ANCAMAN BANJIR
JAKARTA TIDAK HANYA DARI SELATAN”
Oleh : I Putu Pudja
Banjir kembali melumpuhkan
Jakarta sejak 9 Pebruari 2015 lalu, padahal sinyal banjir dari Bendung
Katulampa yang biasa memberikan warning Jakartna terdengar aman-aman saja.
Bahkan masih level rendah hanya pada waspada 4. Hujan memang jatuh sejak
dinihari secara berkepanjangan walau tidak kederasannya bervariasi. Intensitas
hujan yang cukup tinggi telah melumpuhkan sebagian besar Jakarta Barat, Jakarta
Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan sebagian Jakarta Selatan.
Masyarakatpun bertambah heran
dengan banjir kali ini, dengan penyebaran dan mulainya, tidak seperti sedia
kalau yang umumnya dimulai dari DAS Sungai Ciliwung, akan tetapi datangnya
serentak. Ambil contoh banjir di sekitaran Istana Negara , Jl Merdeka Utara,
Bunderan Air Mancur, Gajah mada, Kelapa gading sampai Pluit datangnya
bersamaan. Tentu ada yang berbeda dengan banjir kali ini.
Untuk mencari jawabnya penulis
mencoba melihat dari profil curah hujan saat hari pertama hujan yang
mengakibatkan bajir tersebut, yang memang kelihatannya memang merupakan hujan
yang berbeda dengan pola hujan banjir pada tahun-tahun sebelumnya.
DATA CURAN HUJAN
Data hujan diambil dari basis
data tempat terminology data hujan yang diamati, dikumpulkan dan disimpan di
BMKG, dari seluruh pos pengamatan hujan seluruh Indonesia. Data hujan pada
tanggal 9 Pebruari 2015 saat banjir iru terjadi diamati di : Kemayoran 277,5
mm, Halim PK 124,5 mm, Cengkareng 128 mm, Tangerang 121,5 mm, Pondok Betung
Ciledug, 117 mm; Ciputat – BMKG Wil II- 96,3 mm; Deramaga Bogor 88,6 mm; Citeko
38,6 mm dan Serang; 31,2 mm.
Dari data curah hujan terlihat
bahwa hujan terkonsentrasi di daerah Jakarta, Curah hujan tertinggi daerah
pantura Jakarta, hampir sampai Jakarta Pusat – Kemayoran- curah hujannya melampaui 270 mm sehari. Seterusnya hampir merata sampai tepian Jakarta Barat dan
Jakarta Selatan yaitu daerah Pondok
Betung, Bintaro Tangerang selatan. Daerah tengah ini memiliki curah hujan
diaatas 100 mm tapi masih di bawah 150 mm dalam sehari. Demikian pula dengan
daerah di barat terlihat curah hujan di daerah serang masih rendah
Dari kurva profil curah hujan
terlihat jelas memang semakin ke selatan curah hujannya semakin rendah,
sehingga pantas saja warning dari Bendung Katulampa untuk daerah aliran
Ciliwung masih dalam tingkatan rendah.
Dan di utara curah hujan demikain tinggi sehingga volume air yang
terakumulasi di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara seperti Pluit, Kelapa
gading, Cempaka Putih, Gunung Sahari, Thamrin dan Jl Merdeka Utara.
Secara alran air –fluida-
terlihat bahwa air akan kesulitan mengalir ke laut – kerah utara- karena curah
hujan lebih tinggi di utara, sehingga akan terjadi akumulasi massa air pada
daerah-daerah yang rendah. Luasan dan perluasan daerah banjir dari sebelumnya
diduga akibat dua factor, yaitu curah hujan yang tinggi di daerah tangkapan
banjir, dan laju penurunan tanah di daerah banjir tersebut.
ANCAMAN HUJAN DI BELAHAN UTARA
Banjir 9 Pebruari 2015 karena
curah hujan yang profilnya disebutkan di atas, merupakan tipikal lain dari
curah hujan yang biasanya menggenangi Jakarta, yaitu banjir dengan curah hujan
yang semakin tinggi semakin kea rah selatan, yang sering disebutkan sebagai
banjir kiriman. Ini membuktikan bahwa ancaman banjir Jakarta, tidak hanya
datang dari hujan di daerah selatan, Depok, Bogor, sampai Puncak.. Namun hujan
lebat di pantura Jakarta juga berpotensi banjir yang lebih parah karena
infrastruktur vital ada di daerah ini, termasuk dimana Istana Presiden
terletak.
Sifat banjir yang berasal dari
curah hujan tinggi di wilayah atas atau selatan, akan memberikan warning untuk
daerah terpotensi banjir, karena dapat dibaca dari patokan yang dijadikan batas
level warning di berbagai bending dari Katulampa dan bending lain di bawahnya, sehingga
masyarakat ada jeda waktu untuk mempersiapkan diri. Ada waktu tempuh massa air
sampai daerah potensi banjir.
Sifat banjir yang berasal dari
hujan tinggi di wilayah utara – pantura Jakarta- sangat berbeda. Dia akan
segera datang bersamaan dengan jatuhnya curah hujan, sehingga sulit memprediksi
kedatangan banjir ini. Banjir di utara ini kelihatannya akan lebih sulit turun,
karena massa air yang semakin banyak semakin keutara seakan membendung aliran
air ke laut Jawa. Bahkan akan terjadi pantulan mempercepat banjir daerah yang
bersisian yang lebih selatan.
Dari
dua proses banjir di atas, kelihatan bahwa Jakarta tidak saja terancam dari
hujan yang deras terjadi di selatan atau di atas, yang kemudian mengalir ke
utara melintasi Jakarta, namun juga curah hujan yang tinggi di daerag pantura
Jakarta. Untuk yang pertama warning dapat didapat dari ketinggian bendung di
sungai yang mengalirkan air ke wilayah Jakarta seperti Katulampa.
Untuk
banjir akibat curah hujan tinggi di pantura Jakarta menuntut akurasi prakiraan
curah hujan, di daerah tersebut. Ini dapat dilihat dari pantauan radar cuaca
yang mengcover wilayah ini. Ini merupakan tantangan bagi BMKG untuk memberikan
informasi terkini citra radar cuaca, berupa potensi hujan yang akan jatuh di
daerah ini. Informasi ini dapat di update diberbikan dari beberapa jam sebelum
hujan.
Penulis : Lektor Kepala di
Sekolah Tinggi Meteorologi, Kliamtologi dan Geofisika, Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar