Dominan di Jawa Timur
Selatan
WASPADA LONGSORAN GRAVITAS
Masyarakat Desa
Kedungbanteng, Kecamatan Sumbermanjing, Malang, Jawa Timur, Kamis dini hari 13
Juni 1985 yang lalu dikejutkan oleh tanah longsor yang menimbun 7 orang rekan
mereka hingga meninggal. Peristiwanya terjadi setelah turun hujan angin yang
disertai kilat beberapa jam sebelumnya.
Bencana alam
ini, merupakan bencana alam serupa yang kedua, yang menelan korban pada periode
5 (lima) tahun
terakhir di samping peristiwa serupa yang lain. Bencana tanah longsor Gunung
Willis, 8 Desember 1981 dengan 41 orang meninggal dan 19 orang lagi dinyatakan
hilang tertimbun longsoran.
Tanah longsor
lain yang terjadi pada bagian Selatan Jawa-Timur, tercatat longsoran lereng
Gunung Semeru yang berhadapan dengan daerah Lumajang dan tanah longsor di
Blitar tahun lalu. Keduanya terjadi pada saat turun hujan sehingga lebih
dikenal sebagai banjir bandang.
Daerah yang Longsor
Bila kita
tinjau, lokasi bencana alam serta waktu kejadian maka dapat dikatakan bahwa
hampir seluruh bencana alam tanah longsor yang terjadi di Indonesia, daerah
longsor adalah daerah lereng yang menimbun perkampungan di hadapannya, serta
kejadiannya pada musim hujan atau setelah turun hujan.
Hal ini sangat
mudah difahami, karena daerah lereng, khususnya untuk lereng-lereng di belahan
Selatan Jawa Timur yang memiliki struktur geologi yang hampir sama.
Lereng-lereng dari relief kulit Bumi di daerah ini pada permukaannya, merupakan
lapisan tipis (sekitar 1 – 2 meter) dengan materi tanah merah bercampur batu
koral dan batu kapur. Sedang lapisan di bawahnya merupakan lapisan beku (batuan
beku) jenis vulkanis yang menandai hampir sebagian besar daerah pegunungan di Indonesia.
Karena ganasnya
cuaca daerah tropis menyebabkan kulit teratas (top soil) dari batuan di daerah
ini mudah lapuk dan terkelupas pada beberapa tempat sehingga lapisan di
bawahnya kelihatan, sehingga memudahkan aliran air hujan pada bidang antar
lapisan pertama dan kedua ini. Ini bisa berakibat fatal karena sifat lapisan
kedua yang rata-rata sulit diterobos air sedang lapisan pertama poros dan
menghisap air.
Sifat poros
(sarang) lapisan teratas mengakibatkan pada musim hujan air akan bersarang pada
lapisan pertama, sehingga berat lapisan ini bertambah berat dari beratnya
semula. Sedang aliran air hujan pada bidang antara lapisan kedua dan pertama
akan lebih cepat mengikis lapisan pertama bila dibandingkan dengan lapisan
kedua sehingga sedimentasi antar lapisan tersebut akan berkurang yang akan
mempercepat terjadinya “sliding”.
Tanaman Tak Membantu
Bila
memperhatikan laporan Satkorlak PBA bahwa daerah bencana merupakan lereng
dengan kemiringan 45% s.d. 80% dengan tanaman yang cukup lebat dengan
pohon-pohon kopi, kelapa, cengkeh dan lain-lain. Sehingga fungsi gesekan atau
friksi antar lapisan tidak berperan dalam sliding.
Dalam kasus
seperti ini faktor tanam-tanaman itu tidak membantu pada penyelamatan
longsoran, mengingat massa
pepohonan besar seperti yang disebutkan diatas akan menambah beban tanah
permukaan yang merupakan faktor awal dari longsoran.
Lebih-lebih
lagi akar dari pepohonan ini akan susah menembus lapisan beku pada lapisan
kedua, sehingga yang sangat berperan dalam longsoran ini adalah gaya gravitasi, dan
longsoran yang terjadi dalam kasus-kasus ini dikenal sebagai longsoran gravitas.
Memperhatikan
hasil penelitian pergeseran tanah di pulau Jawa yang dilakukan Direktorat
Geologi Tata Lingkungan, daerah Sumbermanjing, Tirtomoyo dan sekitarnya
merupakan daerah rawan tanah longsor dan pergeseran tanah yang perlu
diwaspadai, lebih-lebih selama musim penghujan mengingat faktor-faktor yang
kurang menguntungkan diatas.
Hal ini tidak
berbeda dengan data-data yang ada di BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika),
yang menunjukkan bahwa sebagian besar daerah Malang memiliki percepatan tanah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur sehingga dalam pergerakan
tanah hal ini lebih mempercepat proses.
Dari uraian di
atas dapat dikatakan bahwa longsoran-longsoran tanah yang terjadi di bagian
Selatan Jawa Timur, khususnya yang baru terjadi di Kedungbanteng, Malang merupakan jenis
longsoran gravitas, yang patut di waspadai dan mendapat perhatian yang lebih
serius oleh masyarakat setempat, terutama pada musim hujan dan sehabis hujan.
Dimuat di harian Sinar Harapan hari Kamis tanggal 27 Juni
1985
0 comments:
Posting Komentar