Minggu, 22 April 2012


“SERIAN GEMPABUMI SITUBONDO JENIS SWARM”

Situbondo, daerah Kabupaten di Pantai Utara Jawa Timur belakangan ini rama karena daerahnya sering merasakan guncangan gempabumi yang cukup kuat, disertai dengan suara dentuman, maupun suara bergemueuh. Kejadian ini mengingatkan kita pada peristiwa yang sama yang menimpa daerah lain di Jaea Timur, yaitu daerah Ponorogo, dengan kejadian yang hampir sama. Masyarakat sering merasakan goncangan gempabumi diiringi oleh suara berdentum, atau suara gemuruh.

Gempabumi sedemikian rupa juga pernah menimpa beberapa daerah lain seperti daerah sekitar Gunung Lawu pada tahun 1979, daerah Lampung tahun 2009. Suara yang mengiringi kejadian gempabumi membuat takut masyarakat setempat, padahal dari catatan alat pencatat gempabumi –seismograph- yang dipasang di lokasi menunjukkan gempabuminya tergolong kecil sekitar 2 – 3 Skala Richter, namun goncangannya yang cukup kuat disertai dentuman ataupun suara gemuruh membuat ciut nyali masyarakat sekitarnya.

Pada semua kejadian tersebut , walau beberapa diantara gempanya menyebabkan kerusakan, namun secara kronologis tidak menunjukkan adanya gempabumi utama, yang umumnya merupakan gempa dengan kekuatan nyang menonjol dibandingkan dengan gempa lainnya. Serian gempa yang demikian oleh K Mogi, dikategorikan menjadi gempa swarm, yaitu gempabumi tipe III, dalam pengelompokannya yang merupakan serian gempabumi yang tidak mempunyai gempa utama. Terjadi pada batuan yang sangat tidak homogin, baik dalam umur maupun jenis batuannya.

Gempa lainnya adalah gempabumi tipe I , yang merupakan serangkaian gempabumi, yang hanya terdiri dari gempa utama dan gempa susulan, tidak didahului oleh gempa pendahuluan, biasa terjadi di daerah yang batuannya sangat solid dan homogin. Sedangkan gempabumi tipe II, merupakan serian gempabumi yang lengkap, terdiri daeri gempa utama, yang didahului oleh gempabumi pendahuluan, dan diikuti dengan gempa susulan. Tipe gempabumi ini terjadi di daerah yang batuannya mendekati homogin, yang merupakan tipe gempa bumi yang umum terjadi. Tipe ini memberikan harapan akan dapat diprediksinya gempabumi dikemudian hari.

Kembali ke Gempabumi Situbonda, yang terjadi selama April 2012 ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala BMKG Tretes, Benny Sipollo, merupakan gempabumi jenis swarm. Karena kekuatannya sangat kecil sekitar 2,7 an  Skala Richter. Suara dentuman yang terjadi menunjukkan bahwa adanya peristiwa meledaknya batuan karena adanya desakan, atau longsoran ataupun jatuan batuhan yang terjadi dalam goa atau doom, kalau itu terkait dengan aktivitas gunung api, seperti yang terjadi di Gunung Lawu 1979 sebagai dampak runtuhnya batuan pada dinding kawah yang sudah kosong. Hal ini dapat pula terjadi karena meledaknya batuan kapur karena adanya proses kimiawi saat kapur terinvasi air. Akan tetapi proses ini jarang terjadi di Indonesia. Proses gempabumi Situbondo, boleh jadi karena : adanya runtuhan batuan dalam goa yang tidak kasat mata dari permukaan.

Aktivitas gempabumi yang terjadi kali ini, menunjukkan eksistensi Situbondo sebagai daerah yang berpotensi gempabumi, walau gempa yang sifatnya sangat lokal, karena hanya dicatat oleh alat yang dipasang di dekat lokasi, dan tidak terdeteksi oleh jaringan gempabimi secara nasional. Gempabumi yang cukup kuat , bersifat lokal juga pernah terjadi September 2007 yang menimpa Kecamatan Asem Bagus, Jangkar dan Banyu Putih.

Penerangan kepada masyarakat akan jenis, proses, maupun memonitor secara langsung aktivitas gempabumi Situbondo merupakan langkah yang wajib dilakukan sebagai sosialisasi akan peristiwa alam ini, terlebih di daerah ini sudah sering terjadi kejadian serupa.
============================================== Jakarta, 23 April 2012========

0 comments:

Posting Komentar