Jumat, 15 November 2013

“BENCANA HIDRO METEOROLOGI ANCAM BALI-NTB?”

“BENCANA HIDRO METEOROLOGI ANCAM BALI-NTB?”

Oleh : I Putu Pudja

Banjir Bali - Sumber Gambar : http://media.viva.co.id/thumbs2/2009/01/13/63011_banjir_di_kuta_663_382.JPG


Untuk Sumatera dan Jawa, sejak Oktober 2013 lalu, musim hujan telah hadir. Bencana hidro meteorologipun ramai mengiringi musim hujan, padahal masih di awal musim, bagaimana di puncaknya nanti, bisa-bisa bencana ini dapat melumpuhkan transportasi darat dan mengisolir banyak daerah dengan daerah lainnya. Terus untuk daerah Bali dan NTB kelihatannya, sesuai dengan prakiraan BMKG, yang mengatakan bahwa musim hujan mulai dari wilayah barat laut wilayah Indonesia menuju wilayah tenggara, hujan mulai datang, walau masih ‘malu-malu’ di pertengahan Nopember 2013 ini.

Apakah mungkin bencana hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor dapat melanda daerah Bali dan NTB selama musim hujan ini? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita lihat sejenak beberapa faktor yang mungkin dapat memicu kondisi kearah bencana tersebut.

Daerah Bali dan NTB, pada tahun tahun terakhir ini sangat sering merasakan goncangan gempabumi, dari yang hanya dirasakan getarannya, sampai yang mendatangkan kerusakan. Gempabumi terakhir yang mengungcang darrah ini diantaranya : untuk Denpasar (Bali selatan) adalah gempa bumi yang terjadi 28 Agustus 2013 dan 15 Oktober 2013 dengan kekuatan lebih dari 5,0 Skala Richter; Gempabumi Lombok Barat-Tengah dengan kerusakan yang cukup parah, 22 Juni 2013; Gempabumi Dompu-Bima, 15 September 2013. Hampir secara berkala daerah-daerah Bali, Lombok dan Sumbawa merasakan goncangan gempabumi yang berpusat di daerah subdaksi diselatan kepulauan ini, yang sejajar dengan garis pantainya. Intensitasnyapun beragam mulai II – IV Skala MMI.

Seringnya terjadi goncangan pada tanah Bali, dan NTB ini diduga telah menurunkan kualitas rekat antar lapisan tanah yang membentuk tanah di daerah ini, terutama pada daerah pegunungan dan berkontur rapat, dan menjadikannya sangat rawan longsor apabila terjadi massa air yang membebani, terserap atau mngelir antar lapisan ini. Demikian pula pada daerah pengembangan baru, yang kelihatannya di daerah ini tidak memperhatikan kondisi lahan. Banyak daerah miring dikembangkan. Tengok saja daerah pemukiman baru yang dikembangkan di tepian kota Tabanan, Badung< Gianyar dan daerah-daerah perkotaan lainnya. Daerah di kembangan di kemiringan inipun rawan dengan bencana longsor.

Di lain pihak bila kita kaitkan dengan musim hujan, yang telah dirasakan sangat mundur dari kondisi normalnya di daerah ini, terutama daerah Bali, sesuai dengan kharakteristik perubahan iklim maka diduga intensitas curah hujan pasa musim ini di Bali dan NTB akan sangat tinggi, dengan rentang musim hujan yang pendek.

Konsisi ini akan menghentak, memberikan momentum kepada lapisan tanah yang telah mengalami degradasi dalam kekuatan karena goncangan gempabumi, menjadi akan sangat mudah bergerak menjadi bencana tahah longsor. Hal itu terjadi karena mekanisme pergerakan tanah akan terpicu. Massa air hujan akan menambah beban massa lapisan tanah permukaan, dan aliran air antar permukaan karena porositas tinggi akan mentriger mudahnya pergerakan.

Daya serap tanah menjadi bertambah, karena musim kemarau tahun 2013 ini sangat menyengat, suhu udara tinggi dan kelembaban rendah, sehingga porositas tanah meningkat. Itu akan menjadikan daya serap tanah bertambah tinggi dan bertambah cepat. Peningaktan gaya gravitasi karena kemasukan air akan memperbesar gaya tarik lapiran tanah yang ada di kemiringan, atau dengan lapisan merupakan bidang mirin.

Rangkaian peristiwa alam yang terkait dengan: (1) perubahan iklim, seperti memanjangnya musim kemarau yang menyebabkan peningkatan suhu dan menurunkan kelembaban menjadikan porositas bertambah, menjadikan terjadi pelapukan pada lapisan tanah. Demikian pula pada musim hujan iduga akan curah hujannya meninggi, dengan rentang musimnya memendek; (2) dampak goncangan gempabumi pada lapisan tanah. Kekerapan terjadinya secara pelan tapi pasti akan menjadikan kualitas struktur menurun, sehingga sementasi antar lapisan menurun; (3) degradasi lahan karena pembangunan yang tidak mengindahkan kualaitas lahan.

Ketiga peristiwa ini merupakan kolaborasi peristiwa alam yang dapat memperparah dan menambah bencana alam terkait hidrometeorologi yang mungkin menyerang wilayah Nali-NTB, pada musim hujan 2013/2014 ini.

Mumpung masih di ujung awal musim hujan, mengantisipasi bencana yang sangat mungkin mengancam wilayah Bali-NTB ini, kiranya semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan bencana alam ini, terutama masyarakat yang hidup di daerah potensi bencana perlu memahami daerah tempat tinggal atau tempat aktivitasnya, perlu mangetahui dan melakukan tindakan antisipatif untuk menghindari terjadi korban jiwa, maupun menekan kerugian harta benda yang mungkin diakibatkannya. Lebih baik sedia paying sebelum hujan kata pepatah.

Penulis : aktif di BMKG, Lektor Kepada Pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.



Catatan : Tulisan ini telah dimuat di Bali Post, 16 Nopember 2013




0 comments:

Posting Komentar