Mata Kuliah
|
Paket :
|
Lama Pertemuan
|
Agama Hindu
|
Sesi 1
|
SESI 1.
PENDAHULUAN
Definisi Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Kata "agama"
berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi", tidak
pergi diwariskan secara turun temurun. Sedangkan kata lain untuk menyatakan
konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar
pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya
dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan mempunyai
cakupan luas, artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu
longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang ada, dan selama ini
dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang
dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan
akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa
diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar
biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan
bahasa manusianya sendiri. Misalnya ada yang menyebutkannya dengan: Tuhan, Sang
Hyang Widhi, God, Allah dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja
seperti Yang Maha Kuasa, Sangkan Paraning Dumadi, De Weldadige, atau dengan
menyebutkan manifestasinya : Sang Pencipta, Sang Pemelihara, Sang Pemrelina
dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri
kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian
yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan , serta menaati
segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama
itu penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Dalam pengertian ini, dalam agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang
mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Cara Beragama
Cara beragamanya: Ada berbagai cara dalam beragama, yaitu :
CaraTradisional, yaitu cara beragama berdasar
tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya para nenek moyang, leluhur atau
orang-orang dari angkatan sebelumnya. Cara ini pada umumnya kuat dalam
beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi
bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan
ilmu amal keagamaanya.
Cara Formal, yaitu cara beragama berdasarkan
formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya
mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya mereka tidak kuat dalam beragama. Mereka mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mereka mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau
masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal
keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam
lingkungan masyarakatnya.
Cara Rasional,
yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan,
ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara
tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan
penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu
berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan
penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap
ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh
utusan dari Sesembahan atau pujaannya, semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Permasalahan Umum.
Apakah umat Hindu menyembah banyak Tuhan?. Jawabnya tentu
tidak. Umat Hindu hanya menyembah satu Tuhan, tetapi dalam implementasi
penyebutan nya bermacam-macam, sesuai dengan fungsi, atau manifestasinya,
sehingga orang yang mengetahui Hindu dari luarnya saja akan beranggapan
demikian.
Dalam Agama Hindu, tepatnya dalam Hinduisme ada beberapa
pandangan yang terdiri dari monoteisme, dualisme, panteisme, panenteisme, yang
disebut oleh sebagian pakar sebagai teisme monistik, serta monoteisme yang
ketat. Namun mereka bukan politeistik, seperti yang dipandang kebanyakan orang
luar. Hinduisme seringkali keliru ditafsirkan banyak orang sebagai agama
politeistik.
Contohnya adalah pemeluk Hindu sendiri, contohnya kaum
Smarta, yang mengikuti filsafat Advaita, adalah monis, dan memahami berbagai
manifestasi dari Tuhan yang esa atau sumber keberadaan. Kaum monis Hindu
memahami satu keesaan, dengan berbagai pribadi Tuhan, sebagai aspek-aspek yang
berbeda dari Yang Maha Tinggi dan Esa, seperti halnya satu pancaran cahaya yang
dipisah-pisahkan menjadi berbagai macam warna oleh sebuah prisma, dan semuanya
sah untuk disembah. Sebagian dari aspek-aspek Tuhan di dalam agama Hindu
mencakup Brahmai, Wisnu, dan Syiwa, yang
dikenal dengan Tri Murti.
Pandangan Smarta inilah yang mendominasi pandangan tentang
Hinduisme di Barat. hal ini disebabkan karena Swami Vivekananda, seorang
pengikut Ramakrishna, di antara banyak orang lainnya, yang memperkenalkan
keyakinan Hindu ke dunia Barat, semuanya adalah penganut Smarta. Aliran-aliran
Hinduisme lainnya, seperti yang digambarkan kelak, tidak menganut keyakinan ini
secara ketat dan lebih erat berpegang pada persepsi Barat tentang arti
keyakinan yang monoteistik. Selain itu, seperti agama-agama Yudeo-Kristen yang
percaya akan malaikat, orang Hindu juga percaya akan keberadaan hal
demikian.seperti i halnya percaya para
dewa.
Hinduisme kontemporer saat ini dibagi menjadi empat pembagian
utama yaitu, Wisnuisme, Syiwaisme, Saktiisme, dan Smartaisme. Seperti halnya
Yahudi, Kristen, dan Muslim yang mempercayai satu Tuhan namun berbeda dalam
konsep Ketuhanan, semua pengikut agama Hindu percaya pada satu Tuhan namun
berbeda dalam konsepnya. Dua bentuk utama dari perbedaan ini adalah antara dua
kepercayaan monoteistik dari Wisnuisme yang menganggap Tuhan adalah Wisnu dan
Syiwaisme, yang memahami Tuhan sebagai Syiwa. Aspek-aspek Tuhan yang lainnya
pada kenyataannya adalah aspek-aspek dari Wisnu atau Syiwa.
