Hindu merupakan agama yang tertua, baik di dunia maupun di Indonesia karena
dia lahir mendahuluai kepercayaan-kepercayaan lainnya yang disebut agama.
Pustaka Suci Agama Hindu adalah Weda, yang berasal dari kata “Vid” yang berarti
ilmu pengetahuan . Dengan demikian Weda merupakan sumber segala ilmu
pengetahuan. Dapat diibaratkan seperti Undang Undang Dasar dengan
Undang-Undang. Dimana Undang undang tidak boleh bertentangan dangan Undang
Undang.
Dalam bahasan ini, mengingat di Akademi Meteorologi dan Geofisika yang
menjadi dasar sebagian besar mata kuliah pokok adalah fisika, maka akan dibahas
kaitan antara Agama Hindu dengan Fisika, serta peneltian menjadi setiap bagian
pengayaan ilmu pengetahuan, juga disinggung metodo penelitian yang juga dikenal
dalam Agama Hindu, tentunya dikaitkan dengan Weda.
IPTEK DAN ROKHANIWAN
Pada abad pertengahan, saat hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama
sedang sangat mesra-mesranya, maka para
peneliti, penemu dalam Fisika adalah orang-orang yang taat beragama. Banyak merupakan aktivis keagaamaan, gereja,
ulama, sufi dan lain sebagainya. Tidak jarang kalangan rokhaniwan umumnya
sebagai seorang peneliti, mencari kebenaran ciptaan Tuhan. Seperti penelitian
mereka tentang asal muasal dari alam semesta ini.
Menurut Albert Einsten, dimasa depan agama akan menjadi agama alam semesta.
Agama akan dapat diterima berbagai kalangan secara universal. Agama
yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan bathiniah, serta
berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik fisik
maupun spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang sangat berarti.
Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi: (1) bhuta (ruang,materi), serta (2) kala (waktu,energi). Interaksi antara keduanya menyebabkan alam -baik buana agung, makrokosmos maupun buana alit, mikro kosmos ) tidak bersifat kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya perubahanlah yang kekal. Sangat sesuai dengan management modern yaitu manajemen perubahan ( Cg=hange Management), yang selalu mengelola perubahan dalam mencapai suatu tujuan, karena diyakini bahwa yang kekal adalah peruybahan tersebut secara dinamis, bukan bersifat statis.
Materi (bhuta) berubah karena ulah sang
kala. Lalu adakah aturan untuk semuanya ini?. Berubah karena peradaban, karena
meningkatnya kemampuan iptek dan kemampuan nalar manusia di dunia ini.
Alam semesta ini diciptakan Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa sebagai suatu paket yang lengkap dalam suatu system dengan komposisi, struktur dan hukumnya sendiri. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam Rta, sedangkan tingkah laku manusia diatur dengan dharma.
Manusia merupakan bagian dari alam,
maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini
kemudian menurut Darwin, dalam hukum struggle for live nya, memaparkan bahwa
siapa yang kuat (bertahan) survival dialah yang akan menang, dan bertahan.
Disini sering kita sebut dengan proses seleksi alam.
Hukum alam ini bersifat mengatur gerak alam
semesta, baik makrokosmos, maupun mikrokosmos. Dari skala pada tingkat mikro hingga makro. Benda-benda langit
beredar dalam lintasannya menurut Rta.
Demikian pula gerakan-gerakan elektron
di sekeliling inti., hampir mirip gerakannya dengan gerakan planet, atau bintang sebagai
anggota system tata surya. Hukum alam
bersifat rahasia yang mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi manusia. Pada
perkembangan selanjutnya Rta berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
yang saati ini lebih dikenal dengan sains.
Petualangan manusia dalam dunia sains
berawal dari keragu-raguan dan bermuara pada kepercayaan akan adanya
ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal
sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya,
bermuara pada tingkat keyakinan dan
kepasrahan.
Dengan demikian, sains dan agama
menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu
dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap
sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, maka
keduanya sebenarnya merupakan sebuah himpunan dan himpunan bagiannya, sehingga
tidak layak jika keduanya masih dipertentangkan.
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Pramana, yaitu :
(1) Anumana Pramana,
(2) Agama Pramana, dan
(3) Praktyasa Pramana.
Tri Pramana merupakan metode ilmiah
dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen bila meminjam dan menyitir
pendapat Mahatma Gandhi, maka Tri Pramana adalah landasannya.
Eksperimen bermula dari adanya problema
yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas
gejala-gejala yang timbul (Anumana Pramana), mengumpulkan keterangan-keterangan
dari sumber tertulis atau pengalaman (Agama Pramana), serta dibuktikan dengan
pengamatan langsung (Praktyasa Pramana).
Pengetahuan kebenaran yang telah
berhasil disingkap harus dipublikasikan,
disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini
disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air
(Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana.
Sungguhlah berdosa jika sampai kita
memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar kita
tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci
WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya
disebarluaskan kepada yang lainnya (Rigveda 1.12.6). Dan dalam
Bhagawadgita disebutkan bahwa : persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih
bermutu daripada persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33)
Terkait dengan hal ini perlu pula kita
ingat Catur Marga, atau empat jalan menuju kesempurnaan yang merupakan salah
satu cara yang bisa dipilih umat manusia adalah Jnana Marga, disamping tiga
marga lainnya, yang tentunya akan bermuara pada muara besar Mokhsa.
Informasinya diatas dapat dilengkapi
dalam bidang-bidang lain ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menunjukkan
betapa kayanya weda dalam kaitanmya dengan iptek, diantaranya pada uraian
dibawah ini yang mana isi weda bila ditarik mundur pada zaman penulisannya,
maka akan terlihat sangat futuristic, memandang sesuatu itu sangat jauh
kedepan.
Pada tahun 1895, delapan tahun sebelum pesawat terbang Amerika pertama di uji cobakan di Kitty howk, North Carolina, seorang sastrawan sansekerta India bernama Shivkar Bapuji Talpade dan istrinya menerbangkan pesawat buatan mereka di Chowpatty beach Mumbai.
Para penganut Weda di jaman dahulu telah menjelajahi angkasa dengan menggunakan kendaraan sejenis pesawat. Tidak hanya sekedar menjelajah akan tetapi mereka juga berperang menggunakan pesawat tempur dalam usaha menguasai angkasa.hal ini menunjukkan bahwa mereka telah menguasai tehnologi yang berkaitan dengan penerbangan termasuk strata, arus atmosfir, tempetur relatif, kelembaban udara, grafitasi dan lain-lain.
Rig Weda, dokumen tertua dalam
sejarah pustaka manusia berisikan referensi tentang jenis-jenis kendaraan
sebagai berikut: Jalayan yaitu kendaraan yang dapat bergerak di udara dan air
(Rig Weda 6.58.3), Kaara, kendaraan yang dapat bergerak di
darat dan air (Rig Weda 9.14.1), Tritala, kendaraan bertingkat tiga (Rig Weda
3.14.1), Trichakra Raatha, kendaraan beroda tiga yang bergerak di udara (Rig
Weda 4.36.1), Vaayu Raatha, kendaraan yang menggunakan tenaga gas (Rig Weda
5.41.6), Vidyut Raatha,kendaraan yang menggunakan tenaga listrik (Rig
Weda3.14.1)
Agastya Samhita menjelaskan tentang dua jenis pesawat terbang sederhana, yang pertama adalah chatra yaitu balon terbang menggunakan gas hydrogen. Proses ekstraksi gas hydrogen dari air dijelaskan secara detail termasuk menggunakan tenaga listrik. Ini disebut sebagai pesawat primitif dan sederhana hanya digunakan untuk melarikan diri saat terkepung oleh musuh. Pesawat in dinamai “Agniyana”.yang kedua adalah sejenis parasut Yang dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan tali.
Agastya Samhita menjelaskan tentang dua jenis pesawat terbang sederhana, yang pertama adalah chatra yaitu balon terbang menggunakan gas hydrogen. Proses ekstraksi gas hydrogen dari air dijelaskan secara detail termasuk menggunakan tenaga listrik. Ini disebut sebagai pesawat primitif dan sederhana hanya digunakan untuk melarikan diri saat terkepung oleh musuh. Pesawat in dinamai “Agniyana”.yang kedua adalah sejenis parasut Yang dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan tali.
TERCIPTANYA ALAM SEMESTA DAN
WEDA
Menurut Weda awal terciptanya alam semesta ini, yang dinyatakan sebagai
berikut :
1.
Pada awalnya alam semesta
ini merupakan sesuatu yang kosong. Seperti dalam wewaran Bali dikatakan bahwa Eka
wara ngaran luwang (luwang = kosong). Luwang disini adalah Hyang, Sang Hyang Embang
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam weda disebutkan sebagai Pramaciwa atau Nirguna
Brahman;
2.
Dari Nirguna Brahman ini, Tuhan
kemudian berubah wujud menjadu Sadasiwa atau
Saguna Brahman;
3.
Dari
Saguna Brahman munculah dua unsur yaitu unsur Purusa dan Prakerti. Purusa sendiri
adalah unsur kejiwaan sedangkan Prakerti merupakan unsur kebendaan.
4.
Dari
Prakerti munculah ke tiga
Guna atau dikenal dengan Tri Guna yaitu Sattwam, Rajas, dan Tamas.
5.
Dari kerja sama
Purusa dan Prakerti akan melahirkan mahat, dari mahat munculah
Buddhi dan dari buddhi muncul ahamkara, dari ahamkara
melahirkan manas, dari
manas munculah Panca Tanmatra bagian dari Panca Tanmatra adalah
sabda,rasa,rupa,sparsa dan gandha selanjutnya dari kelima unsur Panca Tanmatra
munculah Panca Maha Bhuta
yaitu bayu, akasa, pertiwi, apah dan teja dari
5 unsur inilah akan terbentuklah alam semesta kita ini.
Dalam Bhagawad Gita Sloka VII.4 dan
VII.5, disebutkan bahwa:
Tanah, air, api dan udara, ether, akal Budhi, pikiran dan ego
merupakan unsur-Ku. Selanjutnya disebutkan sebagai berikut: Inilah unsur
alam-Ku yang lebih rendah dan ketauhilah sifatku yang lebih tinggi oh Ma, unsur hidup, yaitu jiwa yang
mendukung alam semesta ini.
Demikianlah dalam
kitab suci Weda yang menjelaskan tentang terciptanya alam semesta. Sedangkan dalam ilmu fisika dikatakan bahwa asal mula alam semesta ini dimulai
dari suatu ledakan dahsyat yang di kenal dengan teori Big Bang. Teori ini menjelaskan bahwa alam semesta ini
awalnya adalah benda yang sangat
panas dan padat yang mengembang pesat secara terus menerus. keadaan awal alam
semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu
menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori
ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat, dengan dukungan data pengamatan dan metode ilmiah,
George Lemaitre, seorang biarawan Katolik
Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam
semesta. Ia menyebutnya dengan Hipotesis Atom Purba. Kerangka model teori ini sangat bergantung pada dukungan teori
relativitas dari Einstein. Dengan berapa asumsi-asumsi sederhana, seperti asumis
homogenitas, isotropi, ruang. Kemudian persamaan yang dapat menguraikan teori
ledakan dahsyat ini adalah persamaan A. Friedman.
Setelah Edwin Hubble pada tahun
1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya
berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh
Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua
galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang
secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat
kecepatan tampaknya. Edwin Hubble melakukan hitung mundur.
