Rabu, 11 Januari 2012

WEDA

Sekilas Tentang Weda. 

Weda merupakan pustaka suci agama Hindu, disebut pustaka karena terdiri dari beberapa buku, yang ditulis sebagai transformasi wahyu yang didapat dari pendengaran ‘sruti’ ke dalam pusataka suci. Dalam bentuk lain pustaka suci ini disebut weda-weda, sehinga kitab suci agama hindu sering disebut dengan Weda (Veda).

Bentuk jamak dari Weda tersebut adalah :  Reg Weda, Yayur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda. Jadi Weda bukanlah satu buku namun merupakan kumpulan buku-buku sebagai bentuk transformasi wahyu dari pendengaran dalam bentuk tulisan atau pustaka. Saking banyaknya pustaka ini ada juga yang menggolongkannya menjadi : Samhita atau mantra ( Kitab kitab berisikan  nyanyian pujaan ); Brahmana (kitab-kitab untuk para pendeta); Aranyaka (Buku-buku hutan), dan Upanisad ( kitab-kitab filsafat esoterik).

Bagian akhir dari Upanisad disebut pula sebagai wedanta, weda anta atau weda terakhir yang dalam agama Hindu sering disebutkan sebagai wahyu yang laing ekselen, paling tinggi kualitasnya.Weda juga dikatakan sebagai simbul dari tradisi, basis terakhir dari kepercayaan dan praktik. Weda sebagai simbul tradisi dari iman dan takwa, keyakinan dan implementasinya.

Kalau Weda merupakan wahyu atau sruti, maka kerja dan tradisi dikumpulkan dalam smrti (semerti), yang merupakan tradisi karena merupakan sesuatu yang diingat. Dengan demikian smrti merupakan karangan sehingga penulisnyapun diketahui. Dia tumbuh dari ungkapan, untuk membantu ingtaan sehingga disebutlah sebagai serat, sutra atau benang, yang diartikan juga sebagai ungkapan untuk diingat oleh mereka yang mau mempelajarinya.

Smrti mempunyai dua arti : (1) dalam arti yang terbatas dia berarti buku-buku hukum, ekonomi, dan tingkah laku pribadi pemeluk agama hindu; (2) dalam art yang luas merupakan seluruh buku-buku keagamaan yang ditulis dan diketahu penulisnya,
Dengan demikian Sruti, merupakan kitab-kitab yang berisikan hal-hal yang berkaitan dengan dharma dan mokhsa, moralitas dan pembebasan. Wedannta membahas secara khusus hal yang berkaitan dengan moksa, sedangkan smrti menjelasakan masalah dharma terutama dalam pandangan sosial politik.

Kebenaran moral merupakan hal yang sifatnya abadi, namun implementasinya akan sangat dipengaruhi oleh zaman.  Ini menunjukkan bahwa agama atau dharma itu sifatnya sangat luwes, namaun kebenaran dharma itu tetap abadi. Sruti mengajarkan kita kebenaran abadi, smsrti memberikan peluang kita untuk mengimplementasikan agama atau dharma itu untuk selalu disesuaikan dengan zamannya. Ini terbukti dari delapan samskara atau sakramen smrti, hanya dua yang diikuti secara universal oleh umat Hindu sampai saat ini, yaitu sakramen perkawinan dan sakramen penguburan.

Bila sruti meletakkan hukum-hukum abadi dalam hurup-huruf besar, srruti mengerjakan cetakan halusnya, para maharsi dari waktu ke waktu bersama raja-raja besar memterjemahkannya dalam tingkah laku sehari-hari secara normatif melalui tindakan mereka sendiri, sehingga mereka dianggap sebagai inkarnasi Tuhan Yang Maha Esa. Sejarah suci mereka dalam mengejawantahkan ajaran dharma ini dikenak sebagai Itihasa. Dua Itihasa yang terkenal adalah Ramayana dan Mahabarata.
Ramayana terdiri dari sekitar 24 ribu sloka, yang mengisahkan perjalanan hidup Rama, sejak kelahiran, perjuangan cintnya dengan Dewi Sita yang dirampas Rahwana, melalui peperangan di pengasingan Rama mendapat kemenangan dan kembali bertakhta di Kerajaan Ayodyapura. Ramayana bahkan oleh beberapa kalangan penganut Hindu di India maupun di luar India, sebagai padanan material dan moral dari Kerajaan Tuhandi bumi.

Mahabarataterdiri dari sekitar 100 ribu sloka yang mengisahkan pergulatan dan perjuangan Kurawa dan Pandawa sebagai keturunan bharata demi sebuah takhta. Pergulatan ini dimenangkan pihak Pandawa dengan bantuan Kresna, sebagai reinkarnasi Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua kisah besar ini merupakan mata air informasi tentang agama Hindu, yang dikatakan bahwa “Apa yang ditemukan disini dapat ditemukan dimanapun, tapi apa yang tidak ditemukan disini tidak akan dapat ditemukan dimanapun”.  Narasi narasi yang ditemukan dalam kedua kisah ini satu dengan lainnya akan sangat berhubungan.

Kami yakin bahwa Saudara-saudara pernah menyimak kedua kisah epos Ramayana dan Mahabarata, disana secara garis besar diperkenalkan ajaran moral yang tinggi sebagai implementasi dari ajaran dharma, hanya saja ada sedikit perbedaan, kalau pada Ramayana diajarkan etika formal, hitam putih dimana kita diajarkan dilarang untuk berbohong, namun dalam Mahabarata, diajarkan ada permakluman, diajarkan bahwa berbohong itu diperbolehkan sepanjang dia memiliki tujuan yang lebih besar dan lebih mulia dari kebohongan itu. Keduanya menekankan pada masalah moralitas .

Bentuk populer ajaran Hindu disebut Purana. Yang menggabungkan aspek asketik dan aspek eroik, antara yang suci dan profan. Salah satu purana yangs angat terkenal dalah Bagawata Purana, yang mengisahkan kehidupan masa muda Krisna, yang tiba-tiba muncul pada Mahabarata sebagai orang dewasa. Feminisme dalam agama Hindu di ulas pada bagian dari Markandeya Purana, yaitu Dewi Mahatma sebagai keagungan seorang dewi.

Tantra, pustaka agama yang terkait dengan cara pemujaan, juga disebut sebagai pustaka agama. Pustaka agama dipandang sangat penting karena meletakkan aturan dalam pendirian bangunan keagamaan, lokasi pelinggih, penempatan patung dll nya. Perkembangan tempat sembahyang pada awalnya hanya difokuskan dengan mantara-mantra, kemudian di masukkan unsur citra, image sebagai sarana pemujaan. Jadi dalam Tantra di ajarkan sejarah pemujaan,

Pustaka Darsana merupakan aliran filsafat yang diterima dalam agama Hindu. Pustaka ini mengandung enam aliran filsafat, yaitu: Nyaya ( logis realistis); Vaiseka ( atomistik pluralisme); Sakhya ( ontologi dualisme); Yoga ( meditasi realisasi diri); Mimamza ( Vedik Ritualistik); dan Vedanta ( sifat yang didasarkan atas upanisad).

Semua filsafat ini kecuali Sankhya berdasarkan pada kitab-kitab yang berisi pernyataan yang bersifat dalil-dalil yang akan dikomentari para sarjana dan cerdik cendekia sepanjang sejarah, dari generasi ke generasi. Yang paling utama dalam aliran ini adalah Wedanta, tidak saja berdasarkan upanisad akan tetapi juga merupakan satu ringkasan dalil-dalil dari upanisad yang disebut sebagai Brahmasutra, yang dikenal dengan teks kedua yang utama. Keduanya bersama Bagawadgita secara kolektif disebut sebagai Prastanatraya, diterjemahkan sebagai tiga hukum, secara kiasan dinyatakan sebagai tiga titik acuan / referensi

0 comments:

Posting Komentar