Hanya seorang pemeluk Smartaisme tidak akan mengalami masalah
untuk menyembah Syiwa atau Wisnu bersama-sama karena ia memandang berbagai
aspek dari Tuhan menuntun kepada satu Tuhan yang sama. Pandangan Smartalah yang
mendominasi pandangan Hinduisme di Barat. Sebaliknya, seorang pemeluk Wisnuisme
menganggap Wisnu sebagau Tuhan satu-satunya yang sejati, yang layak disembah,
sementara bentuk-bentuk lainnya adalah penampakan yang lebih rendah. Lihat
misalnya, ilustrasi tentang pandangan pemeluk Wisnuisme tentang Wisnu sebagai
Tuhan sejati yang esa di sini.
Dengan demikian, banyak pemeluk Wisnuisme, misalnya, percaya
bahwa hanya Wisnu lah yang dapat menganugerahkan tujuan terakhir manusia,
moksa. Lihat misalnya, di sini. Demikian pula, banyak pemeluk Syiwaisme juga
menganut keyakinan yang sama.
BENTUK TOLERANSI
Pemeluk Wisnuisme, seperti orang-orang Hindu lainnya,
mempunyai toleransi terhadap keyakinan-keyakinan yang lain karena Dewa Krisna,
avatar Wisnu, mengatakannya demikian di dalam Bhagawad Gita. Beberapa pandangan
melukiskan pandangan toleran ini:
Krisna berkata:
"Dewa atau bentuk apapun yang disembah seorang percaya, aku akan
menguatkan imannya. Namun demikian, hanya Akulah yang mengaruniakan keinginan
mereka." (BG: 7:21-22)
Kutipan lain di dalam Gita mengatakan:
"O Arjuna, bahkan pemeluk-pemeluk yang
menyembah tuhan-tuhan lain yang lebih rendah, (mis. dewa-dewa) dengan iman,
mereka pun menyembah Aku, tetapi dalam cara yang tidak tepat, karena Akulah
yang Maha Tinggi. Hanya akulah yang menikmati semua ibadah kurban (Seva, Yajna)
dan Tuhan sarwa sekalian alam." (Gita: 9:23)
Sebuah ayat Weda melukiskan tema toleransi ini. Perlu
diketahui bahwa Kitab-kitab Weda dihormati di dalam Hinduisme, apapun juga
alirannya. Misalnya, sebuah nyanyian Rig Weda yang terkenal menyatakan bahwa: "Kebenaran hanya Satu, meskipun para
bijak mengenalnya dalam berbagai bentuk."
Hal ini berlawanan dengan keyakinan-keyakinan di dalam
tradisi-tradisi agama lain, yang mewajibkan pemeluknya mempercayai Allah hanya
dalam satu aspek dan menolak sama sekali atau meremehkan keyakinan-keyakinan
lainnya.
Monoteisme
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang
sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala
paham ketuhanan yang pernah ada di dunia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam
tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme,
panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep
ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda,
Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme,
panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep
ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena
berdasarkan pengamatan, para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak melakukan
penelitiannya secara menyeluruh.
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah
monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya
konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap
bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama
Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang
tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus
pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam
semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali.
Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan
untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya
sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara
dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya,
namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan
sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke
dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi,
Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di
Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme.
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma), berarti
"Kebenaran Abadi", dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan
Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama
ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan
bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM
sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga
kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen
dan Islam dengan jumlah umat sekitar 1 miliaran jiwa.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua
India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah
tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa
Majapahit. Mulai saat keruntuhan
Majapahit masuklah agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas
pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang
tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi
(Toraja dan Bugis - Sidrap).
Etimologi Hindu
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu
(Bahasa Sanskerta). Dalam Reg Weda,
bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh
sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama
sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam
Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran.
Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai
Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab
dari Weda digenapi oleh para brahmana.
Keyakinan dalam Hindu
Oleh orang luar, Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang
beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya
demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat
Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu,
Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya
ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang
disebut dengan Panca Sradha. PancaSradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1.
Widhi
Tattwa – sering juga disebut Brahman, percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala
aspeknya
2.
Atma
Tattwa –sering disebut Atman, percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.
Karmaphala
Tattwa - percaya dengansering disebut Karman, percaya dengan adanya hukum
sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.
Punarbhava
Tattwa –dikenal juga dengan samsara, percaya dengan adanya proses kelahiran
kembali (reinkarnasi);
5. Moksa
Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Widhi Tattwa
Omkara. Aksara suci
bagi umat Hindu yang melambangkan "Brahman" atau "Tuhan Sang
Pencipta". Salah satu bentuk penerapan monoteisme Hindu di Indonesia
adalah konsep Padmasana, sebuah tempat sembahyang Hindu untuk memuja Brahman
atau "Tuhan Sang Penguasa".
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya
yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan
yang pernah ada di dunia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam
tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme,
panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep
ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme .
Brahman
Widhi Tattwa merupakan
konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme.
Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar
meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita
Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan
diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama.
Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui
bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat
Tuhan.
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang
ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun
tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap
ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut.
Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah
Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi
alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di
dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.
Ikhtiar konsep pemahaman Widi Tatwa adalah
sebagai berikut
Brahman
=è
|
Widi
Tatwa
≠ Empiris
=Pilosofis
(Darsana tatwa)
|
|
Trimurti
Acintya
Ciwa
Ciwa
Raditya
Maha
Guru
|
Brahma,
Wisnu, Ciwa.
|
Atma Tattwa
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam
setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Agama Hindu, jiwa yang terdapat dalam
makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman.
Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan
manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang
sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma
mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut
dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa.
Konsep Pemahaman Atma Tatwa, adalah sebagai berikut
Atman
-
Atma dengan Tri Sarira ( Stula, Suksma dan Ananta Karana)
|
Atman
Tatwa
|
Atma
= purusa
= jiwa
Prakerti
Maya
|
Kesadaran
Triguna
|
Berevolusi
è Panca
Tan Matra + Panca Maha Butha
Suara èether
Raba
è bayu
Warna
è sinar
Rasa
è air
Bau
è
pertiwi
Kesadaran
menurun didominasi pekerti. Kesadaran yang terbelenggu menjelma menjadi
mahluk hidup
|
Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Hukum
Karma atau Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi
salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia
pasti membuahkan hasil, baik atau buruk.
Ditinjau dari proses waktu berbuat dan menikmati hasil, serta punarbawa maka karmapala dibedakan menjadi :
- Prarabda Karmapala, yang berrati bahwa berbuat dan menikmati hasil perbuatan itu pada saat kehidupan yang sama.
- Sancita Karmapala, yang berarti bahwa berbuat pada saat kehidupan sebelumnnya, hasilnya dinikmati pada kehidupan saat ini’ dan
- Kriyamana Karmapala, berarti bahwa hasil perbuatan pada kehidaupan sekarang belum dinikamti pada kehidupan saat ini, namun akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan
tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka
maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang
ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia
menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia
menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan
hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi).
Punarbhawa
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami
reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus
menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia
tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi
kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya.
Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan
agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum
sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai
kesadaran tertinggi (moksa).
Punarbawa çè
|
Atman
yang meninggalkan badan kasar saat orang itu meninggal, masih terbelenggu
suksma dan anantakarana sebagai unsur
prakerti è badan
kasar untuk menjelma kembali.
|
Disini
dikatakan masih terikat ikatan duniawi
|
Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa
merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati
kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam
nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas
dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di
dunia. Oleh karena itu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat
Hindu.
Konsep pemahaman Moksa sebagai berikut:
Moksa
|
|
Samkhya
Dwaita
Wedanta
Wisista
Wedanta
Adwaita
Wedanta
|
Jalan menuju moksa :
1.
Jalan Prajapati (1) Jnana Marga; (2) Karma Marga, dan (3)
Bakti Marga
2.
Jalan Yoga
Kesemuanya
biasa juga disebutkan sebagai Catur Marga
|
Renungan :
1.
Hindu
merupakan agama monoteisme;
2.
Hindu
mempuyai keimanan yang disebut Panca Crada;
3.
Kelima
Keyakinan tersebut tidak berdisi sendiri, namun satu sama lainnya saling
berkaitan.
4.
Sesi
ini diselesaikan dalam dua kali pertemuan.
Daftar Bacaan :
1.
Wikipedia
Indonesia;
2.
Upadesa
3.
Bagawadgita
4.
Kajeng,
I Nyoman, Sarasamuscaya,Hanuman Sakti,..... , 1994.
0 comments:
Posting Komentar