Jika benda-benda di ruang angkasa semakin
menjauh berarti dahulunya benda-benda ruang angkasa merupakan sesuatu yang padu
dan kemudian meledak dengan kecepatan yang luar biasa. Menurut
perhitungan sesuatu yang padu itu memiliki volume yang sama dengan nol. Jika
sesuatu benda bervolume sama dengan nol artinya sesuatu itu bermula dari
ketidakadaan. Pernyataan ini menurut kajian agama hindu
disebut dengan keadaan Parama Siwa yang merupakan sesuatu kekosongan,sunyi atau
hampa.
Tentang alam semesta
dijelaskan sloka berikut,:
1, Termuat dalam
Chandrayoga Upanisad yang artinya sbb :
Sebelum terciptakannya alam semesta ini tidak ada apa-apa. Sebelum
alam semesta diciptakan hanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang ada, Maha Esa dan tiada
duanya
2. Termuat dalam Kitab Manawa
Dharmasastra 1.5 yang diartikan sebagai berikut
Alam semesta ini pada mulanya
adalah berbentuk kegelapan, tidak dapat
dilihat tanpa ciri-ciri sama sekali, tidak dapat
terjangkau oleh pikiran,tak dapat dikenal, seolah-olah
sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang aling nyenyak.
Pernyataan lahirnya alam semesta
menurut pandangan agama hindu dan menurut imu fisika terlihat ada hal yang saling
berkaitan. Dalam kitab suci Weda ilmu yang
mempelajari gejala-gejala ruang angkasa termasuk diantaranya mengenai
perbintangan diatur dalam weda smerti yaitu bagian wedangga tepatnya pada
“Jyotisa” yaitu ilmu tentang astronomi.
BENTUK BUMI DALAM WEDA
Dalam jyotisa dikupas semua tentang proses
terjadinya alam semesta, bahwa bumi itu berbentuk bulat
(windhu),dari segi ilmu fisika bumi itu bulat dibuktikan dari berbagai cara
yaitu, dengan : (1) pemotretan
oleh astronut dari luar angkasa, (2) perjalanan dari
barat dan datang dari timur dalam pertemuan satu titik yang telah dilakukan
oleh Magelhans, (3) Bayangan bumi menutupi bulan saat gerhana bulan.
Semua membuktikan
bahwa bumi berbentuk bulat.
Tentang teori
Heliosentris yang dikemukakakan oleh Nicolas Copernicus yang menyatakan
bahwa pusat dari galaksi kita atau galaksi bima sakti adalah Matahari, Dalam Weda hal ini sudah tercantum jelas bahwa yang menjadi
sumber kehidupan adalah matahari. Hal itu juga terlihat dari setiap upacara matahari dijadikan saksi
dari upacara yang dilakukan oleh umat hindu,maka tidak heran bahwa matahari
merupakan pusat dari kehidupan kita sekaligus sebagai pusat dari tata surya
kita ini.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka
penelitian tata surya pun terus berlajut, hingga Tycho
Brahe menghabiskan waktunya untuk memperoleh data akurat untuk membuat teori
baru mengenai tata surya, namun belum sempat beliau
memngutarakan teorinya beliau lalu meninggal,data-data peninggalan dari Tycho
Brahe ini dimaanfaatkan oleh Johannes Keppler yang tidak lain adalah mahasiswa
bimbingan dari Tycho Brahe sendiri.Dengan data-data yang akurat milik Brahe
sehingga Keppler mendukung teori Heliosentris milik Copernicus dengan
pernyataannya yang disebut hukum Keppler.Hukum Keppler ini ada 3 yaitu:
1.
Hukum Keppler I : Setiap planet bergerak dengan lintasan elips,
di matahari berada salah satu titik fokusnya.
2.
Hukum Keppler II :
Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang
sama akan selalu sama.
3.
Hukum Keppler III : Perioda kuadrat suatu planet
berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya ke Matahari.
Beberapa tahun setelah
Keppler ini kemudian ditemukanlah Hukum Gravitasi Newton, yang di
perkenalkannya melalui tulisannya di journal Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica pada tanggal
5 Juli 1687
Dalam kitab suci Weda teori heliosentrik sudah
tercantum dalam kitab : Yajur Weda III. 6 yang dapat
diartikan sebagai berikut :
Bumi yang berbintik-bintik ini, ada dan berputar
dilangit seperti seorang ibu, ia berjalan
mengelilingi matahari sebagai seorang ayah.
Dari sloka tersebut terlihat bahwa selain
berotasi dengan periode satu hari, berputar pada porosnya, bumi juga
berevolusi, dengan periode satu tahun mengelilingi matahari.
Dari pernyataan ini sangat erat dengan
teori heliosentris yang menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah matahari.Dan
diperjelas lagi oleh kitab Atharwa Weda mengenai pergerakan Bumi.Dalam kitab
ini pun juga menjelaskan bahwa bagaimana bumi dapat bertahan di dalam angkasa
raya karena gaya tarik-menarik yang lebih superior, dalam fisika
dekenal dengan Gaya Gravitasi Newton.
Dalam Kitab atharwa
Weda XII.1.37, disebutkan pula dengan arti : Bumi bergerak
berotasi dan bertranslasi
Dengan perkembangan hasil
penelitian modern, berbagai teori yang telah ditemukan maka
seiring diperoleh susunan tata surya kita, dengan Matahari sendiri
sebagai pusat Tata surya diikuti
oleh planet-planet yang mengitarinya dimulai dari paling dekat dengan Matahari yaitu :
Merkurius,Venus,Bumi,Mars,Jupiter,Saturnus,Uranus,Neptunus dan Pluto.Berikut
adalah ilustrasi dari sistem tata surya kita dimana matahari sebagai pusatnya
dan planet-planet atau benda-benda langit lainnya berputar mengitari matahari.
Dalam Weda pada bagian
Jyotisa sudah tertulis jelas susunan planet tersebut .Berikut Tabel Nama-nama planet dalam
susunan Tata, serta
nama inggrisnya yang kita kenal sampai saat ini:
Sanskrit Name
|
English Name
|
Gender
|
Guna
|
Surya (सूर्य)
|
Sun
|
Male
|
Sattwam
|
Chandra (चंद्र)
|
Moon
|
Female
|
Sattwam
|
Mangala (मंगल)
|
Mars
|
Male
|
Tamas
|
Mercury
|
None
|
Rajas
|
|
Jupiter
|
Male
|
Sattwam
|
|
Venus
|
Female
|
Rajas
|
|
Saturn
|
Male
|
Tamas
|
|
North Lunar
Node
|
Male
|
Tamas
|
|
South Lunar
Node
|
Male
|
Tamas
|
Selain itu beberapa rasi bintang yang kita
kenal dan pernah ditemukan oleh para ilmuwan ternyata dalam Kitab suci Weda
sudah dijelaskan pula dalam Jyotisa.Dan berikut tabel dari beberapa rasi
bintang yang kita kenal serta hubungannya dengan agama hindu dimana unsur-unsur
dari rasi bintang tersebut tercipta dari unsur alam semsta yaitu Panca Mahabhuta
yang memiliki arti 5 unsur yang membentuk dunia ini yaitu Pertiwi,Apah ,Teja
,Bayu,dan Akasa.Pertiwi merupakan unsur bersifat padat yaitu tanah.Apah adaah
unsur air.Bayu adalah unsur udara.Teja adalah unsur api dan Akasa sendiri
adalah unsur eter.Berikut adalah sloka yang menjelaskan tentang 12 zodiak yang
ada:
Dalam Reg Veda I.164.48, dijelaskan
tentang zodiak, yang diartikan sebagai berikut : Ada 12 zodiak dalam 1 lingkaran zodiak
dan 3 poros
NO
|
Sanskrit Name
|
Western Name
|
Element
|
Ruling Planet
|
1
|
Meṣa (मेष) “ram”
|
Aries
|
Teja
|
Mars
|
2
|
Vṛṣabha (वृषभ) “bull”
|
Taurus
|
Pertiwi
|
Venus
|
3
|
Mithuna (मिथुन) “twins”
|
Gemini
|
Bayu
|
Mercury
|
4
|
Karkaṭa (कर्कट) “crab”
|
Cancer
|
Apah
|
Moon
|
5
|
Siṃha (सिंह) “lion”
|
Leo
|
Teja
|
Sun
|
6
|
Kanyā (कन्या) “girl”
|
Virgo
|
Pertiwi
|
Mercury
|
7
|
Tulā (तुला) “balance”
|
Libra
|
Bayu
|
Venus
|
8
|
Vṛścika (वृश्चिक) “scorpion”
|
Scorpio
|
Apah
|
Mars
|
9
|
Dhanus (धनुष) “bow”
|
Sagitarius
|
Teja
|
Jupiter
|
10
|
Makara (मकर)”sea-monster”
|
Capricon
|
Pertiwi
|
Saturnus
|
11
|
Kumbha (कुम्भ) “pitcher”
|
Aquarius
|
Bayu
|
Saturnus
|
12
|
Mīna (मीन) “fish”
|
Pisces
|
Apah
|
Jupiter
|
Data di atas membuktikan apa yang ada di ilmu
fisika kosmologi sesungguhnya sudah dibahas secara panjang lebar dalam Jyotisa.
