“BANJIR MANADO : DEPRESI TROPIS PICU HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI”
Oleh : I Putu Pudja
Bencana banjir masih saja
menghiasi berita media masa sampai penghujung Januari 2014 ini, secara sporadic
kita ikuti berita banjir di tanah air: banjir Jakarta belum surut tuntas,
banjir pantura, banjir Bali utara, banjir di Sulut –dua kali- , banjir di
Madura, dan daerah lainnya yang hampir tiap hari ada saja banjir yang
dilaporkan terjadi. Banjir tahun ini terasakan sangat meningkat kejadiannya,
maupun meningkat intensitas serta korban yang diakibatkannya.
Polemik penyebab banjir ini
banyak bermunculan, beberapa pendapat mengatakan bahwa banjir karena : anomaly
cuaca, kerusakan lingkungan, perilaku masyarakat, jeleknya infrastruktur
pengairan, menyusutnya situ dan lain sebagainya. Semua itu merupakan hanyalah
tinjauan masing-masing pengamat secara parsial.
Tulisan ini ingin mengajak
penulis melihat penyebab banjir yang terjadi di Sulawesi Utara, khusus untuk
banjir di Manado tanggal 15 januari 2014. Banjir ini dilapurkan mengakibatkan
18 orang korban meninggal dan kerugian material ditaksir lebih dari Rp. 1,871
triliun seperti dipaparkan Gubernur Sulawesi Utara setelah banjir Manado.
Tulisan ini memcoba melihat bencana banjir ini dari intensitas curah hujan yang
tercatat di lapangan oleh rekan-rekan pengamat meteorology dan geofisika yang
bertugas di daerah tersebut.
Daerah Manado tercatat sudah
empat kali mengalami banjir bandang yaitu : 3 Desember 200, 21 Pebruari 2006, 17 Pebruari 2013 dan 15 Januari
2014.
DEPRESI TROPIS
Memang kejadian ini merupakan
suatu kejadian yang tidak biasanya menimpa kawasan Sulawesi Utara, ataupun
belahan utara perairan Indonesia yang merupakan perairan yang bersentuhan
dengan Samudera Pasifik. Daerah ini memang merupakan habitat depresi tropis
yang dapat berkembang menjadi siklon tropis, hanya saja secara statistic
kejadiannya umumnya terjadi pada kisaran April – Oktober, setiap bulannya.
Namun kejadian kali ini bisa
dianggap suatu anomaly, karena terjadi Januari, dan bukan merupakan kejadian
tunggal. Depresi tropis lainnya beberapa kali dijumpai selain penyebab hujan di
Manado, dan bahkan ada siklon tropis Lingling juga terjadi di belahan utara
Indonesia. Merupakan kejadian yang tidak biasa terjadi diwilayah ini pada bulan
januari.
Depresi tropis yang terjadi 15
januari 2014, di atmosfer di atas perairan Sulawesi Utara rupanya telah
menyebabkan aliran angin yang kaya akan uap air mengalir deras dari segala
penjuru ke wilayah depresi tropis ini. Kejadiannya bersamaan dengan
perkembangan depresi tropis di utara Australia, yang juga memicu angin deras
dan hujan di beberapa daerah selatan khatulistiwa, yang terkena pengaruh angin
baratan. ( bahasan penulis pada SH,17/01/2014)
Depresi tropis mengakibatkan
hujan lebat di Sulawesi utara sepanjang hulu, Das maupun hilir sungai yang
mengalir di daerah ini. Catatan pengamat meteorologi dan geofisika setempat
selama tiga hari saat, sebelum dan sesudah bencana, menunjukkan bahwa curah
hujan di hulu DAS –Tondano- : berkisar antara 50 mm, yang bukan merupakan curah
hujan maksimum bila dibandingkan dengan penyebab kejadian serupa sebelumnya.
Curah hujan di DAS –Tondano Air Madidi- 211 – 235 mm, merupakan curah hujan
tertinggi dibandingkan kejadian serupa sebelumnya; dan curah hujan di hulir DAS
– Manado- 150 mm, juga bukan merupakan curah hujan maksimum dibandingkan dengan
kejadian serupa sebelumnya. Perlu diingat bahwa curah hujan 100 mm untuk luasan
1 km persegi adalah 100 ribu meter kubik air tumpah diatas permukaan, untuk DAS
pada banjir bandang Manado mencapai puncak volume air 235 ribu meter kubik per
kilometer persegi.
Daya rusak air akan menjadi
semakin parah bila curah hujan yang tinggi disertai angin kencang yang menerpa
dinding lereng dimana DAS itu berada, sehingga akan sangat mudah meicu longsor,
yang menyebabkan terjadinya banjir bandang. Depresi tropis yang hadir tidak
pada waktunya kali ini di Manado rupanya membuat curah hujan tinggi dan
kerusakan semakin parah sehingga menjadikan banjir bandang ini terparah sampai
saat ini.
Dugaan kuat dampak depresi tropis
itu semakin nyata, bila kita lihat akibat lanjutan depresi tropis yang bergeser
ke utara itu, juga mengakibatkan kejadian yang serupa hujan deras dan banjir
yang memakan korban di Filipina selatan sehari-dua hari setelah banjir Manado.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan diantaranya: (1) banjir bandang Manado 15 Januari 2014 merupakan
banjir bandang ke empat sejak 2000 lalu, sehingga dapat dikatakan bahwa Manado
memang merupakan daerah potensi bencana banjir bandang; (2) Bencana banjir
bandang kali ini diakibatkan curah hujan yang tinggi sepanjang hulu, DAS dan
hilir, dengan hujan tertinggi pada DAS bila dibandingkan dengan tiga kejadian
sebelumnya, dan (3) Hujan lebart yang terjadi pada bencana ini, lebih banyak
diakibatkan adanya depresi tropis yang hadir salah ‘mongso’ di wilayah ini.
Mengingat
frekuensi banjir bandang di Manado ini frekuensinya tinggi, serta dampaknya
sekamin parah dilihat dari data kerusakan dari satu bendana ke bencana lainnya,
maka perlu langkah nyata terintegrasi untuk meredam dampak yang lebih besar,
diantaranya dengan : pemeliharaan DAS, sehingga mempunyai daya serap yang lebih
baik, penertiban bangunan dilereng-lereng sehingga mengurangi beban lahan, dan
lain upaya lainnya yang tentu disesuaikan dengan kondisi medan di lapangan.
Penulis: Aktif di BMKG, Lektor
Kepala pada Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar