Selasa, 02 Oktober 2012

Kuliah Agama Hindu Sesi 1



Mata Kuliah
Paket :
Lama Pertemuan
Agama Hindu
Sesi 1



SESI 1.
PENDAHULUAN
Definisi Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
 Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi", tidak pergi diwariskan secara turun temurun. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan mempunyai cakupan luas, artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang ada, dan selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misalnya ada yang menyebutkannya dengan: Tuhan, Sang Hyang Widhi, God, Allah dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Sangkan Paraning Dumadi, De Weldadige, atau dengan menyebutkan manifestasinya : Sang Pencipta, Sang Pemelihara, Sang Pemrelina dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan , serta menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian ini, dalam agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Cara Beragama
Cara beragamanya: Ada berbagai cara dalam beragama, yaitu :
CaraTradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya para nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Cara ini pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
Cara Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya mereka tidak kuat dalam beragama. Mereka mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mereka mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
Cara Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahan atau pujaannya, semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Permasalahan Umum.
Apakah umat Hindu menyembah banyak Tuhan?. Jawabnya tentu tidak. Umat Hindu hanya menyembah satu Tuhan, tetapi dalam implementasi penyebutan nya bermacam-macam, sesuai dengan fungsi, atau manifestasinya, sehingga orang yang mengetahui Hindu dari luarnya saja akan beranggapan demikian.
Dalam Agama Hindu, tepatnya dalam Hinduisme ada beberapa pandangan yang terdiri dari monoteisme, dualisme, panteisme, panenteisme, yang disebut oleh sebagian pakar sebagai teisme monistik, serta monoteisme yang ketat. Namun mereka bukan politeistik, seperti yang dipandang kebanyakan orang luar. Hinduisme seringkali keliru ditafsirkan banyak orang sebagai agama politeistik.
Contohnya adalah pemeluk Hindu sendiri, contohnya kaum Smarta, yang mengikuti filsafat Advaita, adalah monis, dan memahami berbagai manifestasi dari Tuhan yang esa atau sumber keberadaan. Kaum monis Hindu memahami satu keesaan, dengan berbagai pribadi Tuhan, sebagai aspek-aspek yang berbeda dari Yang Maha Tinggi dan Esa, seperti halnya satu pancaran cahaya yang dipisah-pisahkan menjadi berbagai macam warna oleh sebuah prisma, dan semuanya sah untuk disembah. Sebagian dari aspek-aspek Tuhan di dalam agama Hindu mencakup Brahmai, Wisnu,  dan Syiwa, yang dikenal dengan Tri Murti.
Pandangan Smarta inilah yang mendominasi pandangan tentang Hinduisme di Barat. hal ini disebabkan karena Swami Vivekananda, seorang pengikut Ramakrishna, di antara banyak orang lainnya, yang memperkenalkan keyakinan Hindu ke dunia Barat, semuanya adalah penganut Smarta. Aliran-aliran Hinduisme lainnya, seperti yang digambarkan kelak, tidak menganut keyakinan ini secara ketat dan lebih erat berpegang pada persepsi Barat tentang arti keyakinan yang monoteistik. Selain itu, seperti agama-agama Yudeo-Kristen yang percaya akan malaikat, orang Hindu juga percaya akan keberadaan hal demikian.seperti i halnya percaya  para dewa.
Hinduisme kontemporer saat ini dibagi menjadi empat pembagian utama yaitu, Wisnuisme, Syiwaisme, Saktiisme, dan Smartaisme. Seperti halnya Yahudi, Kristen, dan Muslim yang mempercayai satu Tuhan namun berbeda dalam konsep Ketuhanan, semua pengikut agama Hindu percaya pada satu Tuhan namun berbeda dalam konsepnya. Dua bentuk utama dari perbedaan ini adalah antara dua kepercayaan monoteistik dari Wisnuisme yang menganggap Tuhan adalah Wisnu dan Syiwaisme, yang memahami Tuhan sebagai Syiwa. Aspek-aspek Tuhan yang lainnya pada kenyataannya adalah aspek-aspek dari Wisnu atau Syiwa.
Hanya seorang pemeluk Smartaisme tidak akan mengalami masalah untuk menyembah Syiwa atau Wisnu bersama-sama karena ia memandang berbagai aspek dari Tuhan menuntun kepada satu Tuhan yang sama. Pandangan Smartalah yang mendominasi pandangan Hinduisme di Barat. Sebaliknya, seorang pemeluk Wisnuisme menganggap Wisnu sebagau Tuhan satu-satunya yang sejati, yang layak disembah, sementara bentuk-bentuk lainnya adalah penampakan yang lebih rendah. Lihat misalnya, ilustrasi tentang pandangan pemeluk Wisnuisme tentang Wisnu sebagai Tuhan sejati yang esa di sini.
Dengan demikian, banyak pemeluk Wisnuisme, misalnya, percaya bahwa hanya Wisnu lah yang dapat menganugerahkan tujuan terakhir manusia, moksa. Lihat misalnya, di sini. Demikian pula, banyak pemeluk Syiwaisme juga menganut keyakinan yang sama.
BENTUK TOLERANSI 
Pemeluk Wisnuisme, seperti orang-orang Hindu lainnya, mempunyai toleransi terhadap keyakinan-keyakinan yang lain karena Dewa Krisna, avatar Wisnu, mengatakannya demikian di dalam Bhagawad Gita. Beberapa pandangan melukiskan pandangan toleran ini:
Krisna berkata: "Dewa atau bentuk apapun yang disembah seorang percaya, aku akan menguatkan imannya. Namun demikian, hanya Akulah yang mengaruniakan keinginan mereka." (BG: 7:21-22)
Kutipan lain di dalam Gita mengatakan:
 "O Arjuna, bahkan pemeluk-pemeluk yang menyembah tuhan-tuhan lain yang lebih rendah, (mis. dewa-dewa) dengan iman, mereka pun menyembah Aku, tetapi dalam cara yang tidak tepat, karena Akulah yang Maha Tinggi. Hanya akulah yang menikmati semua ibadah kurban (Seva, Yajna) dan Tuhan sarwa sekalian alam." (Gita: 9:23)
Sebuah ayat Weda melukiskan tema toleransi ini. Perlu diketahui bahwa Kitab-kitab Weda dihormati di dalam Hinduisme, apapun juga alirannya. Misalnya, sebuah nyanyian Rig Weda yang terkenal menyatakan bahwa: "Kebenaran hanya Satu, meskipun para bijak mengenalnya dalam berbagai bentuk."
Hal ini berlawanan dengan keyakinan-keyakinan di dalam tradisi-tradisi agama lain, yang mewajibkan pemeluknya mempercayai Allah hanya dalam satu aspek dan menolak sama sekali atau meremehkan keyakinan-keyakinan lainnya.
Monoteisme
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan, para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak melakukan penelitiannya secara menyeluruh.
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme.
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma), berarti "Kebenaran Abadi", dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sekitar 1 miliaran jiwa.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa  Majapahit. Mulai saat keruntuhan Majapahit masuklah agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
Etimologi Hindu
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).  Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana.
Keyakinan dalam Hindu
Oleh orang luar, Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Panca Sradha. PancaSradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1.         Widhi Tattwa – sering juga disebut Brahman,  percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2.      Atma Tattwa –sering disebut Atman, percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.        Karmaphala Tattwa - percaya dengansering disebut Karman, percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.      Punarbhava Tattwa –dikenal juga dengan samsara, percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi);
5.      Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Widhi Tattwa
 Omkara. Aksara suci bagi umat Hindu yang melambangkan "Brahman" atau "Tuhan Sang Pencipta". Salah satu bentuk penerapan monoteisme Hindu di Indonesia adalah konsep Padmasana, sebuah tempat sembahyang Hindu untuk memuja Brahman atau "Tuhan Sang Penguasa".
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme .

Brahman
 Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan.
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut.
Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.
 Ikhtiar konsep pemahaman Widi Tatwa adalah sebagai berikut
Brahman =è

Widi Tatwa
  Empiris
=Pilosofis
  (Darsana tatwa)
  1. Sebagai awal dan akhir
  2. Fungsional
  3. Tak Terbayangkan
  4. Maha Agung
  5. Menyinari
  6. Gurunya para Guru
  7. Dll.



Trimurti
Acintya

Ciwa
Ciwa Raditya
Maha Guru


Brahma, Wisnu, Ciwa.

Atma Tattwa
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Agama Hindu, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman.
Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa.
Konsep Pemahaman Atma Tatwa, adalah  sebagai berikut
Atman


-          Atma dengan Tri Sarira ( Stula, Suksma dan Ananta Karana)
Atman Tatwa





Atma = purusa
           = jiwa


Prakerti




Maya
Kesadaran



Triguna




Ketidak abadian
Berevolusi è Panca Tan Matra + Panca Maha Butha
 Suara èether
Raba è bayu
Warna è sinar
Rasa è air
Bau è pertiwi

Kesadaran menurun didominasi pekerti. Kesadaran yang terbelenggu menjelma menjadi mahluk hidup

Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Hukum Karma atau Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk.

Ditinjau dari proses waktu berbuat dan menikmati hasil, serta punarbawa maka karmapala dibedakan menjadi :
  1. Prarabda Karmapala, yang berrati bahwa berbuat dan menikmati hasil perbuatan itu pada saat kehidupan yang sama. 
  2. Sancita Karmapala, yang berarti bahwa  berbuat pada saat kehidupan sebelumnnya, hasilnya dinikmati pada kehidupan saat ini’ dan
  3. Kriyamana Karmapala, berarti bahwa hasil perbuatan pada kehidaupan sekarang belum dinikamti pada kehidupan saat ini, namun akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang. 
 Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi).
Punarbhawa
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya.
Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).
Punarbawa  çè
Atman yang meninggalkan badan kasar saat orang itu meninggal, masih terbelenggu suksma dan anantakarana  sebagai unsur prakerti è badan kasar untuk menjelma kembali.






Disini dikatakan masih terikat ikatan duniawi

Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena itu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu.

Konsep pemahaman Moksa sebagai berikut:
Moksa
  1. Terbebasnya purusa dari belenggu prakerti;
  2. Terbebasnya purusa dari samsara;
  3. Tercapainya alam Narayana untuk menikmati kebebasan dan kebahagiaan yang sempurna;
  4. Kembalinya atman kepada asalnya yaitu Brahman, dengan kata lain Bersatu kembalinya atman denganbrahman
Samkhya
Dwaita Wedanta
Wisista Wedanta

Adwaita Wedanta

Jalan menuju moksa :
1.       Jalan Prajapati (1) Jnana Marga; (2) Karma Marga, dan (3) Bakti Marga
2.       Jalan Yoga
Kesemuanya biasa juga disebutkan sebagai Catur Marga


Renungan :
1.     Hindu merupakan agama monoteisme;
2.     Hindu mempuyai keimanan yang disebut Panca Crada;
3.     Kelima Keyakinan tersebut tidak berdisi sendiri, namun satu sama lainnya saling berkaitan.
4.     Sesi ini diselesaikan dalam dua kali pertemuan.
Daftar Bacaan :
1.     Wikipedia Indonesia;
2.     Upadesa
3.     Bagawadgita
4.     Kajeng, I Nyoman, Sarasamuscaya,Hanuman Sakti,..... , 1994.

0 comments:

Posting Komentar