Itu sekilas tentang terbentuknya alam semesta. Untuk
proses Kiamat atau proses alam semesta yang mulai berhenti bekerja
menurut Edwin Hubble mengatakan bahwa dulu dunia ini tercipta karena
elemen-elemen yang awalnya satu dan kemudian menyebar secara meluas dan terus
bergerak, pada akhirnya elemen-elemen ini bertemu atau
mengumpul kembali dalam satu titik saat itulah maka akan kembali menjadi sunyi
atau hampa seperti saat sebelum terciptanya alam semesta ini. Kemudian
teori ini di dalam kitab suci Weda sudah dijelaskan proses terjadinya kiamat
atau dikenal dengan sebutan pralaya. Berikut adalah sloka dalam Agastya
Parwa.
Dalam Kitab Agastya
Parwa 343.25, tentang kiamat tersebut dijelaskan. Kalu diartikan penjelasan tersebut adalah
sebagai berikut :
Pada waktu kiamat (Maha Pralaya) lenyaplah ke
empat unsure: benda, dunia, hawa dan
langit. Tujuh lapisan dunia lenyap bersama dewatanya
oleh karena api pemusnah Rudra (kodrat untuk melenyapkan), Brahma
(kodrat untuk menciptakan), Wisnu (kodrat
untuk memelihara) alam semesta, matahari, bulan, bintangnya
semuanya hilang musnah.
Sunyi senyap tatkala itu, kosong
alam semesta, hanya Tuhan Sada Siwa
yang ada yang bersifat tidak dapat dibayangkan, yang luput dari
skala-niskala, berwujud gaib. Beliau
disebut Tuhan seru sekalian alam. Berkehendaklah
beliau mengadakan ciptaan maka timbullah empat unsur alam semesta itu, demikianlah
terjadi.
Weda dan Mekanika Kuantum
Selanjutnya hubungan Fisika dengan Weda adalah mengenai
Mekanika kuantum memandang materi memiliki sifat partikel dan gelombang. Disini
dijelaskan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang mana ditemukan
oleh schrodinger, Persamaan Schrodinger diajukan pada tahun 1925 oleh
fisikawan Erwin Schrodinger (1887-1961).
Persamaan ini pada awalnya merupakan jawaban
dari dualitas partikel-gelombang yang lahir dari gagasan de Broglie yang
menggunakan persamaan kuantisasi cahaya Planck dan prinsip fotolistrik Einstein
untuk melakukan kuantisasi pada orbit elektron. Selain Schrodinger dua orang
fisikawan lainnya yang mengajukan teorinya masing-masing adalah Werner
Heisenberg dengan Mekanika Matriks dan Paul Dirac dengan Aljabar Kuantum.
Ketiga teori ini merupakan tiga teori kuantum lengkap yang berbeda dan
dikerjakan terpisah namun ketiganya setara. Teori Schrodinger kemudian lebih
sering digunakan karena rumusan matematisnya yang relatif lebih sederhana.
Meskipun banyak mendapat kritikan persamaan Schrodinger telah diterima secara
luas sebagai persamaan yang menjadi postulat dasar mekanika kuantum.
Persamaan Schrodinger merupakan persamaan
pokok dalam mekanika kuantum – seperti halnya hukum gerak kedua yang merupakan
persamaan pokok dalam mekanika Newton – dan seperti persamaan fisika umumnya
persamaan Schrodinger berbentuk persamaan diferensial.
Walaupun rumusan matematis persamaan
Schrodinger lebih sederhana dibandingkan Mekanika Matriks dan Aljabar Kuantum,
pemecahan persamaan ini tetap membutuhkan pengetahuan matematika lanjut.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan energi kinetik dan potensial
sistem dan mensubstitusikannya ke dalam persamaan di atas. Langkah kedua adalah
merubah persamaan di atas kedalam sistem koordinat yang sesuai dengan sistem
yang ditinjau. Untuk sistem atom hidrogen sistem koordinat yang sesuai adalah
sistem koordinat bola. Langkah kedua adalah melakukan pemisahan variabel.
Persamaan Schrodinger mengandung tiga
koordinat ruang yang saling ortogonal dan harus dipisahkan menjadi 3 persamaan
berbeda yang hanya mengandung satu koordinat ruang. Langkah ketiga adalah
memecahkan ketiga persamaan tersebut secara simultan. Hasil yang diperoleh
merupakan bilangan-bilangan kuantum yang memerikan struktur sistem berdasarkan
tingka-tingkat energi yang menyusun sistem tersebut. Struktur sistem ini
selanjutnya dipergunakan untuk meramalkan perilaku sistem dan interaksinya
dengan sistem lain.
Penerapan persamaan Schrodinger pada sistem
fisika memungkinkan kita mempelajari sistem tersebut dengan ketelitian yang
tinggi. Penerapan ini telah memungkinkan perkembangan teknologi saat ini yang
telah mencapai tingkatan nano. Penerapan ini juga sering melahirkan
ramalan-ramalan baru yang selanjutnya diuji dengan eksperimen. Penemuan
positron – yang merupakan anti materi dari elektron – adalah salah satu ramalan
yang kemudian terbukti. Perkembangan teknologi dengan kecenderungan alat yang
semakin kecil ukurannya pada gilirannya akan menempatkan persamaan Schrodinger
sebagai persamaan sentral seperti halnya yang terjadi pada persamaan Newton
selama ini.Persamaan Schrodinger ini ditelaah lagi oleh maxwell sehingga
diperolehlah nilai dari kecepatan cahaya diruang hampa yaitu sebesar 3×108m/s
yang mana dasar penemuan nilai dari kecepatan caahaya adalah dasar dari
ditemukannya persamaan E = mc2 pada tahun 1905 oleh fisikawan
bernama Albert Einstein.Dimana m adaah massa dari partikel,c adalah keceatan
cahaya yang besarnya 3×108m/s dan E adalah energi partikel.Persamaan
ini juga sebagai dasar dari terbentuknya teori relativitas khusus yang tidak
lain penemunya adalah Albert Einstein sendiri.Dalam weda terdapat sloka yang
menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan tinggi.
Kitab Atharwa Weda VI.106.3
“Suryasya rasmasyah para patanti asumat”
Artinya:
Sinar Matahari terpancar dengan kecepatan
tinggi.
Dari sloka ini pun terlihat jelas bahwa cahaya
memiliki kecepatan yang sangat tinggi,belum ada suatu partikel atau benda yang
bergerak melebihi kecepatan cahaya.
