Rabu, 04 Juni 2014

“ERUPSI GUNUNG SANGEANG API DIPICU GEMPA TEKTONIK?”

Oleh : I Putu Pudja

Debu Erupsi Gunung Sangeang Api
Letusang Gunung Sangeang Api, Sabtu 31 Mei 2014  menyita perhatian para pemerhati masalah kebencanaan, karena secara tiba-tiba terjadi erupsi. Erupsi yang terjadi bahkan sampai menggangu lalu lintas penerbangan, dengan ditupnya jalur penerbangan yang melintasi udara sekitar Gunung Sangeang Api serta dikeluarkannya Notam untuk dunia penerbangan dan ditutupnya beberapa bandara yang ada di NTB dan NTT, untuk beberapa hari sejak erupsi.

Letusan Sangeang-Api, yang merupakan sebuah Pulau Vulkanik di arah timur laut Bima, mengingat kan kami, menerawang ke waktu 32 tahun yang lalu, dimana kami ditugaskan untuk melakukan pengamatan gempamikro, dengan portable seismograp. Dengan fokus uta,a ingin mengetahui aktifitas yang terkait dengan kharakteristik gempa Sumbawa, yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Saya penulis mendapatkan bagian mengamati gempamikro dengan memasang seismograph di Wera, daerah yang berhadapan langsung dengan Sangeang Api, teman kami Muhammad Said, medapatkan bagian mengamati gempamikro di Sape, dan seorang lagi teman kami Sariman  mengamatinya dengan memasang seismograph di Lenangguar, daerah dekat daerah tambang Newmont.

Seismograph kami sesekali mencatat adanya aktivitas sesimik volkanik, karena patron cacatan gempanya mudah dibedakan dengan gempa tektonik. Hanya saja kami mengabaikannya karena fokus kami adalah gempa-gempa mikro yang berasal dari dan gempa susulan gempa Sumbawa, dengan pola rekaman persisi seperti pohon cemara, dengan tumbangnya. Beberapa masyarakat Wera menanyakan ke kami, apakah lagi mengamati Gunung Sangeang Api, tentu kami jawab tidak. Meraka lantas menceriterakan Pulau Sangeang, dimana Sangeang Api berada. Tentu saja dengan sejarah letusannya yang mereka tahu. Kamipun dengarkan dengan baik, hanya saja tidak kami singgung dalam laporan penelitian kami itu.

Cerita lebih dari tiga dekade itu, mengingatkan dan menyadarkan kami bahwa aktipitas tektonik dan vulkanik seperti di Indonesia, sejatinya tidak bisa dipisahkan jauh-jauh satu sama lainnya. Karena keduanya mempunyai muasal yang hampir sama, yang satu sebabai penyebab yang lain sebai akibat, atau dua duanya sebagai akibat dari aktivitas tektonik. Terlebih dengan aktivitas volkanik di daerah NTT, yang kelihatannya sangat aktip. Kita sering ikuti adanya kemunculan tiba-tiba sebuah gunung api di Flores Rokatenda, yang muncul dan mengaktip.

Posisi Nusa Tenggara, khususnya NTT karena Walau Sangeang Apitermasuk wilayah administrasi NTB, kelihatannya mempunyai kharakter yang malah dekat dengan volkanik di NTT terutama Flores.
Ditinjau dari segi tetonik, maka NTT merupakan pertemuan atra dua margin lempeng tektonik, yang bersifat oceanik, sehingga mempunyai garis beniof zone yang kelurusannya melengkung seperti sebuah busur. Yang taerjadi di NTT kelihatannya sejenis dengan pertemuan dua sisi margin yang bersifat oceanik. Walau kalau kita lihat secara global NTT ada di margin lempeng tektonik Eurasia-dan margin lempeng tektonik Australia.

Tektonik didaerah ini sangat unik. Disamping dengan daerah zona subdaksi yang kelurusannya melengkung, juga ada di beberapa sisi wilayahnya, di selatan, timur dan utara. Demikian juga tektonik di wilayah ini dilengkapi dengan Back Thrust Fault yang membentang di utara Sumbawa-Flores arah barat-tmur, serta adanya bebera sesar yang hampir tegak lurus zobe subduksi selatan NTT, seperti sesar Sawu.

Diantara produk tektonik tersebut rupanya mengaktivasi, atau mentrigger aktivitas Gunung Sangeang Api, sehingga terjadi erupsi 31 Mei 2014 lalu.  Produk tektonik itu berupa gemoa bumi tektonik. Data dari BMKG menunjukkan beberapa gempa mendahului erupsi Gunung Sangeang Api. Diantaranya adalah :

  1. Gempa  30-Mei-1407:56:20 WIB           8.57 LS - 119.48 BT 5.3 SR      179 Km    54 km BaratLaut MANGGARAIBRT-NTT;
  2. Gempa  27-Mei-14 18:59:14 WIB          8.13 LS - 122.18 BT 5.2 SR      223 Km    61 km BaratLaut SIKKA-NTT;
  3. Gempa  10-Mei-14 09:42:11 WIB          8.41 LS - 117.63 BT 5.7 SR      226 Km    39 km TimurLaut SUMBAWA-NTB;
  4. Gempa 25 Maret 19:32:53 WIB             9.59 LS - 117.96 BT 5.0 SR      10 Km      99 km Tenggara SUMBAWA-NTB;
  5. Gempa 09-Mar-14 18:49:09 WIB           11.48 LS - 118.84 BT               5.0 SR      10 Km      218 km BaratDaya SUMBABARAT- NTT;

Ke lima gempa tersebut posisinya tidak jauh dari posisi Gung Sangeang Api, sehingga goncangan gempa-gempa ini diduga telah mengocok ngocok. Material yang ada pada perut Gunung Sangeang Api menjadi lebih aktip karena tekanannya bertambah, serta mencari titik penglepasan pada kawah nya, berupa letusan.

Letusan berupa kepulan asapnya walau pekat, terlihat tidak terlalu tinggi hembusannya, yang menandakan bahwa tekanan yang menghembuskannya tidak terlalu, kuat.  Sehingga sangat mungkin hanya merupakan gangguan pada dapur magma atau dapur gas Gunung Sangeang Api yang sejatinya belum mencapai ‘peak’ nya dan siap disemburkan sebagai letusan.
      
Sifat ini tentu yang kita harapkan secara fisis sehingga letusan Gunung Sangeang Api ini tidak sampai berkembang menjadi letusan yang membahayakan. Ini dibenarkan oleh keterangan Sutopo BNPB yang menginformasikan bahwa tidak ada korban akibat letusan Gunung Sangeang Api.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak aktipitas volkanik yang terjadi belakangan ini dipicu oleh aktipitas gempabumi tektonik. Data ini diharapkan akan semakin melengkapi data sejenis yang terkait dengan Letusan Gunung :Sunabung, Marapi, Talang, Slamet, Merapi, Kelud yang telah terjadi sebelumnya.

Pondok Betung, 5 Juni 2014. 

0 comments:

Posting Komentar