Selasa, 16 Oktober 2012

Kuliah Agama Hindu sesi 2 - Manusia


Mata Kuliah
Paket
Lama Pertemuan
Agama Hindu
Ke 2
2 x pertemuan


MANUSIA

Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari manushya yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Manusia memiliki kesempurnaan peralatan yang mengatur dirinya menemui penciptanya yaitu Sang Hyang Widi Wasa.
Demikian pula dalam Manawa Dharmasastra dikatakan bahwa manusia secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta, manushya , dimana manu (berarti pikiran) dan sya (menunjukkan sifat dari kata benda yang didekatinya, sehingga manusia diartikan menjadi: ia yang memiliki pikiran dan menggunakan akal pikiran. Manusia mempunyai kesempurnaan untuk mengatur dirinya sendiri untuk menemui penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Sarasamuccaya, I.2 : disebutkan bahwa Dari sedemikian banyak mahluk hidup yang dilahirkan,  sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik dan buruk, mempunyai kemampuan untuk melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik, demikianlah pahalanya menjadi manusia.
Dalam ajaran Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Tubuh mempunyai wujud nyata bersifat fana. Sedangkan atma itu bersifat kekal. Ini dinyatakan dalam petikan Bagawad Gita II.20: yang diartikan sebagai berikut : Apa yang tak pernah ada, apa yang ada tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah berhenti ada. Keduanya hanya bisa dimengerti oleh orang yang melihat kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati, juga setelah ada tak akan berhenti ada, tidak dilahirkan, kekal, abadi, selamanya, tidak mati dikala tubuh jasmani tiada.
Dalam zaman Brahmana , diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah  bagian yang tampak, dan kedua adalah bagian yang tak tampak. Bagian yang tampak terdiri dari lima unsur : rambut, kulit, daging, tulang dan sumsum. Bagian yang tidak nampak terdiri dari unsur-unsur penentu hidup, yaitu : nafas –prana atau atman-, akal –budi- , pemikiran – manas-, penglihatan –caksu-, dan pendengaran –srotra-.
Manusia mempunyai:
·         lima indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa;
·         lima alat bertindak, yaitu : tangan, alat melahirkan, alat pengeluaran, kaki dan lidah;
·         lima skandha, yaitu : rupa, wedana, sanna, sankhara, dan winnana.
Rupa merupakan kerangka anatomis, alat badani atau tubuh manusia; Wedana adalah perasaan yang badani maupun yang rohani, menyenangkan atau tidak; sanna pengamatan dari segala macam baik rohani maupun jasmani;  sankhara merupakan skanda yang sangat kompleks mampu menyusun khayalah; dan winnana adalah kesadaran. Kelima skandha ini  merupakan jiwa yang sebenarnya, baik bersama sama maupun sendiri-sendiri.
Atman diselubungi oleh lapisan-lapisan, yaitu  (1) annamana, lapisan tubuh sebagai selubung jasmani, (2) pranayama, lapisan selubung nafasi , (3)  manomaya, lapisan selubung akali, (4)  widnyanamaya, sebagai lapisan kesadaran, dan (5) anandamaya, sebagai lapisan dalam atman dalam keadaan bahagia sebagai intisari manusia.
Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan untuk memperbaiki karmanya, sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang sesusungguhnya yaitu moksa. Disini, pada hakekatnya, manusia dituntut untuk selalu memperbaiki dirinya sendiri. Sehingga secara mudah dapat dikatakan bahwa pilihan itu ada pada manusia itu sendiri. Mau menuju ke arah yang lebih baik, atau menuju ke arah yang lebih buruk.

Dalam konteks Psikologis hakekat manusia juga relevan bila dikaitkan dengan hakekat manusia menurut agama Hindu Dalam tinjauan psikologis, hakekat manusia adalah sebagai berikut :

1.      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Individu Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
1.      Individu yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
2.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. Long life development
3.      Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati,
6.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
7.      Individu yang sangat dipengaruhi dan mempengaruhin oleh dan kepada lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial

Bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan  dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dengan kepribadian yang baik manusia dapat menjalankan swadarmanya sebagai umat Hindu.
Dari tinjauan ini terlihat bahwa hakekat manusia dari versi agama Hindu, sejalan dengan tinjauan psikologis manusia, yang pada hakekatnya menuju yaitu minmal sama-sama menuju perbaikan dan memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya.
Tinjauan Biologi : Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu", Dikaitkan dengan Ia yang mempunyai pikiran, maka sangat erat konteksnya, bahwa manusia itu merupakan makhluk yang memiliki pikiran, serta mahluk yang memiliki pengetahuan atau tahu. 
Manusia merupakan  sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang paling sempurna karena dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dalam agama. Dalam agama Hindu telah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia terdiri dari badan kasar, jiwa dan atma.
 Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan dan dikelompokkan  berdasarkan bahasanya, komunitas organisasi mereka dalam masyarakat, perkembangan teknologinya, dan  kemampuannya untuk membentuk kelompok dalam memberi dukungan satu sama lainnya.
Dari persepsi agama, psikologis, biologi maupun antropologis terdapat persamaan pengertian tentang manusia. Coba saudara sintesakan definisi manusia ditinjau dari persepi-persepsi tersebut.
TAHAPAN DAN KEWAJIBAN MANUSIA
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya, laki dan perempuan. Juga adalah penggolongan  berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Dalam Agama Hindu dikenal dengan tahapan pembelajarannya dimasyarakat, yang dikenal dengan catur asrama: yaitu : brahmacari, grhasta, wanaprasta, dan biksuka.
Pada hakekaktnya manusia diciptakan tuhan untuk mencapai kebahagiaan, yang sudah tentu akan sangat dipenagruhi oleh amal ibadahnya sendiri karena manusia, merupakan makhluk ciptaan tuhan yang tiggi derajatnya yang diperkenankan untuk menentukan karmanya sendiri.
Dalam Bhagawad Gitta III.10, mengenai penciptaan manusia ini, walau masih samar-samar dijelaskan bahwa: Dahulu Kala Sang Hyang Widhi menciptakan manusia dengan jalan Yadnya, dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan atau khamaduk sesuai dengan keinginanmu.
Manusia merupakan salah satu titik sentral, dalam yadnya di dalam yadnya yang dilakukan umat manusia sebagai kewajibannya dalam memperbaiki taraf kehidupan dalam kehidupan ini. Yadnya tersebut adalah Manusa Yadnya. Diantara manusia yadnya yang kita lakukan sehari-hari adalah sebagai berikut : 
(1) Berbuat baik sesama manusia, 
(2) Menghormati sesaama manusia (tamu), 
(3) Memberikan dana punia dan 
(4) menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga.[1]
Keempat cara melakukan manusia yadnya tersebut, pada hakekatnya adalah melakukan pengorbanan secara tulus ikhlas kepada sesama manusia, dalam keluarga maupun kepada luar keluarga. Dalam yadnya ini sangat banyak etika yang perlu kita perhatikan. Pada kegiatan berbuat baik kepada sesama manusia, dapat kita terapkan etika-etika : trikaya parisuda; ahimsa, tat wam asi, dll.
Menghormati sesama manusia, dengan memberikan suguhan semampu kita kepada tamu, dalam aswameda parwa dikisahkan akan lebih bermakna dibandingkan dengan pesta besar yang dilakukan kerajaan –Pandawa-.
Tentang  Memberikan Dana Punia, dibahas dalam Bagawad Gita XVIII.20 : menyebutkan bahwa : Pemberian dana punia hendaknya dilakukan dengan tanpa menharapkan balasan, dan diberikan kepada orang yang patut menerimanya. Terkait dengan orang yang patut menerima dana punia ini disebutkan pada Sarasamuscaya sloka 187 : orang yang diberikan dana punia adalah orang yang miskin, sulit memperoleh makanan, dan berkelakuan baik.
Terkait dengan menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga, sudah merupakan tugas seorang manusia yang berkeluarga, dengan memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenjang kebutuhan Maslow. Hirarki Kebutuhan Manusia menurut Maslow: 
(1) Kebutuhan phisiologis, 
(2)  Kebutuhan Keamanan, 
(3) Kebutuhan Sosial, 
(4) Kebutuhan penghargaan, 
(5) Kebutuhan Aktualisasi Diri.   

Pemenuhan kebutuhan ini akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang mengikuti kemajuan kehidupan kita.  Kegiatan Dana Punia dan yadnya ini juga dilakukan dengan melaksanakan upacara-upacara yang terkait dengan tahapan umur manusia Hindu, sejak lahir sampai meninggal,
MARTABAT MANUSIA HINDU. 
Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu,  juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama. 
Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak terlepas dari kebutuhan arta ini.
Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu kondisi yang memotivasi manusia untuk rajin, giat dalam melaksanakan tugasnya. Pencarian atau pencapaian kama ini lebih banyak memerlukan artha, sehingga untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk mengumpulkan artha.
Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam mencari artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri. Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah Mokhsa, yaitu menyatunya atman dengan brahman saat orang itu meningggal dunia.
Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu :  (1) jalan prajapati, dan (2) jalan yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga, Karma marga, dan Bakti marga. Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu : yoga marga.  Keempat jalan ini sering juga kita kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1) Jnana Marga, (2) Karma Marga, (3) Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.
Dengan demikian sangat banyak jalan yang dapat ditempuh dalam menjalankan dharma menuju tujuan akhir dari umat Hindu. Terserah anda memu memilih jalan yang mana, karena tidak ada satupun jalan yang lebih baik dari lainnya, karena semua akan diterima sebagai amal ibdah kita sebagai umat beragama.
Dalam pandangan umum Yajna –tidak saja Manusa Yadnya-  sebagai filsafat dan landasan Upacara. Perlu dipahami, bahwa hakekat Yajna adalah pengorbanan secara tulus ikhlas. Yajna tidak hanya dalam bentuk upacara (ritual) tetapi lebih banyak berdimensi sosial seperti pendidikan, kemanusiaan dan pemeliharaan lingkungan. Ada beberapa jenis Yajna yang mesti dipahami oleh umat Hindu. Yajna sebagai pengorbanan suci merupakan kewajibansehari-hari.

Dikaitkan dengan azas kehidupan :Satyam, Sivam, Sundaram. Dimana Satyam atau kebenaran; Sivam atau kebajikan; dan  Sundaram atau keharmonisan / keseimbangan, yang tidak seimbang akan menimbulkan ketimpangan  ketimpangan dalam kehidupan. Kebajikan tanpa kebenaran  adalah sia-sia. Keharmonisan / keseimbangan  tanpa kebenaran, dan kebajikan adalah kondisi yang sangat  jauh dari ukuran moralitas kemanusiaan.
 
BEBERAPA PENGERTIAN YADNYA 
1.      Satapatha Brahmana (XI.5 .6.1) yang merupakan kitab Brahmana dan Rgveda Merumuskan sebagai berikut: Bhuta Yajna, yaitu persembahan rutin kepada para Bhuta. Manusa Yajna, pemberian nasi (makanan) untuk yang memerlukan. Pitra Yajna, yaitu persembahan kepada leluhur yang disebut svadha. Deva Yajna, persenthahan kepada para dewa yang disebut Vaha. Brahma Yajna, yaitu belajar kitab suci Veda.
2.      Manavadharmasastra III.70 yang merupakan kompedium hukum Hindu merumuskan sebagai berikut: Brahma Yajna, yaitu belajar dan mengajar dengan penuh keikhlasan. Pitra Yajna, yaitu menghaturkan Tarpana dan air suci kepada leluhur. Dewa Yajna, yaitu upacara menghaturkan api Homa (Agnihotra). Bhuta Yajna, menyelenggarakan Upacara Bali kepada para Bhuta. Nr (Nara) Yajna, yaitu menerima tamu dengan ramah-tamah.
3.      Manavadharmasastra III.74 merumuskan dalam istilah yang sangat berbeda sebagai berikut: Ahuta, yaitu mengucapkan doa-doa suci berupa mantra Veda. Huta, yaitu persembahan berupa Api Homa (Agnihotra). Prahuta, Upacara Bali dipersembahkan di atas tanah kepada para Bhuta. Brahmahuta, yaitu memberikan penghormatan kepada para Brahmana. Prasita, yaitu persembahan Tarpana kepada para leluhur.
4.      Manavadharmasastra III. 81 merumuskan yadnya sebagai berikut : Svadhyaya Yajna, yaitu mengabdi kepada guru suci, sembahyang kepada para Rsi dengan mempelajari mantra Veda. Deva Yajna, yaitu mempersembahkan biji-bijian yang dibakar (melalui Agnihotra).

Pitra Yajna, yaitu mempersembahkan upacara Sraddha kepada leluhur. Nr (Nara) Yajna, yaitu memberikan makanan kepada masyarakat. BhutaYajna, yaitu menghaturkan upacara Bali Karma (di Bali berubah menjadi Valikrama) kepada para Bhuta.
5.      Selanjutnya sumber-sumber berbahasa Jawa Kuno yang menguraikan rumusan tentang Panca Yajna antara lain: Korawasrama dan Agastyaparwa yang masing masing merumuskan sebagai berikut: Korawasrama: Dewa Yajna, yaitu persembahan sesajen dengan mengucapkan Sruti dan Stava pada waktu bulan purnama. Rsi Yajna, yaitu mempersembahkan punia, buah buahan dan makanan, serta barang-barang yang tidak mudah rusak (Daksina) kepada para Rsi. Bhuta Yajna, yaitu mempersembahkan puja dan caru. Manusa Yajna,yaitu memberikan makanan kepada masyarakat. Pitra Yajna. yaitu mempersembahkan puja dan bhakti kepada para leluhur.
6.      Agastyaparwa: Dewa Yajna, yaitu mempersembahkan minyak, biji-bijian kepada, Sivagni (dalam bentuk Agnihotra). Rsi Yajna, yaitu penghormatan kepada orang-orang bijaksana serta memiliki pengetahuan tentang hakekat penjelmaan sebagai makhluk hidup. Pitra Yajna, yaitu upacara kematian agar roh mencapai alam Siva. Bhuta Yajna, yaitu upacara menyejahterakan tumbuh-tumbuhan, bumi dan bulan. Persembahan berupa caru (Tawur) dan Pancavalikrama. Manusa Yajna, yaitu memberikan makanan kepada masyarakat.
Dan kutipan tersebut di atas, maka rumusan PancaYajna menurut Agastyaparwa kiranya yang sangat dekat dengan pelaksanaan upacara Panca Yajna di Bali (Indonesia) walaupun C. Hooykaas (1975 : 251) mengatakan, bahwa khusus untuk Manusa Yajna telah terjadi penafsiran yang berbeda, yakni upacara yang berhubungan kelahiran (rites depassages). Di India, upacara yang berhubungan dengan kelahiran manusia (sejak kehamilan) disebut Sarira Samskara (upacara penyucian diri manusia /Rajbah Pandey, 1991 ).
Beberapa fungsi Upacara Yajna:
Makna teologis, sebagai persembahan dan penggambaran keagungan-Nya; Makna edukatif (pendidikan), sebagai sarana perubahan perilaku. Makna sosiologis, sebagai wujud solidaritas (kebersamaan dalam kehidupan) dalam suka dan duka. Hakekat pelaksanaan upacara adalah perubahan perilaku. Pengorbanan diri, seperti halnya kutipan Bhagavadgita di atas yang sumbernya kitab suci Veda (Purusa Sukta/Rgveda X.90. 7-8). Memperoleh kebahagiaan yang sejati. Meningkatkan kesadaran untuk mengumpulkan Dana Sosial.
Yajna merupakan salah satu perwujudan dari 7 jenis pelaksanaan Dharma (kebajikan) menurut Wrhaspati Tattwa (26) berupa: Sila (etika), Yajna (pengorbanan), Tapa (pengendalian diri), Dana (pemberian / dana punya), Pravrijya (berkeliling memperluas wawasan pengetahuan), Diksa (penyucian diri/dvijati), dan Yoga (senantiasa menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa).
Implementasi Dharma dalam kehidupan umat Hindu dapat dilakukan dengan memilih salah satu, dua ataupun semua dari cara : tatwa, etika dan upacara.
Renungan :
1.      Pendefinisian manusia dari pandangan Hindu maupun dari biologi (Latin), apa ada kesamaannya;
2.    Antara Catur asrama dengan Catur Purusa Artha, maupun Hirarki kebutuhan Maslow ada hubungan, bagaimana menurut pendapat sudara.
3.      Renungkanlah bahwa Umat Hindu diperbolehkan mengejar Harta sebanyak-banyaknya.
4.  Coba saudara renungkan implementasi dharma yang saudara lakukan saat ini termasuk cara yang mana, tatwa, etika, atau upacara. Atau bahkan timpang satu sama lainnya. Bagaimana pendapat saudara terhadap pilihan yang sudah saudara lakukan.
Sumber Rujukan:
1.     Ida Bagus Suatama, dkk, Pendidikan Agama Hindu Di Perguruan Tinggi, Paramita, Surabaya, 2007.
2.     Tony Tedjo, Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu, Pionir Jaya, Bandung, 2011.
3.     Wayan Nurkancana, Pokok Pokok Ajaran Agama Hindu, Manikgeni, Denpasar, 1999.
4.   Titib, I Made, Sinkronisasi Tatwa, Susila, Upacara Dalam Pelaksanaan yadnya, Majalah RADITYA 143,  Juni 2009.


[1] Nurkancana Wayan, Pokok-Pokok Ajaran Agama Hindu, Manikgeni, Denpasar, 1999.

0 comments:

Posting Komentar