“LETUSAN GUNUNG KELUD DAN TITIK LEMAH DI JAWA TIMUR”
Oleh : I Putu Pudja
Gunung Kelud (1732 m) , 13
Pebruari 2014 malam meletus kembali. Menambah panjang frekuensi letusan Gunung
kelud yang meletus tahun 1901 dengan abu yang menutupi hapir seluruh Jawa dan
Bali.
Letusan kali ini kelihatannya juga tidak jauh berbeda intensitasnya
dengan letusan saat itu, dimana hujan abu dilaporkan dialami kota-kota Blitar,
Malang, Kediri, kebarat hingga Jogyakarta dan Bandiung, ke utara sampai
Surabaya dan Madur. Demikian pula gemuruh perut Gunung Kelud terdengar sampai
Pantai Kuta, pada saat erupsi tengah malam kemaren.
Dampak dari sebaran debunya yang
menyebabkan transportasi terganggu, tidaj saja transportasi darat, tetapi
hingga transportasi udara. Menjadikan lima bandaara di Jawa ditutup dengan
memberikan ‘notam’ kepada dunia penerbangan. Bandara tersebut adalah : Abdul
Rahman Saleh Malang, Juanda Surabaya, Akhmad yani Semarang, Adi Sumarno Solo,
dan Adi Sucipto Jogyakarta.
Ke lima bandara tersebut
disamping landasannya tertutup debu volkanik, hujan abu juga memperpendek visibility,
sehingga langkah penutupan dirasakan paling aman untuk mengantisipasi
kecelakaan yang mungkin diakibatkan oleh debu gunung Kelud, baik karena
mengurangi jarak pandang, juga untuk mengantisipasi gangguang mesin pesawat
ketika sedang terbang.
BANYAK TITIK LEMAH
Letusan Gung Kelud, sebagai
eksistensi banyaknya titik lemah kulitbumi di Jawa Timur yang kaya akan
rekahan, sehingga banyak kita jumpai api yang keluar dari bumi karena adanya
gas metana, seperti di daerah pantura Jatim sampai Madura; banyaknya semburan
lumpr volkanik seperti di Sidoarjo (Lapindo), Cepu, Blora sampai Bojonegoro,
serta aktipitas volkanik selain Gunung kelud, sering kita lihat semburan asap
aktipitas Bromo, Raung maupun Gunung Semeru.
Titik titik ini merupakan titik
lemah untuk melepas energy yang tersimpan di perut bumi jawa Timur, sehingga
menjadikan daerahnya sangat aktip secara volkanik, juga dampak pada tanagh
pertanian menjadikan tanah ini subur, kaya akan belerang dan mineral lainnya
yang diperlukan oleh tanaman. Hanya saja saat kejadian menjadikan masyarakatnya
menderita. Kita ambil saja contoh Lumpur Sidoarjo, berapa keluarga kehilangan
tempat tinggal, berapa desa terendam lumpur, demikian juga saat letusan Gunung
kelud kali ini berapa kepala keluarga yang bermukim di lereng Gunung Kelud yang
harus mengungsi, dan berapa luas wilayah yang terkena dampak, serta secara
ekonomis telah menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Jadi dari titik-titik lemah yang
banyak terdapat di jawa Timur ini akan membawa dampak kerugian dalam waktu
pendek, namun dalam jangka waktu panjang akan membawa dampak menguntungkan
secara agraris di daerah ini, karena tambahan unsure hara pada tanah yang
dibawa abu volkanik. Demikian pula diduga secara tektonik, kondisi ini
menjadikan gangguan pelepasan energy sehingga dalam jangka waktu yang lama di
daerah jawa Timur tidak terjadi gempa yang signifikan, walau wilayah selatan
Jawa timur dikenal sebagai salah satu daerah aktip seismic.
SEISMIC GAP
Beberapa tahun terakhir, sejak
beberapa gempabumi merusak terjadi di daerah belahan selatan jawa Barat-
Jogyakarta, para pakar mengindikasikan daerah selatan Jawa Timur merupakan
daerah yang senyap gempa ( seismic gap), sejak gempa dan tsunami Banyuwangi
belum ada gempa yang cukup signifikan terjadi di daerah ini, padahal pada
segmen lainnya yang lebih di barat, kita ikuti minimal tiga kali gempa penting
dan merusak, diantaranya : gempa Jogyakarta, Gempa Pangandaran, Gempa
Tasikmalaya, dan terakhir Gempa Kebumen yang terjadi bulan lalu.
Itu menandakan bahwa di daerah
subdaksi selatan Jawa secara terus menerus terjadi penumpukan energy gempa
akibat penekanan lempeng tektonik Indo-Australia, ke lempeng tektonik Eurasia.
Demikian pula kalau kita urut jauh ke barat lagi sampai sebelah barat Sumatera
kita akan jumpai sangat banyak gempa merusak belakangan ini.
Senyap gempa bumi yang terjadi di
perairan selatan Jawa Timur boleh jadi karena adanya pelepasan energy secara sporadic
di daerah ini melalui cara lain, bukan sebagai pelepasan energy gempabumi.
Energi lain tersebut dalam manifestasi energy erupsi gunung meletus, energy volkanik
untuk penekanan keluar lumpur volnaik
Bila dugaan ini benar, maka
letusan Gunung kelud, bisa jadi tidak akan berkepanjangan karena tidak
merupakan titik tunggal penglepasan energy endogen di wilayah Jawa Timur.
Hubungan ini semakin mendukung adanya hubungan, dalam multiple triggering
antara aktipitas tektonik, yang terjadi pada daerah-daerah lemah produk
penyusupan sebuah lempeng tektonik ke bawah lempeng lainnya. Daerah lemah itu
bisa merupakan daerah jalur atau segmen aktipitas seismic, bisa merupakan gugus
gunung api, maupun patahan, maupun sobekan lain yang melepaskan material
volkanik, baik lahar maupun lumpur.
Kejadian sejenis juga diduga
terjadi pada saat peningkatan aktipitas Gunung Merapi (jawa-Tengah) beberapa
saat setelah salah satu gempa susulan dari gempa Kebumen; AktipitasGunung Marapi, maupun aktipitas Gunung Sinabung (
Sumatera) yang meningkat aktipitasnya setalah beberapa gempabumi terjadi di
daerah perairan barat Sumatera yang berdekatan dengan posisi ke dua gunung
tersebut.
Dari kondisi ini kita dapat
mengatakan bahwa karena poses gunung api dan proses gempa yang berada pada satu
kawasan merupakan produk dari aktipitas tektonik yang sama, maka akitpias
keduanya dapat saling trigger satu dengan lainnya.
KESIMPULAN
Untuk beberapa aktipitas kebumian
yang terkait dengan produk gaya tektonik, maka dapat dikatakan bahwa Letusan
Gungn Kelud dan beberapa aktipitas volkanik di Jawa Timur, merupakan
manifestasi penglepasan energy indogen –tektonik, volkanik-, sehingga
peningkatannya diduga akan membantu memperpanjang kondisi senyak gempabumi di
daerah perairan selatan Jawa Timur, karena energy yang terkumpul terganggu,
Hanya ada hal yang patut di waspadai karena sesuai teori komulatif stress pada
batuan, semakin lama di daerah aktip gempa terjadi seismic gap, maka akan
semakin besar gempa yang mungkin terjadi di daerah tersbut.
Melihat banyaknya titik-titik
lemah penglepasan enegi volkanik di Jawa Timur, serta sejarah letusan Gunung
kelud, dapat diduga letusan kali ini tidak akan berkepanjangan sama seperti
dengan letusan-letusan sebelumnya.
========================================================Bintaro,
14 Pebruari 2014-=======
0 comments:
Posting Komentar