Dalam mekanika kuantum Pandangan ini tidak
berbeda dengan teori Tantra dan Veda, tentang nada dan bindhu. Jika
diterjemahkan secara kasar, nada berarti getaran atau vibrasi. Pada saat Brahma
menciptakan materi, nada adalah getaran yang diciptakan pertama kali dalam
kesadaran kosmis berpikir. Selanjutnya, secara literer bindhu berarti titik
(partikel tanpa dimensi). Menurut ajaran Tantra dan juga sains modern, ketika
materi dianggap terpisah dan kesadaran, materi tersebut dianggap teruat dan
banyak bindhu. Itulah sebabnya, Partyagatmananda menyebutkan bahwa setiap objek
atau proses harus dipelajari sebagai nadawise dan binduwise dimana nadawise
adalah bahasa lainnya gelombang sedangkan binduwise adalah partikel.Ini sangat
cocok dengan pernyataan-pernyataan Mekanika Kuantum.
Cahaya matahari dalam ilmu fisika itu
terdispersi menjadi 7 macam warna yaitu merah,jingga,kuning,hijau,biru,nila dan
ungu.Disersi cahaya adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih)
menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji,
ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau
pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi
berbagai cahaya warna
dengan berbeda-beda panjang gelombang.Ini dikemukakakn
pada tahun 1800 oleh Thomas Young.Tabel ini adalah daftar warna cahaya
monokromatis beserta panjang gelombangnya:
Warna
|
Panjang Gelombang
(nm)
|
Ungu
|
400 – 440
|
Biru
|
440 – 495
|
Hijau
|
495 – 580
|
Kuning
|
580 – 600
|
Orange
|
600 – 640
|
Merah
|
640 – 750
|
Dari Tabel diatas panjang gelombang terpanjang
adalah gelombang berwarna merah dan panjang gelombang terpendek adalah
gelombang warna ungu.
Dalam hubungannya dengan kitab Weda adalah
bahwa matahari itu terdispersi ke dalam 7 macam warna telah tercantum dalam
Kitab Atharwa Weda bab VII.107.1
“Ava divas tarayanti,sapta suryasa rasmayah”
Artinya:
Matahari memiliki,tujuh buah sinar,mereka adalah
sumber hujan.
Dari sloka ini juga menyatakan bahwa matahari
memilik 7 buah sinar dan dari ketujuh sinar tersebut yang akan membuat
terjadinya hujan,yang mana dari pandangan fisika menjelaskan tentang matahari
yang menyinari laut sehingga terjadi proses penguapan,uap air perlahan naik ke
atas dan mengumpul atau berkondensasi menjadi awan,karena konsentrasi uap air
yang makin banyak maka akan jatuhlah ke permukaan bumi sebagai hujan.Berikut
beberapa sloka yang menjelaskan fenomena fisika ini:
Kitab Atharwa Weda XIII.3.9, tertulis kalau
diterjemahkan sebagai berikut:
Matahari mengambil air dalam bentuk uap ke
langit
Selanjutnya dalam Kitab Atharwa
Weda VIII.107.1 disebutkan :
Matahari yang tujuh itu mengambil atau membawa
air laut ke langit dan kemudian menyebabkan hujan.
Demikianlah dalam Weda telah dijelaskan
fenomena fisika terjadinya hujan.Dalam ilmu fisika peristiwa ini dikenal dengan
istilah “Konveksi”.Konveksi adalah perpindahan massa jenis suatu zat secara
aliran.Berkat adanya proses ini maka air yang ada di bumi tidak akan habis.Sama
halnya dengan energi,sesuai dengan hukum kelestarian energi yang dikemukakan
oleh joule yang berbunyi: “energi tidak dapat diciptakan maupun tidak dapat
dimusnahkan dan disempurnkan oleh Black terkenal dengan sebutan asas black yang
berbunyi kalor yang dilepaskan oleh suatu sistem sama dengan kalor yang
diterima.Ini dalam Weda mirib dengan salah satu sifat Tuhan yaitu tuhan itu
tidak diciptakan atau tidak bermula dan tidak berakhir.
Itulah beberapa kaitan bidang ilmu fisika
terhadap pandangan agama hindu,ternyata banyak kesamaan antara fisika dan agama
hindu yang tidak lain bersumber pada Weda.
0 comments:
Posting Komentar