serupa sebelumnya. Curah hujan di DAS –Tondano Air Madidi- 211 – 235 mm, merupakan curah hujan tertinggi dibandingkan kejadian serupa sebelumnya; dan curah hujan di hulir DAS – Manado- 150 mm, juga bukan merupakan curah hujan maksimum dibandingkan dengan kejadian serupa sebelumnya. Perlu diingat bahwa curah hujan 100 mm untuk luasan 1 km persegi adalah 100 ribu meter kubik air tumpah diatas permukaan, untuk DAS pada banjir bandang Manado mencapai puncak volume air 235 ribu meter kubik per kilometer persegi.
Daya rusak air akan menjadi semakin parah bila curah hujan yang tinggi disertai angin kencang yang menerpa dinding lereng dimana DAS itu berada, sehingga akan sangat mudah meicu longsor, yang menyebabkan terjadinya banjir bandang. Depresi tropis yang hadir tidak pada waktunya kali ini di Manado rupanya membuat curah hujan tinggi dan kerusakan semakin parah sehingga menjadikan banjir bandang ini terparah sampai saat ini.
Dugaan kuat dampak depresi tropis itu semakin nyata, bila kita lihat akibat lanjutan depresi tropis yang bergeser ke utara itu, juga mengakibatkan kejadian yang serupa hujan deras dan banjir yang memakan korban di Filipina selatan sehari-dua hari setelah banjir Manado.

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan diantaranya: (1) banjir bandang Manado 15 Januari 2014 merupakan banjir bandang ke empat sejak 2000 lalu, sehingga dapat dikatakan bahwa Manado memang merupakan daerah potensi bencana banjir bandang; (2) Bencana banjir bandang kali ini diakibatkan curah hujan yang tinggi sepanjang hulu, DAS dan hilir, dengan hujan tertinggi pada DAS bila dibandingkan dengan tiga kejadian sebelumnya, dan (3) Hujan lebart yang terjadi pada bencana ini, lebih banyak diakibatkan adanya depresi tropis yang hadir salah ‘mongso’ di wilayah ini.
Mengingat frekuensi banjir bandang di Manado ini frekuensinya tinggi, serta dampaknya sekamin parah dilihat dari data kerusakan dari satu bendana ke bencana lainnya, maka perlu langkah nyata terintegrasi untuk meredam dampak yang lebih besar, diantaranya dengan : pemeliharaan DAS, sehingga mempunyai daya serap yang lebih baik, penertiban bangunan dilereng-lereng sehingga mengurangi beban lahan, dan lain upaya lainnya yang tentu disesuaikan dengan kondisi medan di lapangan.

Penulis: Aktif di BMKG, Lektor Kepala pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

0 comments:

Posting Komentar