“SEISMISITAS SEGMEN SELATAN JATIM-BALI-NTT MENINGKAT
AKTIPITASNYA”
Oleh : I Putu Pudja
Minggu,
9 Maret 2014 merasakan tiga kali getaran gempabumi dalam waktu kurang dari tiga
belas jam, masyarakat pesisir Kuta yang merupakan pantai tersibuk di Bali
merasakannya dengan getaran sekitar II MMI untuk gempa-gempa tersebut. Hasil
analisis BMKG menunjukkan bahwa ketiga gempabumi tersebut memang mempunyai epicenter relatip
dekat dengan pantai Kuta. Gempabumi tersebut yaitu:
1. Tanggal
9 Mater 2014, pk 07 50 01 WIB 9.41 LS
-115.04BT kedalaman 30 km kekuatan 4,4 SR dirasakan II MMI di Kuta Bali. Pusat
gempabumi sekitar 78 km tenggara Kuta Bali.
2. Tanggal
9 Maret 2014 18 49 08 WIB 11.48 LS – 118.84 BT kedalaman 10 km kekuatan 5.0 SR
. Pusat gempabumi sekitar 218 km Barat Daya Sumba Barat, dirasakan II – III di
Sumba Barat, di pantai Kuta dirasakan II MMI
3. Tanggal
9 Maret 2014 pk. 20 42 16 WIB 9.20 LS – 112.98 BT kedalaman 10 km kekuatan 5.4
SR . Pusat Gempabumi sekitar 115 km
Tenggara Malang, dirasakan di Malang II-III MMI, Sidoharjo, Yogyakarta II MMI,
pantai Kuta II MMI
Ketiga
gempa tersebut menunjukkan bahwa segmen zona subdaksi antara Jawa Timur – NTT
measih merupakan segmen seismic aktip, yang dalam duapuluh tahun terakhir belum
terjadi gempabumi besar. Terakhir yang cukup besar terjadi adalah saat terjadi
gempabumi dan tsunami di pantaiselatan Jember dan Banyuwangi 1994.
Karena
demikian dekatnya waktu kejadian gempabumi satu dengan lainnya, sangat mungkin
telah terjadi triggering, gangguan kesetimbangan energi di segmen tersebut,
yang sudah lama ‘tidur’ mengumpulkan nergi. Akan tetapi bila ditarik ke
kejadian yang lebih jauh maka kita temukan kejadian volkanik yang berdekatan
secara temporal terhadap kejadian ini yaitu leutusan Gunung Kelud, beberapa
minggu lewat, sehingga pertanyaan melebar menjadi “apakah letusan Gunung Kelud juga memicu aktipitas zona subdaksi
disekitarnya?”
Bila
memperhatikan kekuatan gempabumi yang terjadi hanya antara 4,4 – 5,4 SR, maka
dapat dikatakan bahwa gempabumi yang kecil demikian sudah mengguncangkan daerah
daerah yang sangat luas, menunjukkan bahwa sudah terjadi kelemahan struktur
sampai tinggkat permukaan, sehingga gangguan getaran dirasakan sampau daerah
yang sangat jauh, untuk gempabumi selatan Malang. Menurut sejarah kegempaan dan
sifat gelombang seismic jarang gempa dangkal (kedalaman 10 km) dirasakan sampai
begitu jauh Sidoarjo, dan Yogyakarta.
Demikian
pula untuk gempabumi tenggara Kuta, dengan kekuatan hanya 4,4 SR dengan jarak
sekitar 78 kilometer dari daerah Kuta, Bali ternyata getarannya dirasakan di
Kuta II Skala MMI. Padahal juga merupakan gempabumi dangkal hanya dengan
kedalaman 30 km.
Untuk
gemoabumi Sumba, masih masuk akal dengan kekuatan 5,0 SR goncangannya dirasakan
II MMI di daerah Sumba Barat dan Pantai Kuta, walau episesenternya relatip
jauh.
Dari
ketiga gempa tersebut dapat diduga bahwa ketiganya berada pada lempeng Erasia,
yang melandasai Pulau Sumba-Bali dan Jawa. Khusus untuk gempabumi Kuta dan
Malang kelihatannya gempa tersebut terjadi pada plat tektonik kontinen Eurasia,
sebagai patahan yang terjadi akibat kuatnya desakan dari lempeng tektonik
Oseanik Indo-Australia.
Secara
kesetimbangan energy, pelepasan secara nyicil demikian dari sebuah segmen
menguntungkan, karena penumpukan energy yang terjadi di daerah tersebut terbagi
secara temporal, dan tidak dilepas sekaligus, sehingga tidak terjadi gempa yang
cukup besar. Namun kalau kita melihat statistic kegempaan di daerah tersebut
rupanya sudah cukup lama ‘senyap’ (gap seismic), sehingga patut dipertanyakan
apakah ketiga gempa itu hanyalah merupakan fore shock, atau merupakang single
event. Nah hanya waktu yang bisa menjawabnya, sambil kita cermati data
gempabumi yang berasal dari daerah tersebut.
Penulis
: seismolog, sekarang dosen pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar