“BENCANA HIDRO METEOROLOGI ANCAM BALI-NTB?”
Oleh : I Putu Pudja
Banjir Bali - Sumber Gambar : http://media.viva.co.id/thumbs2/2009/01/13/63011_banjir_di_kuta_663_382.JPG |
Untuk Sumatera dan Jawa, sejak
Oktober 2013 lalu, musim hujan telah hadir. Bencana hidro meteorologipun ramai
mengiringi musim hujan, padahal masih di awal musim, bagaimana di puncaknya
nanti, bisa-bisa bencana ini dapat melumpuhkan transportasi darat dan
mengisolir banyak daerah dengan daerah lainnya. Terus untuk daerah Bali dan NTB
kelihatannya, sesuai dengan prakiraan BMKG, yang mengatakan bahwa musim hujan
mulai dari wilayah barat laut wilayah Indonesia menuju wilayah tenggara, hujan
mulai datang, walau masih ‘malu-malu’ di pertengahan Nopember 2013 ini.
Apakah mungkin bencana
hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor dapat melanda daerah Bali dan
NTB selama musim hujan ini? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita lihat sejenak
beberapa faktor yang mungkin dapat memicu kondisi kearah bencana tersebut.
Daerah Bali dan NTB, pada tahun
tahun terakhir ini sangat sering merasakan goncangan gempabumi, dari yang hanya
dirasakan getarannya, sampai yang mendatangkan kerusakan. Gempabumi terakhir
yang mengungcang darrah ini diantaranya : untuk Denpasar (Bali selatan) adalah
gempa bumi yang terjadi 28 Agustus 2013 dan 15 Oktober 2013 dengan kekuatan
lebih dari 5,0 Skala Richter; Gempabumi Lombok Barat-Tengah dengan kerusakan
yang cukup parah, 22 Juni 2013; Gempabumi Dompu-Bima, 15 September 2013. Hampir
secara berkala daerah-daerah Bali, Lombok dan Sumbawa merasakan goncangan
gempabumi yang berpusat di daerah subdaksi diselatan kepulauan ini, yang
sejajar dengan garis pantainya. Intensitasnyapun beragam mulai II – IV Skala
MMI.
Seringnya terjadi goncangan pada
tanah Bali, dan NTB ini diduga telah menurunkan kualitas rekat antar lapisan
tanah yang membentuk tanah di daerah ini, terutama pada daerah pegunungan dan
berkontur rapat, dan menjadikannya sangat rawan longsor apabila terjadi massa
air yang membebani, terserap atau mngelir antar lapisan ini. Demikian pula pada
daerah pengembangan baru, yang kelihatannya di daerah ini tidak memperhatikan
kondisi lahan. Banyak daerah miring dikembangkan. Tengok saja daerah pemukiman
baru yang dikembangkan di tepian kota Tabanan, Badung< Gianyar dan
daerah-daerah perkotaan lainnya. Daerah di kembangan di kemiringan inipun rawan
dengan bencana longsor.
Di lain pihak bila kita kaitkan
dengan musim hujan, yang telah dirasakan sangat mundur dari kondisi normalnya
di daerah ini, terutama daerah Bali, sesuai dengan kharakteristik perubahan
iklim maka diduga intensitas curah hujan pasa musim ini di Bali dan NTB akan
sangat tinggi, dengan rentang musim hujan yang pendek.
Konsisi ini akan menghentak,
memberikan momentum kepada lapisan tanah yang telah mengalami degradasi dalam
kekuatan karena goncangan gempabumi, menjadi akan sangat mudah bergerak menjadi
bencana tahah longsor. Hal itu terjadi karena mekanisme pergerakan tanah akan terpicu.
Massa air hujan akan menambah beban massa lapisan tanah permukaan, dan aliran
air antar permukaan karena porositas tinggi akan mentriger mudahnya pergerakan.
Daya serap tanah menjadi
bertambah, karena musim kemarau tahun 2013 ini sangat menyengat, suhu udara
tinggi dan kelembaban rendah, sehingga porositas tanah meningkat. Itu akan
menjadikan daya serap tanah bertambah tinggi dan bertambah cepat. Peningaktan
gaya gravitasi karena kemasukan air akan memperbesar gaya tarik lapiran tanah
yang ada di kemiringan, atau dengan lapisan merupakan bidang mirin.
Rangkaian peristiwa alam yang
terkait dengan: (1) perubahan iklim, seperti memanjangnya musim kemarau yang
menyebabkan peningkatan suhu dan menurunkan kelembaban menjadikan porositas
bertambah, menjadikan terjadi pelapukan pada lapisan tanah. Demikian pula pada
musim hujan iduga akan curah hujannya meninggi, dengan rentang musimnya
memendek; (2) dampak goncangan gempabumi pada lapisan tanah. Kekerapan
terjadinya secara pelan tapi pasti akan menjadikan kualitas struktur menurun,
sehingga sementasi antar lapisan menurun; (3) degradasi lahan karena
pembangunan yang tidak mengindahkan kualaitas lahan.
Ketiga peristiwa ini merupakan
kolaborasi peristiwa alam yang dapat memperparah dan menambah bencana alam
terkait hidrometeorologi yang mungkin menyerang wilayah Nali-NTB, pada musim
hujan 2013/2014 ini.
Mumpung masih di ujung awal musim
hujan, mengantisipasi bencana yang sangat mungkin mengancam wilayah Bali-NTB
ini, kiranya semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan bencana
alam ini, terutama masyarakat yang hidup di daerah potensi bencana perlu
memahami daerah tempat tinggal atau tempat aktivitasnya, perlu mangetahui dan
melakukan tindakan antisipatif untuk menghindari terjadi korban jiwa, maupun
menekan kerugian harta benda yang mungkin diakibatkannya. Lebih baik sedia paying sebelum hujan kata pepatah.
Penulis : aktif di BMKG, Lektor
Kepada Pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
Catatan : Tulisan ini telah
dimuat di Bali Post, 16 Nopember 2013
0 comments:
Posting Komentar