Terkait Kabut Asap
Pekanbaru:
“KEBAKARAN DI MUSIM HUJAN, KENAPA TIDAK”
Kabut asap Riau sumber |
Musim hujan yang telah hadir mengentak dengan curah hujan tinggi, sejak awal Januari 2014. Itu dikarenakan adanya anomaly cuaca secara global. Di daratan Amerika Serikat turun salju yang sangat ektrim, di China, Vietnam, Mesir, Israel, Palestina mengalami hujan salju yang telah lama tidak hadir disana. Sedangkan di Inggris sama dengan di Indonesia mengalami banjir, dan di Australia diterjang gelombang panas sehingga mereka tidak tahan berlama-lama di luar rumah.
Secara regional, Indonesia mengalami gangguan seruakan dingin Asia yang bergerak daro daratan timur Asia menuju selatan-barat daya, melintasi khatulistiwa terus berbelok ke tenggara akibat Hukum Boys Ballot, dan gaya corrilolis. Uap air di atmosfer Indonesia sangat tinggi konsentrasinya akibat suhu permukaan perairan yang ada diatas normal. Kondisi dingin di Afrika Utara mendorong angin basah menurunkan hujan di lereng barat Bukit Barisan.
Karena kondisi ini maka angin
panas turun membuat kerng kerontangnya udara permukaan Pekanbaru, sehingga
membuat lahan disana sangat kering, dan mengundang hasrat petani dan peklebun
untuk membakar lahan. Demikian juga dengan belokan angin dari seruakan dingin
Asia yang membelok ke tenggara menguras uap air di atas Pekanbaru dan daerah
sekitarnya menjadi dibawa ketimur, menjadikan udara di atas Pekanbaru dan
sekitarnya menjadi keirng dan sangat mudah terbakar.
Kedua kondisi ini menyebabkan
sedikit saja ada api liar menjadi besar
dan asapnya membenrtuk kabut asap yang mencemari udara daerah Riau daratan dan
sekitarnya. Sehingga menjadikan visibilitas menjadi pendek, dan lebih pendek
dari persyaratan minimum untuk proses take off dan lending secara aman. Yang
tentu saja sangat membahayakan penerbangan kalau di langgar. Kejadian itulah
rupanya yang menyebabkan dibatalkannya penerbangan Citilink dari Jakarta ke
Pekanbaru, pada Minggu sore, 9 Maret 2014, setalah sempat tertunda selama dua
jam.
Kabut asap disebabkan dengan
banyaknya titik api, atau titik bakar di daerah Riau daratan dan sekitarnya,
dapat dikatakan sebagai akibat dari daerah tersebut menjadi daerah bayangan
hujan, dan berada di tepian tikungan angin kencang sebagai resultante angin
baratan pada musim hujan ini ditambah diperkuat oleh angin seruakan dingin Asia
yang pada daerah ini memberlok ke tenggara, menyusuri atas perairan Laut China
Selatan terus menuju Laut Jawa, daratan Jawa menuju tekanan rendah sekitar
Australia. Kecepatan dan pusaran angin di daerah ini mengakibatkan semakin
keringnya daerah Riau daratan pada saat konsisi ini berlangsung. Diduga proses
awal telah terjadi sejak akhir tahun 2013 sampai saat ini.
Walaupun demikian, rupanya
tetangga kita Singapura dan Malayasia tidak protes. Itu karena L1)
posisi Malaysia dan Singapura hampir sama dengan posisi Riau daratan bila
dilihat dari sirkulasi udara, sehingga beberapa kebakaran diduga terjadi juga
di Malaysia, dan asapnya malah di bawa kea rah Indonesia. (2) angin maratan
masih kuat sehingga asap yang terjadi di daratan Riau akan terbawa angin kearah
tenggara dari daerah tersebut.
Namun, karena masih basahnya
udara yang kaya uap air di ats daratan Sumatera Selatan, Lampung dan Jawa
menyebabkan tidak sampai udara dengan asap tersebut tersebarkesana. Jadi fungsi angin baratan yang masih kuat menyebabkan
kabut asap tidak sampai mencemari negara tetangga yang biasanya paling sibuk
protes, yaitu Malaysia dan Singapura. Mungkin kali ini asap dari Malaysia bisa
mencemari Indonesia terbawa oleh nagin baratan tersebut.
Puri Gading, Jimbaran: 9 Maret
2014.
0 comments:
Posting Komentar